Ya Thoybah Syirik?

Saya tidak sedang berdialog dengan seorang artis yang mengatakan syair Ya Thoybah mengandung syirik. Sebab dia mendapatkan penjelasan dari seorang Ustaz Salafi yang gemar menghukumi syirik.

Perlu diketahui syair Ya Thoybah adalah sebuah lagu atau syair. Bagi yang menjiwai syair pasti tidak asing dengan bahasa Majaz atau metafora, bahasa kiasan dan sastra.

1. Apa maksud Thoybah?

Thoybah artinya adalah Madinah. Nabi shalallahu alaihi wa sallam menyebut 3x dalam hadis Sahih:

«ﻫﺬﻩ ﻃﻴﺒﺔ، ﻫﺬﻩ ﻃﻴﺒﺔ، ﻫﺬﻩ ﻃﻴﺒﺔ» – ﻳﻌﻨﻲ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ –

Madinah ini Thoybah. Madinah ini Thoybah. Madinah ini Thoybah (HR Muslim no 119)

2. Menyeru Kepada Selain Allah

Inilah yang menjadi poin masalah dihukumi syirik. Karena menyeru kepada selain Allah!!!

Berbincang dengan sebuah negeri menjadi lumrah meskipun negeri itu tidak bernyawa. Buktinya Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam juga menjadikan Kota Makkah sebagai Mukhatab (diajak bicara) ketika Nabi akan meninggalkan Kota Makkah:

«ﻭاﻟﻠﻪ ﺇﻧﻚ ﻟﺨﻴﺮ ﺃﺭﺽ اﻟﻠﻪ، ﻭﺃﺣﺐ ﺃﺭﺽ اﻟﻠﻪ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ، ﻭﻟﻮﻻ ﺃﻧﻲ ﺃﺧﺮﺟﺖ ﻣﻨﻚ ﻣﺎ ﺧﺮﺟﺖ»

“Demi Allah, sungguh engkau (Kota Makkah) adalah bumi Allah yang terbaik dan bumi yang paling dicintai oleh Allah. Andaikan aku tidak diusir maka Aku tidak akan pergi” (HR Tirmidzi no 925)

Bahkan menyeru kepada orang yang wafat pun juga bukan Syirik. Sebagaimana Sayidah Fathimah sampaikan:

ﻓﻠﻤﺎ ﻣﺎﺕ ﻗﺎﻟﺖ: ﻳﺎ ﺃﺑﺘﺎﻩ، ﺃﺟﺎﺏ ﺭﺑﺎ ﺩﻋﺎﻩ، ﻳﺎ ﺃﺑﺘﺎﻩ، ﻣﻦ ﺟﻨﺔ اﻟﻔﺮﺩﻭﺱ، ﻣﺄﻭاﻩ ﻳﺎ ﺃﺑﺘﺎﻩ ﺇﻟﻰ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﻧﻨﻌﺎﻩ

Ketika Nabi wafat, Fathimah berkata: “Wahai Ayah, telah memenuhi panggilan Tuhannya. Wahai Ayah, surga Firdaus tempat kembalinya. Wahai Ayah, kepada Jibril kabar kematian” (HR Bukhari no 4462)

Andaikan menyeru kepada selain Allah dan kepada orang mati adalah kesyirikan, tentu Imam Bukhari akan menyatakan Syirik pada perkataan Sayidah Fathimah ini.

Baca Juga:  Mawang dan Soal Rasa Tanpa Kata

Yaa Dawal Ayana, Wahai Madinah pelipur laraku”. Menurut ustaz Salafi ini adalah kesyirikan karena percaya ada kesembuhan dari selain Allah.

Tanah Kota Madinah menjadi pelipur lara ada 2 makna, makna sebagai kerinduan kepada sebuah negeri yang menjadi tempat hijrah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam.

Makna kedua, memang Tanah Kota Madinah yang diberikan berkah oleh Allah dapat digunakan untuk mengobati penyakit, seperti dalam hadis dan penafsiran ulama hadis berikut:

ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ، ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ: ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻠﻤﺮﻳﺾ: «ﺑﺴﻢ اﻟﻠﻪ، ﺗﺮﺑﺔ ﺃﺭﺿﻨﺎ، ﺑﺮﻳﻘﺔ ﺑﻌﻀﻨﺎ، ﻳﺸﻔﻰ ﺳﻘﻴﻤﻨﺎ، ﺑﺈﺫﻥ ﺭﺑﻨﺎ» رواه البخاري ومسلم

Dari Aisyah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mendoakan orang sakit: “Dengan nama Allah. Ini adalah tanah negeri kami (Madinah). Dengan ludah kami. Orang sakit diberi sembuh, atas izin Allah” (HR Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi berkata:

ﻭﻗﻴﻞ ﺃﺭﺽ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﺧﺎﺻﺔ ﻟﺒﺮﻛﺘﻬﺎ (شرح مسلم)

Ada pendapat yang mengatakan bahwa tanah tersebut adalah tanah Madinah karena keberkahan negeri tersebut (Syarah Muslim, 14/184). []

Maruf Khozin
Ketua Aswaja Center Jawa Timur, dan Pengurus PW LBMNU Jawa Timur.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini