Paradigma dan Tipologi Khidmah Santri (Bagian 2)

Khidmah li al-usrah berdasar pada manāqib sayyidina Usman b. Affan ra. yang rela tidak ikut dalam perang Badar sebab diminta tetap tinggal di rumah merawat sang istri tercinta (sayyidah Ruqayyah ra. putri Rasulillah saw. yang sedang sakit), juga manāqib sayyidina Uwais al-Qarni ra. yang rela khidmah pada ibundanya, serta Hadis Nabi saw.:

سُئلت عائشة رضى الله عنها ما كان النبي ﷺ يصنع في بيته؟ قالت: كان يكون في مهنة أهله…”، يعني: خدمة أهله. متفق عليه

“Sayyidah Aisyah ra. ditanya tentang apa yang biasa dilakukan oleh Nabi saw. di rumah? Beliau menjawab; “beliau saw. biasanya terlibat (membantu) pekerjaan rumah tangganya…” HR. Bukhari-Muslim.

Sedangkan khidmah li al-shakhs berdasar pada sirah Nabawiyah yang disebutkan sebelumnya di mana banyak para sahabat berebut berkhidmah pada Nabi saw. juga cerita Yusya’ yang berkhidmah pada Nabi Musa as. Dan Nabi Zakariya as., yang berkhidmah pada sayyidah Maryam as. Dari sinilah kita kaum santri beristifādah (menarik pelajaran) untuk khidmah pada kiai. Sebab khidmah pada orang yang shaleh (kiai) mempunyai kelebihan tersendiri, sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Ṭabaqāt al-Awliyā’ li Ibn al-Mulaqqin:

إذا أراد الله بعبد خيراً رزقه خدمة الصالحين والأخيار، ووفقه لقبول ما يشيرون به عليه، وسهل عليه سبل الخير

“Jika Allah swt. menginginkan sebuah kebaikan pada seorang hamba maka Allah swt. akan memberikan rejeki pada hamba tersebut berkhidmah pada orang-orang shaleh, dan Allah swt. akan memberikan pemahaman baik pada hal-hal yang ditunjukkan oleh orang-orang shaleh itu padanya, dan Allah swt. juga akan memudahkan atasnya jalan-jalan yang baik”.

Demikian juga disebutkan dalam kitab Ṭabaqāt al-Ṣūfiyyah li al-Salamī:

أدن قَلْبك من مجالسة الذَّاكِرِينَ لعله ينتبه غفلته وأقم شخصك فِي خدمَة الصَّالِحين لَعَلَّه يتعود ببركتها طَاعَة رب الْعَالمين

Baca Juga:  Hari Santri, Kita Baca Asal-Usul Pesantren di Jawa

“Tundukkan hatimu untuk mengikuti majelis-majelis dzikir yang semoga dengan itu dapat mengingatkan kealphaanmu (dalam berdzikir pada Allah swt.), dan tempatkan dirimu dalam berkhidmah pada orang-orang shaleh yang semoga berkah khidmah itu dapat membiasakan ta’at pada Allah swt. Tuhan semesta”

Khidmah dilihat dari bentuk atau caranya terbagi menjadi empat, yaitu khidmah bi al-fikr (pengabdian dengan pikiran), khidmah bi al-nafs (pengabdian dengan raga), khidmah bi al-māl (pengabdian dengan harta), dan khidmah bi al-du‘ā’ (pengabdian dengan doa). Hal serupa juga pernah disampaikan oleh Gus Qayyum Lasem, murid Mbah Moen saat mengisi pengajian dalam Haul KH Mahfudz Salam dan KH MA Sahal Mahfufz, di mana beliau membagi khidmah menjadi tiga minus khidmah bi al-fikr. Khidmah bi al-fikr ini dapat kita beristifādah dari sahabat Salman al-Farisi ra., saat perang Khandak. Berkat pemikiran beliau agar membangun benteng berbentuk parit, kaum Muslimin terhindar dari kehancuran masif dan bahkan kekalahan sebab pasukan koalisi Kafir saat itu berjumlah 10.000 sudah mengepung Madinah sedangkan jumlah pasukan Muslim yang siap perang hanya 3000 orang. Buah pemikiran sahabat Salman ra. terbukti bernilai dari pada seribu pasukan, maka dengan demikian khidmah bi al-fikr sama pentingnya dengan khidmah bi al-nafs dan bisa jadi lebih bernilai.

Khidmah bi al-nafs beristifādah dari Yusya’ dalam cerita Nabi Musa as., juga para Sahabat ahli Sufah (seperti sahabat Rabi‘ah b. Ka‘ab ra. dan lainnya) yang mengabdi secara fisik melayani dan membantu Nabi saw. dalam kesehariannya. Khidmah bi al-māl beristifādah dari umm al-mu’minīn sayyidah Khadijah ra. dan para Sahabat yang gemar mengeluarkan kekayaannya untuk membantu Nabi saw., secara khusus dan agama Islam secara umum. Sedangkan khidmah bi al-du‘ā’ beristifādah dari para Abdāl, kekasih-kekasih Allah swt. baik mastur atau masyhur yang senantiasa mendoakan kebaikan untuk umatnya Nabi saw. dalam hal ini al-Quṭb Ma’ruf al-Khurkhi qs. pernah berkata dalam Ṭabaqāt al-Awliyā’:

مَنْ قَالَ فِي كُلِّ يَوْمٍ عَشْرَ مَرَّاتٍ : اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ، اللَّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ . كُتِبَ مِنَ الْأَبْدَالِ

Baca Juga:  Berkenalan dengan Tafsir Jalalain, Kitab Populer di Pesantren

“Barangsiapa senantiasa berdoa sepuluh kali dalam sehari; “Ya Allah perbaikilah umatnya sayyidina Muhammad, Ya Allah lapangkanlah umatnya sayyidina Muhammad, Ya Allah kasihilah umatnya sayyidina Muhammad”, maka ia tercatat sebagai salah satu wali Abdal”.

Khidmah bi al-du‘ā’ ini juga al-faqīr dapati saat berkunjung ke pesantren Kwagean Kediri di mana beberapa puluh santri dengan amanah khusus dari kiai Hannan membaca awrād dan aḥzāb setiap harinya dalam rangka membantu kiai nirakati para santri agar senantiasa aman, mendapat ilmu manfaat dan berkah serta selalu dalam ridha Allah swt. Hal serupa juga kami jumpai di pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo, hal ini terjadi saat salah satu mas (gus) yang ahli tirakat dan gemar melek bengi sedang umrah lama sehingga Abah Ali Masyhuri menugaskan ke beberapa ustadz pesantren membaca awrād shalawat tertentu selama mas belum pulang dari umrahnya.

Maka dari sekian tipologi cara berkhidmah ini, di posisi mana kita biasanya berada?. Walau sudah tidak mukim di pesantren dan menjadi alumni, semoga kita tetap ambil bagian untuk berkhidmah, setidaknya model terakhir (khidmah bi al-du‘ā’). Senantiasa berdoa untuk kebaikan Romo Yai, keluarga ndalem, para asātidh, alumni, santri dan pesantren secara umum. Atau jika mempunyai kelebihan finansial, mungkin kita dapat menaikkan cara khidmah kita pada khidmah bi al-māl dengan berinfaq untuk kepentingan pesantren atau dakwah kiai. Atau jika memang jarak tempat tinggal cukup dekat dengan pesantren, mungkin kita dapat memilih berkhidmah secara fisik dan seterusnya. Tentu segala macam khidmah ini semestinya dilandasari keikhlasan agar kehidupan kita sebagai santri mendapatkan futūḥ sehingga selalu dapat bimbingan dan berada dalam pandangan Allah swt. sebagaimana kalām Abuya di atas. Wa Allāh A’lam. [HW]

Bakhrul Huda
Santri PP Mambaus Sholihin Gresik; Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    Opini

    Ulamanya Penguasa

    Dewasa ini, sering kita mendengar banyak yang men-judge sembarangan tak berdasarkan dalil, dalam ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini