Pesantren.id – Munich, Jerman – UNISNU Jepara dan UINSA Surabaya bersama PCINU Jerman mengadakan kegiatan pendampingan dengan tema “Pedampingan Kajian Tafsir Nusantara pada Komunitas Muslim WNI”. Turut hadir dalam acara tersebut, yaitu:
1. KH Syaeful Fatah (Rois Syuriah PCINU Jerman);
2. Dr. H. Sa’dullah Assa’idi (Rektor UNISNU Jepara), secara daring;
3. Gus Muhammad Rodlin Billah (Ketua Tanfidziyah PCINU Jerman);
4. Dr. Abdulloh Hamid, M.Pd. (Dosen UINSA Surabaya);
5. Santi Andriyani M.Pd. (Dosen UNISNU Jepara);
6. Azzah Nor Laila, M.Pd. (Dosen UNISNU Jepara);
7. Muhammad Idlom D., Lc., M.S.I. (Dosen UNISNU Jepara).
Acara dimulai dengan tahlil singkat yang dipimpin oleh K.H. Syaeful Fatah, Rois Syuriah PCINU Jerman dan dilanjutkan oleh penyampaian kajian tafsir ulama Nusantara oleh Dr. H. Sa’dullah.
Beliau menyampaikan bahwa dalam mentafsir al-Qur’an terdapat pendekatan yang disebut dengan pemahaman secara kohesif. Pemahaman secara kohesif ini melekat (tamassuk binafsin) kepada orang yang sedang membacanya (membaca al-Qur’an atau hadis). Dalam hal ini, pemahaman secara kohesif memanfaatkan mental-cum-spiritual attitude (sikap mental-spiritual tertentu). Menurut beliau, ulama-ulama dalam mengkaji atau menyusun kitab, memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki mata kepala (ainutthobi’i), mata akal (ainul aqli), mata hati (ainul qolbi) dan mata ruh (ainurruh).
Ulama-ulama dalam menyusun serta mengkaji kitab memanfaatkan empat potensi. Pertama, penggunaan potensi mata kepala. Dalam hal ini, yang diperoleh adalah lafal-lafal atau kata-kata yang didukung oleh ilmu-ilmu seperti qira’ah, tajwid, maupun makharijul huruf. Kedua, juga diperlukan pemanfaatan mata akal yang menghasilkan ilmu dari perangkat rasio sehingga muncul cabang ilmu seperti ‘ulumul Qur’an dan tafsir. Ketiga, penggunaan mata hati, dari sini dapat diperoleh al-hubb wal mahabbah sehingga dalam bertutur kata, selalu mengalir dengan baik. Hal ini karena tutur kata tersebut didasari dengan rasa cinta. Terakhir, dalam maqam tertentu penggunaan mata ruh dapat dimanfaatkan. Potensi ini berhubungan dengan kemampuan melihat Allah swt (hubungan sinergis yang transendental antara hamba dengan Tuhannya).
“Proses yang disebut dengan (pendekatan) kohesif itu melekat pada diri kita masing-masing, apa yang saya sampaikan soal mental-cum-spiritual attitude di sini adalah pemanfaatan potensi mata kepala, mata akal, mata hati, dan mata ruh (secara maksimal),” tutur beliau.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Dr. Abdulloh Hamid mengenai. Menurut beliau terdapat 9 aspek yang harus dimiliki kader NU dalam menyongsong abad ke-2 NU, yaitu: Penguasaan dunia digital; Kemampuan teknokrasi dan kebijakan publik; pemahaman ilmu agama; semangat kemandirian ekonomi; menjadi warga dunia; berakar pada tradisi Nusantara; duta moderasi beragama; aktivis sosial-pendidikan; penguasaan sains dan teknologi.
Dr. Abdulloh Hamid menjelaskan tentang pentingnya tetap berakar pada tradisi Nusantara, “Sekarang banyak orang kuliah di luar negeri tidak menjadi Indonesia lagi. Kuliah di Amerika jadi orang Amerika, alumni Yaman jadi orang Yaman. Dulu, Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahab Chasbullah juga lama di Mekah namun tetap menjadi Indonesia. Nanti, teman-teman yang ada di sini (Jerman) walaupun hidup di Jerman, jangan sampai lupa dengan akar tradisi Nusantara.”
Rois Syuriah PCI NU Jerman, K.H. Syaeful Fatah menambahkan bahwa PCINU Jerman telah melaksanakan kursus bahasa Jerman (level A1 dan A2) skala kecil bagi calon-calon peserta Au Pair yang diharapkan akan dapat melanjutkan pendidikannya melalui program-program Ausbildung (belajar sambil bekerja) di kemudian hari. Beliau melanjutkan, bagi yang tertarik untuk mengikuti kursus tersebut untuk dapat menghubungi Fatayat PCINU Jerman.
Acara ditutup dengan solat Dzuhur berjamaah, ramah-tamah serta jamuan makan siang yang disiapkan oleh ibu-ibu Muslimat PCINU Jerman – MWC München.
[…] “Kami sangat terkesan dengan dedikasi dan kreativitas Ibu Sunarti dalam menjalankan usahanya. Pengalaman ini memberikan kami banyak pelajaran berharga tentang kewirausahaan dan inovasi,” Ujar Isna, salah satu anggota tim KKN Unisnu Jepara. […]
[…] “Kami sangat terkesan dengan dedikasi dan kreativitas Ibu Sunarti dalam menjalankan usahanya. Pengalaman ini memberikan kami banyak pelajaran berharga tentang kewirausahaan dan inovasi,” Ujar Isna, salah satu anggota tim KKN Unisnu Jepara. […]