Seorang teman bercerita setelah hijrah dia memutuskan untuk tidak memiliki rumah dengan cara kredit di bank khususnya bank konvensional karena dinilai tidak sesuai dengan aturan Islam dan memilih untuk menyewa kontrakan untuk sementara.
Namun, kurang lebih selama tiga tahun mengontrak rumah tersebut muncul dalam pikirannya ‘ngontrak rumah bertahun-tahun rasanya rugi, bayar sekian ratus ribu tapi tidak dimiliki’. Singkat cerita teman saya mencoba mencari bagaimana caranya bisa mendapatkan rumah dengan cara kredit tapi tetap syar’i, akan tetapi cara tersebut kandas karena konsep yang ditawarkan oleh ‘kredit syar’i’ ini ternyata tidak sesuai harapannya.
Saya tertarik untuk memberikan komentar pernyataannya soal ‘rugi’. Sebenarnya dalam konteks menjalankan perintah Allah untuk tidak melakukan maksiat misal riba, tidak ada yang namanya rugi justru sebaliknya mendapatkan pahala yang besar.
Imam Al Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menyampaikan bahwa menjauhi larangan Allah itu jauh lebih besar pahala nya dari pada mengerjakan perintah Allah. Alasannya, meninggalkan maksiat itu lebih berat dan sulit. Misal dalam meninggalkan larangan itu bisa saja terjadi conflict interest seperti kasus teman saya tersebut. Di satu sisi ingin terlepas dari Riba tapi di sisi lain ingin mempunyai rumah sendiri yang tidak lagi menyewa.
Oleh sebab itu meninggalkan maksiat diperlukan kesabaran yang extra & harus punya effort yang tidak biasa dari pada melaksanakan perintah Allah seperti salat atau puasa.
Saya sendiri, kurang lebih 4 tahun harus bersabar untuk tidak mengambil rumah dengan cara yang mainstream sekarang dan dinilai tidak syar’i. Selama 4 tahun tersebut, 1 tahun tinggal di ‘Pondok Mertua Indah’ dan sisanya melakukan akad ijarah atau sewa menyewa , salah satu akad yang dijelaskan dalam istilah fikih muamalah dan InsyaAllah halal.
Selama 4 tahu tersebut apakah ada terbersit untuk mengambil kredit, tentu ada godaan untuk itu. Tapi keyakinan bahwa dengan cara yang baik InsyaAllah akan mendapatkan hasil yang baik. Alhamdulillah hari ini sudah memiliki rumah sendiri walaupun sederhana.
Keyakinan tentang Allah berikan jalan keluar bagi yang bertakwa senantiasa harus dimunculkan dalam hati, “dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya jalan keluar dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka sangka” Terjemah Qs. Ath-Thalaq 2-3.
Jadi, tidak ada yang rugi selama kita tetap dalam jalur menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Hanya saja diperlukan kesabaran yang lebih sembari terus berusaha mencari jalan dan rezeki yang halal. Allahu a’lam. [HW]