Disetiap awal ajaran baru madrasah, saya selalu meminta teman-teman ngaji yang ada dikelas baru untuk berkenalan. Mulai dari menyebutkan nama dan arti atau filosofinya, hingga alamat, cita-cita dan tokoh idolanya. Disamping untuk proses pengakraban, juga saya gunakan sebagai langkah pengenalan diri sendiri bagi mereka.

Yang belum punya rencana hidup, saya paksa untuk mulai memikirkan masadepan. Untuk yang sudah punya, saya gunakan momen ini untuk memantabkan.

Saat menyebutkan cita-cita, banyak sekali dari mereka yang ingin menjadi pengusaha ataupun bos besar yang banyak harta. Biasanya ditambahi dengan harapan: “pengen jadi orang kaya, supaya bisa menyejahterkan keluarga, lingkungan, dan terutama agama”. Dan tak jarang kemudian saya pesankan: “kalau memang nanti ditaqdirkan kaya, jangan lupa juga untuk membantu teman-teman lain yang bercita-cita jadi kiai yaa… jangan jadi orang kaya yang pelit, gak mau merawat agama. Hehehe”.

Bukan tanpa alasan saya pesankan demikian, karena memang banyak sekali orang kaya yang tidak mau merawat agama. Dan ini adalah salah satu alasan kenapa kita harus kaya. Sebagaimana yang sering bapak ceritakan: “Njenengan dituntut dados tiang sugeh, kados dawuhe syekh lukmanul hakim: ngger golek o sugeh. Opo meneh pas dadi pemimpin masyarakat. Kon sugeh ninggal melarat(anda semua dituntut untuk menjadi orang kaya. Sebagaimana dawuh dari syekh luqmanul hakim: ‘wahai anakku, jadilah orang kaya. Terutama engkau yang jadi pemimpin di masyarakat, jadilah orang kaya, jangan jadi orang miskin)”.

“Opo sebabe? Wong iku semongso faqir, opo maneh dadi pimpinan, nduwe kelemahan werno telu: kang pertama agomone tipis. Pilihan presiden, milih seng ndi sampean? Wes pokok e seng duwite akeh. Utowo pilihan lurah geh ngoten. Pontang panting(kenapa harus kaya? Karena apabila miskin, apalagi ketika jadi pemimpin, maka engkau akan punya tiga kelemahan. Yang pertama: agamanya tipis. Seperti saat pilihan presiden, kalau anda miskin dan ditanya: ‘milih siapa anda?’, maka biasanya dijawab: ‘yang banyak uangnya’. Atau bahkan pilihan lurah atau kepala desa pun sama seperti itu. Terpontang-panting tidak bisa berpegang teguh pada idealisme agama, karena tipis agamanya yang disebabkan oleh kemiskinan)”.

“Nomer loro aqale apes. Sakiki pondok e kurang ombo, kiwo tengene pondok banon 100 njaluk sak M. Kiai ne gak nduwe opo-opo, lak yo gak iso mikir niku. Makane syekh luqman pesen ngoten. Kon sugeh gae ngeramut agomo. Katah wong sugeh gak gelem ngeramut agomo(kelemahan yang kedua, aqalnya lemah. Seperti contoh saat pondoknya mulai kurang luas, ada tanah disekitar pondok yang luasnya 100 banon, dan mintanya 1 Miliar. Kalau kiainya tidak punya harta, kemungkinan besar ya tidak bisa berfikir dengan baik itu. Oleh karena itulah syekh luqman berpesan kepada kita untuk harus jadi orang kaya untuk merawat agama. Karena banyak sekali orang kaya namun tidak mau merawat agama)”.

“Nomer tigo, hilang sifat keberanianipun. Ora kendel. Kerono melarat, kon nerangaken zakat gone masyarakat gak patek wani. Aku ko nerangne bab zakat dianggep aku njalok zakat(kelemahan yang ketiga, hilang sifat berani dalam dirinya. Seperti contoh, karena dia miskin akhirnya tidak berani menerangkan bab zakat pada masyarakat. Dia takut saat menerangkan zakat dianggap minta zakat)”.

“Gek diterusne neh kaleh syekh lukmanul hakim: ngger enek seng luweh nemen daripada perkoro telu niku wau, diremehne karo wong-wong seng ora islam. Dilokne karo seng ora islam: deloken, gak usah masuk islam sampean. Deloken, pimpinane ae apese ngono kuwi(dan kemudian dilanjutkan oleh syekh luqmanul hakim: namun nak, ada yang jauh lebih hebat dari tiga kelemahan tersebut. Yaitu diremehkan oleh orang-orang yang tidak islam. Mereka banyak yang akan mencela:’jangan masuk islam, lihat dan perhatikan, pimpinannya saja lemah dan miskin seperti itu)”.

Kemudian ditutup oleh bapak: “Lek pengen dadi wong sugeh geh monggo. Kudu gelem wiridan(kalau anda ingin jadi orang kaya, ya silahkan, bahkan itu dianjurkan oleh syekh luqman. Tapi syaratnya harus mau wiridan!)”.

Adapun wiridan agar bisa menjadi orang kaya ini banyak sekali dan sering diijazahkan oleh bapak. Silahkan mencari di kitab sullamul futuhat atau kitab sillahul muhallighin. Dan kalau memang serius ingin mencari, bisa ikut acara ijazah kubro yang setiap tahun diadakan di pondok Kwagean. Kebetulan tahun ini diadakan kamis malam jumat besok.

Bila sudah ikut ijazahan atau sudah punya ilmu amalan tentang kekayaan, hendaknya diamalkan dengan penuh kesungguhan. Karena sebagaimana yang selalu dipesankan bapak: tidak akan ada keistimewaan dalam setiap amalan tanpa adanya keistiqomahan.

Semoga kita bisa mengistiqomahkan usaha hingga bisa mencapai derajat mulia.

#salamKWAGEAN

Muhammad Muslim Hanan
Santri Alumnus PIM Kajen dan PP Kwagean Kediri

    Rekomendasi

    Fakhri Al-Razi
    Kisah

    Fakhri Al-Razi (3)

    Ruang sosial al-Razi Membaca kehidupan orang ini kita dapat menggambarkan bahwa seluruh hidupnya ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini