Sungguh saya merasa heran terhadap orang yang berputus asa dalam mencari ilmu sementara ia masih memiliki kesempatan dan kemampuan untuk belajar dan berjihad melawan kebodohan.
Sejalan dengan pesan suci Alquran “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Mujadalah: 11), Ayat ini menegaskan bahwa Allah mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tentram dalam masyarakat.
Demikian juga orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini bisa dipahami bahwa orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah orang yang beriman dan berilmu. Ilmu yang dimiliki diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Begitu juga Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Disini, peranan ilmu sangat strategis sebagai modal berharga untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat.
Iman tanpa ilmu seperti pelita di tangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan pencuri. Ilmu merupakan bahan dasar untuk bertafakur. Ilmu hanya bisa diperoleh melalui kesungguhan belajar. Orang yang dianugerahi otak yang jenius, akan tetap bodoh selamanya bila tidak mau belajar. Orang yang memiliki banyak ilmu, pasti akan dapat menghasilkan tafakur yang berbobot. Faktor itulah merupakan salah satu sebab mengapa Islam meletakkan ilmu di atas segalanya.
Pengetahuan tentang agama dan Allah mestinya membuat kita makin merasakan ketentraman. Hati kita senantiasa terikat dengan-Nya, dan rindu untuk selalu menemui-Nya. Jika keadaan ini yang kita rasakan maka ilmu kita telah mendekatkan kepada-Nya. Kita senantiasa dalam suasana kemesraan dengan Yang Maha Penyayang. Jiwa kita menjadi puas, hati kita dipenuhi ikhlas, kita menjadi hamba-Nya yang dekat, dan hubungan dengan Allah makin rekat. Mari kita belajar ilmu yang membuat kita untuk tidak berkhianat, membuat makin amanat untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Menurut Saya, ilmu yang paling utama adalah ilmu yang dapat membuat pemiliknya berperilaku selaras dengan maksud Allah menciptakan manusia. Yaitu untuk beribadah, taat mematuhi segala aturan-Nya. Adapun ilmu-ilmu lainnya seperti matematika, kedokteran, ekonomi dan lain sebagainya bukannya berarti tak penting, tetapi harus diartikan, bahwa kepiawaian seseorang dalam ilmu, sains dan teknologi menjadi tidak bermakna bila ia tidak dapat berperilaku sesuai dengan tujuan untuk apa ia diciptakan.
Sayyidina Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu Anhu pernah berkata: “Yang paling aku takutkan pada umat ini adalah orang berilmu yang bersikap munafik.” Mendengar pernyataan Utsman, sahabat lainnya segera mengajukan pertanyaan: “Bagaimana mungkin orang yang berilmu terjebak ke dalam sikap munafik?” Utsman menjawab: “Apabila ilmu yang dimilikinya hanya menjadi penghias lisannya semata, sedangkan jiwa dan amalannya tanpa didasari ilmu yang benar.”
Dengan ilmu seseorang bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang salah ataupun yang benar. Dengan ilmulah seseorang menjadi lebih bijaksana dalam setiap aktivitas kehidupannya, baik mengambil keputusan apapun. Tentunya ilmu-ilmu tersebut harus diiringi dengan adab pula. Ilmu bagaikan cahaya, yang membuat hidup manusia cerah, membawa dari kegelapan menuju cahaya, dari tidak tahu menjadi tahu sehingga bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk.
Al Ghazali di dalam Kitabnya Ihya Ulumudin mengklasifikasikan Ilmu dalam dua kelompok yaitu yang pertama adalah Ilmu fardu ain adalah ilmu yang wajib dipelajari setiap muslim terkait dengan tatacara melakukan perbuatan wajib, seperti ilmu tentang salat, berpuasa, bersuci, dan sejenisnya. Dan yang kedua adalah ilmu kifayah adalah ilmu yang harus dikuasai demi tegaknya urusan dunia. Ilmu Fardu ain ialah ilmu agama dengan segala cabangnya, seperti yang tercakup dalam rukun Islam, sedangkan yang termasuk dalam ilmu fardu kifayah antara lain ilmu kedokteran, ilmu ekonomi, ilmu politik dan lain sebagainya.
Ilmu adalah cahaya hati. Dengannya kita bisa membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, bila hati kita sudah bercahaya maka kita akan termasuk orang-orang yang tercerahkan mata batinnya. Orang yang berilmu pengetahuan yang dalam adalah mereka yang tidak membuat orang berputus asa atas rahmat Allah, senantiasa mampu memberikan sumbangan yang berharga terhadap orang-orang yang membutuhkan pencerahan jalan dan keluar untuk menuju hidup yang lebih berkah dan bahagia.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya kedudukan ataupun peranan ilmu terutama di dalam pengaruh Islam, yang mana dengan ilmu tersebut seseorang bisa menjadi mulia dan mempunyai harkat serta martabat yang tinggi disegani oleh banyak orang, serta menjadikan manfaat bila kita amalkan. [HW]