Hampir tiap daerah di seluruh penjuru Indonesia ini terdapat pesantren yang mengajarkan nilai-nilai Islam Moderat yang rahmatan lil ‘alamin, tapi tidak semua pesantren mempunyai gedung yang megah dan mempunyai ribuan santri.
Di antara pesantren yang mempunyai gedung megah dan mempunyai ribuan santri itu adalah Pesantren Sunan Drajat Lamongan, pesantren Sunan Drajat ini mempunyai ratusan unit usaha yang dikelola sendiri oleh pesantren, tenaga profesional yang mengelolah unit usaha itu adalah santri-santrinya sendiri.

Ketika saya sowan kepada Kiai Abdul Ghofur, saya memberanikan diri untuk menanyakan rahasia kesuksesan pesantren yang beliau dirikan di dekat pesarean Sunan Drajat itu, “Ngapunten Abah, bagaimana rahasia kemandirian pesantren?” alhamdulillah beliau berkenan menjawab pertanyaan saya.

“Pesantren itu harus kaya, kalau pesantren tidak punya uang, segala sesuatunya akan mengalami kemacetan. Pesantren tidak boleh mengandalkan minta-minta bantuan, semestinya pesantren malah memberi bantuan. Bagaimana agar pesantren bisa memberi bantuan? Syaratnya ya pesantren harus kaya!.”

Mendengar jawaban Kiai Abdul Ghofur, saya hanya bisa menganggukkan kepala, lalu sejurus kemudian beliau melanjutkan bertutur “Agar pesantren bisa kaya, syaratnya harus pintar bekerja.”

Menurut beliau, tanpa memiliki banyak uang, pesantren tidak akan pernah bisa berkembang, yang ada malah merepotkan masyarakat karena pesantren sering minta sumbangan dana.
Selain itu beliau juga menegaskan bahwa uang itu nomer satu untuk keberlangsungan dan perkembangan pesantren, beliau memberikan nasehat khusus agar pesantren bisa mandiri dan kaya, yaitu dengan memperbanyak berdoa kepada Allah SWT, doanya sangat simpel dan mudah dilafalkan.

Beliau bercerita, santri-santri di Pesantren Sunan Drajat Lamongan ini diwajibkan untuk berdoa meminta uang setiap selesai shalat, terutama setelah shalat maghrib hingga Isya’.
“Kalau tidak percaya, datanglah ke masjid pondok atau ke asrama santri, dengarlah di sana pasti santri-santri berdoa meminta rizqi, doanya santri setiap maghrib hingga Isya’ hanya meminta uang, Rabbanaa, Rabbana, Warzuqnaa, Warzuqnaa.”

Saat bertutur seperti itu, Kiai Abdul Ghofur menunjuk ke arah asrama santri putra yang ada di selatan ndalem beliau.

Baca Juga:  Dinamika "Sejarah Politik" Kaum Santri

Di akhir moment saat saya sowan, beliau memberi saya nasehat bahwa agar pesantren bisa mandiri dan kaya syaratnya harus berusha dhohir dengan bekerja juga berusaha bathin yaitu dengan memperbanyak berdoa.
Tidak heran jika pesantren Sunan Drajat memiliki ratusan unit usaha baik di kancah Internasional maupun Nasional, kini santri-santrinya kurang lebih 15.000, sudah banyak yang bisa membuat kapal, diantara rahasianya adalah seperti yang beliau tuturkan di atas tadi.
Saat saya masih nyantri di Sunan Drajat, saya menyaksikan sendiri setiap kali Kiai Abdul Ghofur memimpin doa baik di pesantren maupun di acara ceramah agama di desa-desa, beliau tidak pernah meninggalkan doa “Rabbana anzil ‘alainaa maa’idatan minas samaa’, takuunu lanaa ‘iidan liawwalinaa wa aakhirinaa wa aayatan minka, warzuqnaa wa anta khairur roziqiin.” (Qs. Al Maidah 114)
Wallahu a’lam

Ali Adhim
Alumni Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Santri di Pesantren Kreatif Baitul Kilmah Yogyakarta, Penulis, Editor dan Desainer CV. Global Press Yogyakarta, PT. Melvana Media Indonesia, dan Owner CV. Belibis Pustaka Group.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Pesantren