Ulama

Amanah Kiai Sahal

Foto: Kiai Sahal Mahfudh menjadi Pemimpin Sidang dalam Muktamar NU di Yogyakarta tahun 1989. Di sampingnya Ada KH Ahmad Shiddiq (Rais Am Syuriyah PBNU) yang memakai sorban putih samping Bapak Menteri.

Salah satu karakter utama Kiai Sahal adalah amanah. Amanah ini sifat para Nabi yang diteruskan oleh Ulama yang menjadi ahli Waris para Nabi yang bertugas menyampaikan Risalah Islam di muka bumi.

Amanah dimaknai dengan bisa-dapat dipercaya. Orang yang amanah akan mencurahkan segala kemampuan (daya-upaya) untuk dapat melaksanakan amanah yang dipercayakan padanya.

Amanah lahir dari sifat tanggungjawab penuh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diemban. Ia all-out dalam melaksanakan tugas sehingga lahir Prestasi Demi Prestasi yang mencengangkan dan unpredictable.

Urgensi sifat amanah dijelaskan dalam al-Quran dan Hadis Nabi.

والذين هم لامنتهم وعهدهم راعون

Dan orang-orang yang Menjaga amanah-amanahnya dan janjinya (QS. Al-Mu’minun 8)

ان الله يأمركم أن تؤدوا الامانات الي أهلها

Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu semua untuk melaksanakan amanah kepada yang berhak (QS. An-Nisa’ 85)

لا ايمان لمن لا أمانة له ولا دين لمن لا عهد له

Tidak dianggap Punya Iman bagi orang yang tidak bisa dipercaya dan tidak dianggap punya agama bagi orang yang tidak menepati janji (HR. Ahmad).

اية المنافق ثلاث إذا حدث كذب وإذا وعد اخلف وإذا ائتمن خان

Tanda orang munafik Ada tiga, ketika berbicara bohong, ketika berjanji mengingkari, aan ketika diberi amanah berkhianat (Muttafaqun Alaih).

Dalam banyak tulisan, Kiai Sahal menjelaskan salah satu sifat utama seorang Muslim adalah amanah. Kiai Sahal sering mengutip ayat dalam QS. Al-Qashash 28:26:

ان خير من استأجرت القوي الأمين

Sesungguhnya sebaik-baiknya orang yang kamu jadikan pekerja adalah orang yang kuat Dan dapat dipercaya (amanah).

Kiai Sahal sering mengutip hadis:

المؤمن القوي خير واحب الي الله من المؤمن الضعيف

Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah (HR. Imam Muslim).

Baca Juga:  Keramat Kiai Sahal

Dalam konteks Islam, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi, orang tidak boleh mencari atau memperebutkan amanah karena amanah hanya diberikan kepada orang yang benar-benar mampu melaksanakannya.

Ingat hadis Nabi:

اذا وسد الأمر الي غير أهله فانتظر الساعة

Jika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya (HR. Imam Bukhari).

Namun, dalam waktu darurat, seperti tidak ada orang lain yang pantas memegang amanah, maka seseorang boleh mencalonkan dan memperebutkan amanah, bukan demi kepentingan pribadi (meraih kekuasaan), tapi demi kepentingan umum (tegaknya keadilan dan kesejahteraan umat).

Hal ini tersirat dalam QS. Yusuf 12:55:

قال رب اجعلني علي خزائن الأرض اني حفيظ عليم

Nabi Yusuf berkata: Wahai pemimpinku, jadikan aku Bendahara kekayaan bumi Mesir sesungguhnya aku orang yang bisa menjaga dan mengetahui.

Permintaan Nabi Yusuf kepada Raja Mesir saat itu tidak lepas dari realitas riil bahwa hanya Nabi Yusuf yang bisa melaksanakan amanah untuk mengatur Ekonomi bangsa Mesir. Fakta membuktikan, di tangan Nabi Yusuf, ekonomi Mesir jaya dan menjadi rujukan negara-negara lain saat terjadi resesi-krisis global, khususnya dalam hal pangan.

Kiai Sahal Mahfudh

Berbagai tanggungjawab yang diserahkan kepada Kiai Sahal membuktikan bahwa Kiai Sahal adalah orang yang amanah. Posisi sebagai Rais Am Syuriyah PBNU dan Ketua Umum MUI Pusat tidak mungkin diberikan kecuali kepada orang yang benar-benar sudah terbukti amanahnya dalam mengemban tanggungjawab besar.

Beberapa indikator bahwa Kiai Sahal adalah pemimpin amanah adalah sebagai berikut:

Pertama, saat pulang (bukan boyong) dari Pondok Sarang, Kiai Sahal tiba-tiba diserahi pamannya KH Abdullah Zain Salam dan guru-guru untuk memimpin Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kajen, sebuah Madrasah yang dirintis kakeknya KH Abdussalam, yang berhasil melahirkan ulama-ulama besar.

Baca Juga:  Mbah Sahal; Pesantren, Ijtihad dan Pemberdayaan Masyarakat

Kiai Sahal tidak menolak amanah ini, tapi menerima amanah ini dengan penuh tanggungjawab.

Ketika mengemban amanah sebagai Direktur PIM ini, tidak terhitung terobosan positif yang diinisiasi Kiai Sahal. Berdirinya Aliyah, Madrasah Diniyah Ula Dan Wustha, Himpunan Siswa Mathali’ul Falah Putra-Putri (HSM-HISMAWATI), Taman Gizi HISMAWATI, dan lain-lain sebagian terobosan Kiai Sahal.

Kedua, ketika diserahi amanah menjadi Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah tahun 1982, Kiai Sahal menerima amanah ini, meskipun Rais Syuriyah sebelumnya (ketika Kiai Sahal menjadi Katib Syuriyah), yaitu KH Ahmad Kendal berkenan menjadi Wakil Rais untuk membimbing Kiai Sahal.

Ketiga, ketika diserahi amanah jabatan Rektor INISNU (Institut Islam Nahdlatul Ulama) Jepara, Kiai Sahal melaksanakan amanah ini dengan penuh tanggungjawab meskipun tugas-tugas dalam skala Nasional dan regional menumpuk. Tugas sebagai Rektor ini beliau emban sampai INISNU berubah menjadi UNISNU (Universitas Islam Nahdlatul Ulama).

Keempat, ketika diserahi memimpin Pondok Pesantren Maslakul Huda untuk melanjutkan kepemimpinan Ayahnya, KH Mahfudh Salam yang merintis Pondok ini, Kiai Sahal melaksanakan dengan sepenuh hati. Pondok Pesantren Maslakul Huda di bawah kepemimpinan Kiai Sahal tidak hanya bergerak di bidang pendidikan tafaqquh fiddin, tapi juga bergerak dalam pemberdayaan Ekonomi warga Kajen dan sekitarnya.

Kelima, ketika diserahi amanah sebagai Ketua Umum MUI Jawa Tengah, Kiai Sahal menerimanya sampai dua periode. Menurut sumber, di era kepemimpinan Kiai Sahal, MUI Jateng berhasil membangun Kantor karena kedisiplinan Kiai Sahal dalam menertibkan keuangan lembaga sehingga transparan dan akuntabel.

Keenam, ketika diamanahi tugas Maha Berat, yaitu Rais Am Syuriyah PBNU di Muktamar NU di Lirboyo tahun 1999, Kiai Sahal menerima amanah besar ini dengan penuh tanggungjawab. Beliau Tidak memanfaatkan posisi ini untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Justru beliau berjuang untuk kemajuan warga NU dan bangsa secara keseluruhan. Maka wajar jika Kiai Sahal dipilih sebagai Rais Am Syuriyah PBNU tiga periode (sampai akhir hayat).

Baca Juga:  Kiai Sahal dan Nyai Nafisah - Saling Mendukung dan Saling Menguatkan

Ketujuh, ketika diserahi amanah menjadi Ketua Umum MUI Pusat tahun 2000, beliau melaksanakan amanah besar ini dengan sungguh-sungguh. Maka wajar jika Kiai Sahal dipilih kembali menjadi Ketua Umum MUI sampai tiga periode (sampai akhir hayatnya). Di era kepemimpinan Kiai Sahal di MUI ini, berdiri Kantor MUI yang representatif.

Tujuh bukti di atas menunjukkan amanah Kiai Sahal Mahfudh yang menjadi inspirasi dan motivasi para santri untuk meneladaninya.

Dr. H. Jamal Makmur AS., M.A.
Penulis, Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pati, dan Peneliti di IPMAFA Pati

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Ulama