Pada tanggal 29 Mei 2020 dinyatakan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Acara ini semakin mendapat perhatian. Mungkin juga semakin sebanyak jumlah populasinya. Berdasarkan data proyeksi BPS, tahun 2019 penduduk Lansia di Indonesia adalah 9,75 atau sekitar 27 juta jiwa. Diperkirakan akan menjadi 12,54% atau 35,5 juta jiwa di tahun 2025, dan akan terus meningkat di tahun 2035 sebesar 16,77% atau 51 juta jiwa. Angka Lansia ke depan cenderung naik proporsinya, diduga di antaranya Lansia lebih terdidik dan peduli terhadap kesehatannya. Apapun alasannya, Lansia ingin menyongsong akhir hidupnya dengan husnul khatimah.

Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia yang semakin meningkat yaitu 71,5 tahun, sedangkan Usia Harapan Hidup Sehat baru mencapai 62,7 tahun (data Litbangkes, 2017). Terdapat kesenjangan 8,8 tahun, yang berarti dalam keadaan tidak sehat. Lansia dapat menderita berbagai macam penyakit dalam satu waktu (multipatologis). Penyakit yang paling sering diderita antara lain hipertensi, DM, stroke, jantung dan gangguan mental emosional serta demensia.

Terlepas dari itu memang secara kasuistik ada yang wafat cukup banyak di atas usia 70 tahun. Mereka bisa status sosial dan ekonominya baik, sehingga kebutuhan lahiriah untuk pemeliharaan kesehatan tercukupi. Namun karena faktor mental, bisa jadi kurang syukurnya atau agamanya kurang kuat, hidup mereka bisa jadi belum tentu bahagia. Tetapi bagi yang status sosial dan ekonominya menengah ke bawah, tidak berarti kurang bahagia, karena buktinya ada yang relatif bahagia, karena hidupnya damai dan qanaah serta kuat ibadahnya. Selanjutnya Lansia yang wafat di atas usia 60 tahun, di samping ikuti usia Rasulullah juga karena di masa pensiun banyak terjadi penurunan aktivitas yang berakibat pada fungsi tubuh berangsur-angsur menurun. Di samping kurang olahraga, sakit akibat dari pola makan sebelumnya dan sebagainya.

Siapapun yang bisa melewati usia 60 tahun patut mensyukuri. Walaupun kita tidak tahu, hari terakhir kita menghirup udara dan memenuhi panggilan Allah swt. Berapapun usia seseorang itu sebenarnya sudah ditentukan usianya oleh Allah swt ketika berusia 4 bulan dalam kandungan Ibu, disamping rezekinya, amalnya, atau apakah bahagia atau celakanya. Bahkan Allah swt berfirman “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34).

Baca Juga:  Dosen FE UM Pertahankan Disertasi tentang Manajemen Lansia ala Kearifan Masyarakat Tengger di Leiden University Belanda

Kita semua sangat berharap bahwa dalam menuju akhir kehidupan, kita sehat, mandiri, bahagia, bermanfaat dan selalu dekat dengan Tuhan, sehingga kapan pun kita dipanggil oleh Allah tetap memegang Islam sebagai agama dan pegangan hidup. Ingat yang selalu dipesankan khatib Jumatan:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Yaa ayyuhalladziina aamanauu, ittaqullaaha haqqa tuqootih walaa tamuutunna illaa wa antum muslimuun”, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan janganlah kami wafat kecuali tetap dalam Islam”. (QS Ali Imran : 102). Kita semua selalu merindukan bahwa puncak kehidupan kita di dunia harus dalam berislam yang paling tinggi maqam-nya. Jangan justru dalam posisi anti klimaks.

Mengapa demikian, karena cukup banyak ditemukan kasus, hidupnya bukan lagi husnul khatimah, melainkan suul khaatimah. Sebagian Ulama mengatakan, ada sejumlah perkara yang bisa menjadikan suul khaatimah, di antaranya : rusak akidahnya, menyepelekan urusan salat, banyak melakukan maksiat, tidak istikamah, minum khamr, durhaka kepada kedua orang tua, suka mencari-cari aib kaum muslimin lainnya, mengurangi takaran dan timbangan, dan menyakiti saudara muslimin. Dengan begitu kita menjaga diri dari perkara itu semua, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali berakhir dengan husnul khatimah. Walaupun sangat disadari bahwa hal ini tidak mudah, karena banyak gangguan yang bisa merusak dan menjadikan suul khotimah di era yang semakin tidak menentu.

Nah sekarang apa yang bisa dilakukan oleh Lansia dalam mengisi sisa hidupnya, sehingga bisa bahagia di dunia, berakhir hidupnya di dunia dengan husnul khatimah dan dilanjutkan dengan hidup bahagia di akhirat. Untuk mewujudkan semua itu setidak-tidaknya kita mengatur pola hidup dengan makan yang sehat, berolahraga rutin sesuai dengan kondisinya, beristirahat cukup, menjaga silaturahim, membaca dan menulis hal-hal yang baik sambil mengaktifkan fungsi berpikir, menjaga silaturahim dan aktivitas sosial dan keagamaan, dan istikamah dalam beribadah. Masa pensiun disikapi dengan positif dan produktif. Hidup dengan sederhana. Mencari kegiatan rekreatif yang positif, bukan yang distruktif.

Baca Juga:  Usaha Menjemput Husnul Khatimah

Utamanya untuk menghadap Allah swt, kita semua sangat merindukan bisa mengakhiri hidup dengan husnul khatimah. Untuk itu selain kita menghindari perkara yang bisa menggiring kita menjadi suul khatimah, kita dengan sadar bisa upayakan berbagai hal yang bisa mengantarkan kita menjadi husnul khatimah baik berupa ikhtiar maupun berdoa/bertawakal. Adapun ikhtiar yang bisa kita lakukan di antaranya : (1) Memperbanyak istigfar dan taubat nasuha, (2) Menjaga iman dan ketakwaaan kepada Allah SWT secara istikamah, (3) Berusaha sungguh-sungguh memperbaiki lahir batin, (4) Mendirikan salat dan memelihara salat, (5) Senantiasa mengerjakan amal salih secara ikhlas semata-mata karena Allah, (6) Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan hal-hal yang berguna, (7) Jangan pernah meremehkan dosa-dosa kecil yang telah dilakukan, (8) Senantiasa berzikir dan mengingat Allah di manapun berada, dan (9) Upayakan selalu ingat akan kematian.

Barang siapa yang bisa meraih husnul khatimah dalam hidupnya, apapun kondisinya sekarang. Apakah dalam kesulitan atau kelonggaran hidupnya. Apakah dalam limpahan atau keterbatasan rezeki. Apakah dalam kondisi kuat atau lemah badannya. Apakah dalam berilmu yang tinggi atau standar. Apakah dalam kondisi sehat atau sakit. Yang penting bahwa pada saat berakhir hidupnya dalam keadaan husnul khatimah. Bagi Lansia ingat anda Rasulullah saw, “Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun, dan sedikit yang melampaui umur tersebut.” (HR. Ibnu Majah).

Untuk itu marilah kita ingat akan kematian, karena sepandai umat adalah yang ingat akan kematian. Ibnu Umar RA berkata, ”Aku datang menemui Nabi Muhammad SAW bersama 10 orang, lalu salah seorang Anshar bertanya, siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia wahai Rasulullah? Nabi menjawab, orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan.” (HR Ibnu Majah).

Baca Juga:  Hidup Bahagia di Usia Tua

Selain berbagai ikhtiar yang bisa kita lakukan secara optimal, kita perlu secara istikamah bermunajat kepada Allah swt dengan berdoa :

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ

Ya Allah, jadikanlah sebaik-baiknya umurku adalah umur yang terakhirnya, sebaik-baiknya amalku adalah amal-amal penutupannya dan sebaik-baiknya hariku adalah hari saat aku menghadap-Mu.

Selain itu bisa berdoa sebagai berikut:

اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ

Artinya: “Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan Islam, akhirilah hidup kami dengan membawa iman dan akhirilah hidup kami dengan husnul khotimah”.

Demikianlah sedikit renungan bagi Lansia dan yang menuju Lansia dalam menghadapi akhir kehidupan. Memang umumnya akhir kehidupan di bumi ini terjadi pada usia lansia, namun dewasa ini kematian tidak harus menunggu Lansia. Banyak kasus bahwa kematian bisa terjadi lebih awal karena berbagai penyebab. Karena itu wafat dengan husnul khatimah di samping utamanya menjadi kepedulian insan Lansia, juga bagi kelompok usia yang lebih awal. Akhirnya, yang penting bagaimana menjadi Lansia yang sehat, mandiri, produktif, bahagia, bermanfaat, istikamah beribadah dan wafat dengan husnul khatimah. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah