Memang, menjadi mahasiswa idealis adalah syahdu. Syahdunya seperti senja dan kopi. Jangan lupa, tambahkan obat sakit maag dan sebungkus mie. Klop. Sebuah padu padan paling paripurna.
Kata mahasiswa sedang trending saat ini. Kata itu mulai banyak didengar, ditulis, atau dilihat sejak adanya demo (atau aksi) besar-besaran akhir bulan kemarin. Aksi masif yang kesekian kali, setelah aksi besar tahun 90-an.
Banyak yang menarik dari aksi masif mahasiswa ini. Mulai jumlah massa yang luar biasa besar. Lalu aneka poster yang dipakai, mulai dari yang serius sampai lucu. Bahkan cerita romansa juga turut ambil bagian. Meski banyak yang tahu, cerita romansa dan mahasiwa itu satu paket abadi. Tapi tidak untuk mahasiswa idealis. Kenapa begitu? Coba tanya pada rumput yang bergoyang. Hehehe.
Mahasiswa idealis dan cerita romansa itu sebenarnya lumrah. Jamak dialami orang biasa juga. Ada proses jatuh bangun yang wajib dialami. Ada yang mencapai akhir bahagia; melakukan pendekatan, menyatukan visi-misi lalu berakhir dengan tawa bersama. Ada pula yang berakhir duka; melakukan pendekatan, namun takdir berkata lain. Disalip senior mereka, atau ‘target sasaran’ memilih pilihan lain. Hehehe.
Contoh cerita ngenes pernah dialami salah satu teman saya. Berjumpa dengan ‘target sasaran’ dalam acara perekrutan anggota baru. Tahap demi tahap pendekatan sudah dilancarkan. Mulai ajakan diskusi ringan hingga berat, dia lakukan dengan senang hati saat ‘target sasaran’ mengajaknya. Namun, suatu hari, dia tahu bahwa pujaan hatinya sudah menambatkan hati pada orang lain. Tidak lain adalah senior teman saya sendiri. Mungkin, takdir teman saya saat itu lekat dengan isu-isu perjuangan, tak beruntung dalam hal romansa.
Ada juga contoh romansa bahagia. Berawal pula dari masa perekrutan anggota baru. Eh, ini bukan meminjam istilah salah satu organisasi ya. Hehehe. Semata demi memudahkan saja, gaes.
Cerita bahagia itu diawali dengan proses yang biasa. Proses pendekatan, menyatakan perasaan, lalu berakhir bahagia bersama. Bahkan saat ini mereka sudah dikaruniai seorang anak. Semesta dan Tuhan merestui mereka untuk bersama. Persis, seperti harapanmu agar bisa bersanding dengan dirinya. Dirinya yang mana? Entah, kamu sendiri yang tahu. Hehehe.
Jatuh bangun perihal romansa sebenarnya biasa saja. Lumrah dialami oleh siapa pun. Bahkan oleh mahasiswa. Apalagi mahasiwa yang disebut mahasiwa idealis.
Mengapa lumrah? Karena mahasiwa itu manusia biasa. Romansa adalah bagian dari dinamika hidup manusia. Hewan dan tumbuhan juga punya cerita serupa. Hanya, saya tak tahu seperti apa cerita keduanya. Saya belum bisa memahami bahasa hewan dan tumbuhan. Hehehe.
Kepada seluruh mahasiswa idealis. Tetaplah setia di jalan perjuangan. Tapi, jangan lupa perjuangkan perasaanmu pada hati yang tepat. Setidaknya dirimu pernah berjuang. Meski tak pernah dianggap bernilai.
Loh, kok jadi melow?