Hati Tak Tenang, Apakah karena riba

Ada seorang teman bercerita pengalaman tentang keadaan dirinya saat bekerja di suatu Bank Konvensional ternama di Indonesia. Pengalaman ini berkaitan dengan spiritualnya yang pada akhirnya membuatnya melakukan keputusan terbesar selama perjalanan hidupnya untuk pertama kali.

Salah satu teman saya kuliah di Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Timur dan mengambil jurusan Ekonomi Islam. Perjalanan perkuliahan yang dialaminya memang mulus tanpa hambatan yang berarti. Namun, saat program pendidikannya telah usai dan mendaftar pekerjaan dibeberapa tempat, ada salah satu Bank Swasta besar yang memanggilnya untuk tes. Singkat cerita teman saya menerima dan datang untuk melakukan tes karyawan, serta lolos untuk bekerja di bank tersebut. Selama bekerja di bank konvensional banyak sekali ujian atau cobaan yang dirasakannya dan yang paling utama adalah hati yang tidak tenang (Kosong).

Dalam hal ini saya tertarik untuk memberikan komentar tentang “Hati Tak Tenang Karena Kerja di Bank Konvensional”. Jika kita melihat dari konteks bekerja di Bank terutama Bank Konvensional maka yang terlintas dibenak banyak kalangan adalah kata “Riba”. Pembahasan mengenai Riba telah dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadis. Terdapat beberapa ayat di dalam Al-Quran yang membahas mengenai Riba seperti QS. Al-Baqarah Ayat 278-280, QS. Ali Imron Ayat 130, QS. An-Nisa Ayat 160-161, dan QS. Ar-Rum Ayat 39.

Allah SWT berfirman dalam QS. Ali-Imron Ayat 130 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.”

Dari ayat tersebut sudah dapat jelas kita pahami bahwa dosa akibat riba akan mendapatkan azab yang sangat pedih di akhirat. Namun tidak hanya mendapatkan azab di akhirat tetapi juga mendapatkan cobaan di dunia. Banyak sekali akibat yang dapat dirasakan ketika kita memberi makan keluarga dari hasil Riba salah satunya adalah tidak ada ketenangan dihati, hati terasa kosong, hidup tidak berkah dan masih banyak yang lainnya.

Baca Juga:  Tiga Hal yang Membersihkan Hati

Bekerja atau berkarir di sebuah bank terkenal bagi generasi milenial saat ini merupakan hal impian dan sangat membanggakan. Gaji yang sangat besar, bekerja di tempat yang mewah, dan bisa dibanggakan namun, apakah tempat kerja tersebut membuat hati tenang? Belum tentu. Bekerja dengan gaji melimpah, pulang bekerja merasa gelisah, banyak sekali cobaan yang datang dikehidupan, bahkan uang hilang tak bersisa.

Apa yang bisa dilakukan ketika keadaan seakan tidak mendukung kita bekerja di tempat itu? Jawabannya ada di hati kita masing masing, masih maukah berlanjut dengan kemewahan duniawi namun tersiksa di akhirat atau meninggalkan kemaksiatan riba dan mencari ketenangan hati. Dalam meninggalkan pekerjaan yang mencukupi kehidupan kita memang berat, bahkan sulit apalagi kondisi COVID seperti ini. Akan tetapi apakah kita mau memberikan makan orangtua kita dari hasil riba? apakah kita ingin bergelimang kemewahan tapi tanpa Allah SWT di hati kita? Semakin banyak pertanyaan pertanyaan yang akan muncul dan menghantui pada saat kita masih bertahan ditempat yang tidak baik tersebut.

Tidak hanya teman saya, namun saya sendiri mengalami hal tersebut 8 bulan berada di tempat yang tidak membuat hati saya tenang sedikitpun. Keadaan keuangan yang sulit yang memaksa saya berada di jurang itu. Selama 8 bulan saya berusaha untuk mencoba berdamai dengan hati ini bahwa ini untuk keluarga dan hanya sementara, namun semakin saya berusaha menerima keadaan Allah memberikan ujian di hidup saya. Hati tidak pernah tenang, salat tidak khusyuk, bahkan hati ini kosong tak ada Allah disana.

Ketahuilah bahwa dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa pemakan riba akan berjalan seperti orang gila, hal itu benar adanya. Saya berusaha keluar dari permasalahan ini tidak mudah dan banyak godaan bahkan dengan iming iming menjadi pegawai tetap di bank tersebut. Setelah tawaran itu muncul saya semakin seperti orang gila, ketakutan, dan hati semakin tidak tenang.

Baca Juga:  Pinjaman Online, Riba yang Sedang Naik Daun

Dengan keyakinan bahwa rezeki ditangan Allah dan Allah akan memberikan jalan keluar bagi hambanya yang bertakwa, saya resign dari tempat kerja dan lebih mendekatkan diri serta bertaubat kepada Allah SWT. Hingga pada saat ini Allah SWT menjawab doa hambanya, selang beberapa minggu saya mengajukan resign saya mendapatkan panggilan kerja di lembaga pendidikan dan saya diterima bertepatan beberapa hari setelah saya resign dari Bank tersebut.

Jadi, yakinlah pada kuasa yang Allah SWT miliki bahwa setiap proses dan perjalanan hidup hambanya tidak akan dibiarkan selalu dalam kesulitan atau kesengsaraan. Tidak ada yang rugi ketika meninggalkan riba ataupun dosa yang lainnya, Allah SWT akan memberikan keberkahan dalam hidup hambanya jika kita mau keluar dari lingkar dosa dan kemewahan duniawi dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Hanya perlu bersabar, bersyukur, dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT maka hidup ini akan indah dan hati akan terasa tenang serta damai. [HW]

Tanza Dona Pertiwi
Mahasiswi Magister Sains Ekonomi Islam Universitas Airlangga Surabaya

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] bunga atau sebuah manfaat yang menguntungkan bagi muqtaridl maka hal tersebut dinamakan riba qardl dan semua ulama sepakat hukumnya adalah […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini