Dalam rangka memperingati Hari Kemanusiaan Sedunia (World Humanitarian Day) pada 19 Agustus 2020, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) memberikan penghargaan kepada pribadi inspiratif di tengah pandemi COVID-19. Orang tersebut adalah Yoyok Wachyudi, Ketua Pimpinan Cabang Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (PC LPBI NU) Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Menurut M. Ali Yusuf, Ketua PP LPBI NU saat menyerahkan penghargaan di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat mengatakan, bahwa Peringatan World Humanitarian Day 2020 yang mengambil tema “Real Life Heroes” atau “Pahlawan Sekitar Kita” ini sangat sesuai dengan karakter Yoyok, karena selama pandemi telah melakukan sekian banyak upaya untuk mencegah penyebaran COVID-19 di tengah masyarakat dan mendukung masyarakat untuk mengurangi dampak COVID-19 melalui aneka ragam kegiatan.
Pria berusia empat puluh tahun kelahiran Pasuruan, Jawa Timur ini dalam merealisasikan gagasannya, melakukan komunikasi dan koordinasi dengan PW LPBI NU Jawa Timur serta PP LPBI NU agar segala aktivitas yang dia rancang dan rencanakan sesuai dengan protokol-protokol yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah. Yoyok yang sudah dua tahun menjadi Ketua PC LPBI NU Bangil pun didaulat menjadi Ketua Satuan Tugas (Satgas) NU Peduli COVID-19 PCNU Bangil.
Ratusan masjid dan musholla di wilayah Bangil, Kabupaten Pasuruan dan sekitarnya telah dilakukan disinfeksi secara simultan, kemudian telah dibantu pengadaan fasilitas cuci tangan, hand sanitizer, masker kepada jamaah yang melakukan ibadah. Selain itu juga dibuatkan protokol jaga jarak dalam ibadah, serta sosialisasi dan edukasi kepada jamaah secara rutin dilakukan agar jamaah waspada terhadap COVID-19.
Pria yang juga alumni Pondok Pesantren KHA Wahid Hasyim Bangil ini bersama Relawan LPBI NU Bangil membantu kepulangan para santri di beberapa pondok pesantren di wilayah Bangil Kabupaten Pasuruan dengan pengawalan ketat protokol kesehatan dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten, Tim Kesehatan Kecamatan dan Gugus Tugas COVID-19 Pesantren.
Begitu juga, saat aktivitas pondok pesantren akan dimulai dengan kembalinya para santri ke asrama, Yoyok berkoordinasi dengan beberapa pondok pesantren untuk memastikan sebelum para santri kembali, asrama dan semua fasilitas yang ada di pesantren benar-benar steril dari COVID-19. Maka, penyemprotan disinfektan, penyiapan masker, hand sanitizer, tempat cuci tangan, bilik isolasi mandiri, ruang kesehatan disiapkan di setiap pondok pesantren sebelum para santri datang. Para santri yang kembali ke pondok pesantren dibuat beberapa gelombang dan menerapkan pembatasan jarak fisik, pengukuran suhu, sterilisasi barang bawaan dan pengantar dilarang masuk ke asrama.
Dampak pandemi tidak hanya pada persoalan kesehatan, tetapi yang paling mengkhawatirkan dampak ekonomi dan pangan masyarakat. Yoyok berkoordinasi dengan Satgas NU Peduli COVID-19 Bangil dan beberapa desa agar membuat lumbung pangan untuk mengurangi dampak pandemi yang diperkirakan akan panjang masanya. Beberapa desa menyiapkan lahan untuk ditanami buah-buahan dan sayuran serta budidaya ikan air tawar.
Selain itu, untuk menanggulangi dampak ekonomi COVID-19, pria yang juga Pengurus SPRB Jawa Timur ini melakukan distribusi bantuan paket sembako kepada warga di beberapa desa yang terdampak pandemi. Terutama kepada beberapa warga yang telah melakukan isolasi mandiri di rumahnya karena menjadi suspek COVID-19.
Sektor lain yang juga terdampak di masa pandemi adalah dunia pendidikan. Kegiatan belajar mengajar secara daring tidak bisa melayani semua pihak. Bagi keluarga yang mampu memfasilitasi anak-anaknya dengan teknologi baik alat maupun jaringan internet tidak menjadi masalah. Tetapi bagi keluarga kurang mampu dan minim akses internet, hal ini menjadi kendala yang luar biasa.
Yoyok yang menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Kanjuruhan Malang akhirnya menginisiasi Rumah Belajar Online di rumahnya sendiri. Rumah belajar ini bisa membantu warga sekitar, terutama anak-anak dalam melanjutkan belajar secara daring dari sekolah masing-masing menggunakan fasilitas gratis (smartphone, laptop, jaringan internet, tempat belajar dan APD). Selain memfasilitasi anak-anak tetap belajar daring dengan sekolah, Yoyok juga menyiapkan beberapa tutor untuk mendampingi mereka untuk mendalami pelajaran sekolah mereka.
Menjadi relawan COVID-19 merupakan panggilan jiwa bagi Yoyok. Karena dia sudah sering terlibat aktif dalam melakukan respon bencana alam dari skala desa hingga nasional. Tetapi menjalankan tugas kemanusiaan dalam penanganan dan pencegahan COVID-19 merupakan sebuah pengalaman baru yang penuh dengan tantangan. Baginya tiada hari tanpa melawan COVID-19. Oleh karena itu, aktivitas kesehariannya adalah mengerahkan sumber daya yang dia miliki termasuk menggerakkan relawan untuk mencegah dan menangani COVID-19. [HW]