Syaikhina Maimoen Zubair pernah bercerita:
“Diantara mulazamah walidi (Syaikhona Zubair Dahlan) yang menjadi wirid beliau adalah membaca ayat tersebut sambil meletakkan tangannya di dada.
Yaitu ayat :
لَقَد جاءَكُم رَسولٌ مِن أَنفُسِكُم عَزيزٌ عَلَيهِ ما عَنِتُّم حَريصٌ عَلَيكُم بِالمُؤمِنينَ رَءوفٌ رَحيمٌ
فَإِن تَوَلَّوا فَقُل حَسبِىَ اللَّهُ لا إِلٰهَ إِلّا هُوَ عَلَيهِ تَوَكَّلتُ وَهُوَ رَبُّ العَرشِ العَظيمِ
Walidi sebelum wafat pernah berkata kepadaku: “Mun, aku tidak suka panjang umur.”
Saya bertanya: “kenapa?”.
Kata beliau: “karena aku ingin hidup enak di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu aku tidak puasa dalail seperti kebanyakan orang, karena bagiku itu tidak enak. Oleh sebab itu aku tidak makan kecuali yang aku suka, maka aku tidak mau makanan yang aku tidak suka. Orang fakir kurus-kurus ya karena makanannya bukan yang mereka suka.
Jadi aku memang ingin hidup enak di dunia dan enak di akhirat, makanya aku sering berdoa: “Ya Allah, aku minta kepada-Mu surga, aku tidak urus di maqam mana amalku menempatkanku disana kelak, aku hanya meminta-Mu surga”.
Syaikhina Maimoen menjelaskan: “karena banyak orang yang hanya mencari pahala-pahala, lebih memilih mengulang-ulang Qulhu tanpa keinginan mengkhatamkan Al Quran.” (Beliau juga sering dawuh: banyak orang yang hanya sibuk mencari pahala arba’in, tapi terlupakan dengan tujuannya berada di Madinah, yaitu dekat dengan Rasulullah)
Beliau melanjutkan kisahnya:
“Lalu walidi juga mengatakan: aku senang hidup enak, nanti kalau mati masuk surga. Enak di dunia itu bukan dengan kekayaan, berapa banyak orang kaya yang hidupnya gelisah. Juga bukan dengan hidup fakir, karena biasanya orang fakir selalu mengeluh tentang kehidupannya. Maka jalan tengah tentang hal ini adalah pasrah, tawakal. Dan tawakal seperti kata Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam adalah: (إعقل ثم توكل) ikat dulu barulah tawakal.
Makanya aku tidak ingin terlalu fakir kemudian tidak bekerja sama sekali, juga aku ingin tidak ada anak-anakku yang durhaka kepadaku. Karena bala’ terbesar bagi seseorang adalah ketika anak durhaka, bukan istri durhaka, sebab istri bisa saja ditalak, sedangkan anak tidak pernah bisa terputus.
Juga aku tidak ingin sakit parah, sebab biasanya orang kalau sudah terlalu usia tua terlalu berkecimpung dengan yang namanya penyakit, hingga Rasulullah-pun pernah berdoa: “ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari menjadi orang yang terlalu tua”
Maka ini makna Firman Allah:
وَمِنهُم مَن يَقولُ رَبَّنا ءاتِنا فِى الدُّنيا حَسَنَةً وَفِى الءاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنا عَذابَ النّار
Ini yang aku inginkan, dan aku tidak meng-judge hal tersebut pada orang lain yang tidak sama denganku dan menghinanya, karena setiap orang bebas berbicara, dan setiap pembicaraan tergantung maqam orangnya, karena berapa banyak orang yang memilih sabar akan kesulitannya dalam berkehidupan di dunia, dan dia akan mendapatkan balasan kesabarannya dari Allah kelak di akhirat berupa nikmat yang bertubi-tubi, sehingga itu akan membuatnya lupa akan sakitnya hidup di dunia. [HW]
Lahumal Fatihah…