JOMBANG, Pesantren.id – Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Jombang menggelar bedah buku Sejarah Pendidikan Islam Nusantara, Sabtu sore (4/9). Bertempat di Rumah Pergerakan, hadir penulis buku Mukani dan Rifatuz Zuhro. Rektor Universitas Darul Ulum Jombang Dr. Amir Maliki hadir sebagai pembanding. Kegiatan ini digelar secara daring dan luring.
Saat memaparkan materi, Rifatuz Zuhro menuturkan bahwa Islam Nusantara toleran dengan keragaman. “Ramah dan tidak mementingkan formalitas,” ujar ibu satu anak ini. Perempuan yang akrab disapa Ririf ini menegaskan bahwa Islam Nusantara memiliki akar dan sanad keilmuan yang kuat. “Memiliki nilai yang sesuai dengan budaya dan tradisi yang ada,” imbuhnya.
Dirinya mencontohkan komunitas Al-Jawi yang tinggal di Arab Saudi. Ini adalah golongan ulama dari Nusantara yang menimba ilmu dan berkiprah di sana. “Kontribusinya bagi kebangkitan Indonesia melawan kolonial sangat besar,” bebernya.
Mukani menambahkan, komunitas Al-Jawi inilah yang membuat repot kolonial Belanda. “Karena setelah Perang Diponegoro dapat dipadamkan tahun 1830, perjuangan ulama Nusantara bergeser dari perjuangan fisik menuju melalui dunia pesantren,” papar dosen STAI Darussalam Nganjuk ini.
Bapak dua anak ini menegaskan bahwa Perang Diponegoro memang menguras kas kerajaan Belanda. Bahkan APBN habis. Sehingga Belanda mencari segala cara untuk menghentikan perlawanan pribumi.
Mengutip hasil penelitian Zainul Milal Bizawie, kemampuan Diponegoro untuk menggerakkan warga di desa-desa ini tidak terlepas dari statusnya sebagai pemimpin tarekat Syatariyah. Meskipun gelar kebangsawanan Diponegoro sudah dicopot. “Ini menunjukkan adanya peran dunia pendidikan Islam dalam melawan kolonial,” imbuhnya.
Pria yang juga dosen STIT Urwatul Wutsqo Jombang ini menambahkan bahwa Snouck Hugronje, penasehat kolonial Belanda, juga merekomendasikan hal yang sama. Bahwa ulama-ulama yang sudah naik haji patut dicurigai akan mengadakan pemberontakan. Ini karena di Arab Saudi, setelah melaksanakan ibadah haji, biasanya mereka akan menimba ilmu ke komunitas Al-Jawi. “Di buku Mecca, Hujronje menjelaskan secara detail kiprah para ulama Al-Jawi ini ketika Arab Saudi,” imbuhnya.
Buku ini, lanjutnya, diakui adalah edisi pertama yang membahas kajian Islam Nusantara dari satu topik secara fokus, yaitu pendidikan. “Karena Islam Nusantara sendiri sangat luas jika dikaji dari segi filologi, ekonomi, politik, sosiologis, historis dan sebagainya,” kata alumni Pondok Seblak ini.
Amir Maliki menggariswahi terkait sistem pendidikan yang baik. Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya ini menegaskan bahwa perlu dirumuskan formula lembaga pendidikan yang bena-benar dibutuhkan masyarakat.
“Ini tema menarik dari buku ini, hanya saja harus dirumuskan lembaga pendidikan Islam bagaimana yang sangat-sangat dibutuhkan masyarakat sekarang,” ujarnya.
Doktor dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menegaskan bahwa bangsa ini membutuhkan lembaga pendidikan bermutu yang memajukan dunia pendidikan. “Dan hal ini perlu terus didiskusikan,” imbuhnya.
Dirinya mengapresiasi penerbitan buku yang merupakan kolaborasi dosen dan mahasiswa seperti ini. “Dengan kemampuan mahasiswa yang bagus dan dibimbing dosen yang cocok, saya yakin akan menghasilkan produk yang bermutu,” paparnya.
Ditemui usai acara, ketua panitia Samsul Fauji mengaku kegiatan digelar bekerja sama dengan Griya Pustaka Kayangan. Sehingga ada diskon khusus soal harga penjualan buku. “Agar tradisi literasi di kalangan mahasiswa di Jombang makin meningkat”, harapnya. []