Press ESC to close

Bahasa Al-Qur'an dan 300 Kata yang Terkadang Salah Dipahami

Aneh. Ada orang yang menyangka bahwa bahasa Al-Qur'an adalah bahasa Arab biasa yang tidak ada istimewanya, dan menganggap semua orang Arab paham dengan bahasa Al-Qur'an. Maka, hal tersebut tidak benar. Buktinya, kalau ke Arab, tanyak deh pada mereka tentang makna atau isi Al-Qur'an, apakah semuanya paham? Yang pernah ke Arab insyallah paham ini. Lah, inilah uniknya bahasa Al-Qur'an, dan bahasa Arab menjadi pilihannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ibrahim al-Samarra’i dalam bukunya Fi Syarafi al-‘Arabiyyah min Alfāẓ al-Qur’ān menyoroti pentingnya pembahasan istilah-istilah dalam Al-Qur’an yang mengalami pergeseran makna dari penggunaan bahasa Arab pra-Islam ke makna istilah yang digunakan dalam konteks Islam. Dalam karya ini, beliau menelusuri makna asli (bahasa) dan makna istilah (syar’i) dari berbagai kata dalam Al-Qur’an dengan merujuk kepada kamus-kamus klasik dan kitab-kitab tafsir. Salah satu temuan pentingnya adalah adanya perkembangan makna dalam bahasa Al-Qur’an yang tidak ditemukan dalam bahasa Arab Jahiliyah, sebuah bukti bahwa perubahan semacam ini menunjukkan sisi i‘jaz (kemukjizatan) Al-Qur’an dari aspek kebahasaan (al-Samarra’i, 45–46).

Para ulama terdahulu seperti Ibn Fāris dan Abū Hilāl al-‘Askarī juga mencatat pergeseran makna ini dengan menyebut istilah baru sebagai “nama syar’i” atau “nama Islami”. Mereka mencatat bahwa istilah-istilah seperti "salat", "puasa", "haji", dan "zakat" memiliki makna yang berbeda setelah Islam datang. Bahkan beberapa kata seperti "munāfiq" dan "jahiliyyah" merupakan istilah yang tidak dikenal dalam masyarakat pra-Islam dan baru muncul dalam Al-Qur’an. Dalam kajian usul fikih modern, seperti yang dijelaskan oleh ‘Alī Ḥasab Allāh dalam Uṣūl al-Tashrī‘ al-Islāmī, muncul perdebatan tentang apakah istilah-istilah tersebut benar-benar baru atau hanya perluasan makna dari bentuk aslinya, yang kemudian menjadi istilah syar’i dalam hukum Islam (al-Samarra’i, 47–49).

Al-Qur'an itu tidak bisa hanya sehari dua hari untuk dipahami. Tidak cukup satu dua tahun untuk dikaji. Butuh waktu panjang, panjang sekali. Tidak hanya panjang waktunya, tetapi butuh kesungguhan dalam mengkajinya.

Dan tidak cukup satu ilmu untuk memahaminya, butuh banyak ilmu. Toh kalau ada terjemahan hari ini, itu bukan hanya karena tahu arti kata bahasa Arabnya saja, tetapi butuh kitab tafsir. Dan mereka pun tidak langsung merujuk pada Al-Qur'an, tetapi masih membaca nanyak tafsir-tafsir Al-Qur'an, seperti tafsir al-Tabari, Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, tafsir al-Baghawi dan kitab tafsir lainnya. Belum lagi tafsir Al-Qur'an yang lebih menitik beratkan kepada balaghah dan lughahnya, kosa kata, dan lainnya. Belum lagi jenis atau macam-macam tafsirnya, bil ma'tsur, bilra'i, bil isyarah, dan lainnya. Buanyak sekali.

Itu baru menerjemah lo, belum menjadi mufassir. Menjadi mufassir berat, berat sekali. Mungkin kalau diukur dengan fisik, lebih berat dari memikul gunung. Bisa dibayangkan, ia harus alim dalam ilmu nahwu, ilmu sharraf, ilmu lughah, ilmu etimologi Arab, ilmu balaghah dengan muatannya, ilmu usuluddin, ilmu qira'ah, ilmu nasikh mansukh, ilmu ushul fiqih, ilmu hadis, asbab nuzul dan masih buuuuanyak lagi.

Belum lagi adabnya, punya sikap jujur, lapang dada, berakhlak baik dan sifat-sifat yang baik lainnya. Ini tidak sembarang orang. Kebanyakan hari ini, bukanlah mufassir tapi pembaca tafsir, dan itu sudah luar biasa lo membaca tafsir. (Walau peluang untuk menjadi mufassir masih terus terbuka lebar dan juga ada yang menjadi mufassir). Karena ilmu Allah itu tidak dibatasi waktu dan tempat tinggal, ia diberikan kepada yang dikehendaki, dan juga bagi orang yang juhd wal ijtihad dalam mencarinya.

Tayyib, kita lanjut. Ini tentang kitab Tsalasa Mi'ah Kalimah Qur'aniyah qat Tufham Khathoan karya Abdul Majid bin Ibrahim Al-Sanid. 300 kata dalam Al-Qur'an yang terkadang keliru dipahami. Mengapa ini saya kutip, untuk menunjukkan pada yang menganggap bahwa bahasa Arab yang digunakan Al-Qur'an, bahasa biasa saja!

Al-Qur'an memang hadir bukan hanya untuk dibaca (dalam artian dibaca dengan bersuara saja), tetapi juga ditadabburi, dan untuk mentadabburi harus memahami kosa kata (mufradat, lafal) di dalamnya. Dan kosa kata dalam Al-Qur'an tidak semuanya dapat dipahami begitu saja, apalagi hanya mengambil kamus sederhana. Tidak cukup. Maka, butuh pendamping-pendamping lainnya di antaranya adalah kitab tafsir. Dan kitab ini, menjelaskan kosa kata yang terkadang salah dipahami. Terdapat 300 kosa kata yang dibahas oleh muallif.

Beberapa contoh dalam kitab tersebut adalah; kata dhanna (ظن), kalau di dalam kamus kita akan mendapati arti "menyangka", dan mungkin kalau kita baca Ayat ini, akan kita artikan dengan mereka "menyangka" atau “menduka”

{ ٱلَّذِینَ یَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَـٰقُوا۟ رَبِّهِمۡ وَأَنَّهُمۡ إِلَیۡهِ رَ ٰ⁠جِعُونَ }

(Surat Al-Baqarah: 46)
Ternyata artinya bukan menyangka, tetapi "meyakini" (يتيقنون).

Contoh lainnya kata Yastahyu (يستحيون), mungkin kita artikan malu atau mempermalukan. Tetapi dalam Ayat, tidak diartikan demikian, tetapi bermakna meninggalkan, membiarkan (يتركون).

وَیَسۡتَحۡیُونَ نِسَاۤءَكُمۡۚ

Artinya, "mereka membiarkan anak-anak perempuanmu".

Ada juga kata Qoryah (قرية), yang mungkin kita artikan desa. Desa adalah bagian dari kota. Tetapi, dalam Ayat ini, menurut Abdul Majid, bukan kota kecil (atau desa yang sering kita pahami), tetapi qaryah adalah negeri (tidak ada bedanya, besar atau kecil).

وَإِذۡ قُلۡنَا ٱدۡخُلُوا۟ هَـٰذِهِ ٱلۡقَرۡیَةَ

[Surat Al-Baqarah: 58].

Saya masih contoh lagi, yang ada dalam kitab tersebut, yaitu kata Sujjada (سجدا), sekilas langsung akan kita artikan dengan sujud, yaitu meletakkan kepala di atas sajadah atau tanah dengan menempelkan dahi. Ternyata artinya bukan sujud, tetapi ruku'.

وَٱدۡخُلُوا۟ ٱلۡبَابَ سُجَّدࣰا

Artinya, "Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk".

Dan masih banyak contoh-contoh lainnya yang menarik untuk dikaji dan dibaca dalam kitab ini. (Silahkan undah kitabnya, atau japri al faqir ila rahmati rabbihi).

Al-Qur'an sangat kaya dengan kosa kata, dipenuhi berbagai makna, dan untuk memahaminya tidak cukup hanya dengan mereka-reka, butuh keseriusan dalam mengkajinya. Dan Alhamdulillah, ulama-ulama kita sudah menyuguhkan kitab al-Qur'an terjemahan yang dapat menjadi obat bagi yang tidak atau belum memahami bahasa Arab. Atau juga dapat menjadi pembanding bagi yang sudah belajar bahasa Arab. Al-Qur'an itu samudera, tidak cukup dalam hidupnya yang berumur sampai 60 tahun atau lebih untuk menyelamnya atau berkeliling dengan bahteranya di samudera itu.

Marja'

إبراهيم السامرائي، في شرف العربية من ألفاظ القرآن 
٣٠٠ كلمة قرآنية قد تفهم خطأ

@PesantrenID on Instagram