Perbedaan Kata رحمة dan رحمت dalam Al-Qur'an, dan beberapa Variannya (Keunikan Simbol dalam Al-Qur'an)

Menarik bila dikaji lebih serius, benarkah kata Rahmatun (رحمت) dalam Al-Qur’an yang menggunakan Ta’ perahu/menghampar (mabsuthah) itu kesalahan tulis (Akhta’ Imlaiyyah) ? Demikian juga dengan kata Imra’ah (امرأت) yang menggunakan Ta’ Mabsuthah!. Dan beberapa kata yang memiliki varian yang sama dalam tulisannya, seperti dua kata di atas;

نعمتٌ – سنّتٌ – ابنتٌ – شجرتٌ – قرت عين – بقيتٌ – فطرتٌ – لعنَتٌ – جنتٌ – معصيتٌ – كلمتٌ

Sepintas saya baca-baca terkait dengan rasm (gaya tulisan dalam Al-Qur’an), tulisan di atas bukan kesalahan dalam penulisan, tetapi termasuk keindahan Al-Qur’an yang banyak dikaji dalam al-Lathaif al-Qur’aniyyah.

Dalam Al-Qur’an, kata Imar’atun dan Rahmatun ada dua gaya penulisan, yaitu; Imra’atun (امرأت) dan Imra’atun (امرأة). Rahmatun (رحمت) dan Rahmatun (رحمة) demikian juga dengan beberapa kata yang lain (seperti pada akhir paragraf pertama).

Dari aspek “tanda”, kata Rahmah (رحمة) Ta’-nya terikat (marbuthah), tergenggam, tertawan. Seakan-akan masih terikat, belum terlepas atau tidak terlepas. Berbeda dengan dengan kata Rahmat (رحمت) dengan Ta’ yang terlepas atau menghampar (mabsuthah) atau terbuka (maftuhah). Dari kedua tanda tersebut, seakan-akan tulisan itu (bentuk) sudah menjelaskan apa yang tersimpan di dalamnya.

Dalam Wasithah ‘Arus Al-Qur’an dijelaskan, kata رحمة adalah rahmat yang masih tersimpan di sisi Allah. Sedangkan رحمت adalah rahmat yang dapat dirasakan oleh manusia secara nyata. Dalam “Uktub” dan beberapa maqalah Taddabbur al-Qur’an, kata رحمت menunjukkan rahmat Allah yang tersimpan di sisi (ditahan) Allah kemudian dilepaskan (diberikan) dan kata ini selalu disandarkan kepada Asma’ Allah. Seperti dalam Surat Hud 73

(قَالُوۤا۟ أَتَعۡجَبِینَ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۖ رَحۡمَتُ ٱللَّهِ وَبَرَكَـٰتُهُۥ عَلَیۡكُمۡ أَهۡلَ ٱلۡبَیۡتِۚ إِنَّهُۥ حَمِیدࣱ مَّجِیدࣱ)

Baca Juga:  Fazlur Rahman: Teori Hermeneutika dalam Interpretasi Ayat Al-Qur’an

Mereka (para malaikat) berkata, “Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah, dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha Pengasih.”

Setelah Istri Nabi Ibrahim menunggu puluhan tahun untuk memiliki anak dan beliau sudah mulai menua, kemudian Allah memberi kabar gembira dengan kehadiran seorang anak untuknya. Demikian juga dengan doa Nabi Zakariya yang dikabulkan Allah, usia yang sudah udzur, dan puluhan tahun menunggu seorang anak, kemudian Allah karuniai padanya, Sayyidah Maryam.

ذِكۡرُ رَحۡمَتِ رَبِّكَ عَبۡدَهُۥ زَكَرِیَّاۤ

Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria“. [Surat Maryam 2]

Kata Rahmat (رحمة) memiliki beberapa makna, di antaranya adalah rahmat yang dijanjikan, diharapkan, bahkan ditahan bagi orang-orang yang melakukan kemungkaran. Seperti dalam Ayat;

(فَأَمَّا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَٱعۡتَصَمُوا۟ بِهِۦ فَسَیُدۡخِلُهُمۡ فِی رَحۡمَةࣲ مِّنۡهُ وَفَضۡلࣲ وَیَهۡدِیهِمۡ إِلَیۡهِ صِرَ ٰ⁠طࣰا مُّسۡتَقِیمࣰا)

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya“. [Surat An-Nisa’ 175]

Ada tulisan menarik yang khusus mengkaji rahasia Ta’ Mabsuthah dengan tema Sirr Ta’at Al-lathi basathah fi Qur’an Al-karim, Abdul Majid mengurai seluruh kata yang menggunakan Ta’ Mabsuthah (lepas, terhampar). Perbedaan itu dengan kaidah; bila Ta’ Maqbudhah (ة) menunjukkan pada sesuatu yang tertahan, tertawan, atau sesuatu yang tidak dapat diketahui secara keseluruhan atau sebagian. Sedangkan Ta’ Mabsuthah (ت), menunjukkan sesuatu yang diketahui, dan jelas. Dan ini menarik bila dikaji kata-kata lainnya, seperti Jannat (جنت) dan jannah (جنة). Kata Jannah (surga) ada 67, kata Jannah dengan Ta’ marbuthah (ة), hanya ada satu kata yang menggunakan Ta’ Mabsuthah (ت), apa rahasia di balik kata-kata ini?. Insyallah, akan dikaji selanjutnya. Allah ‘Alam Bisshawab. []

Halimi Zuhdy
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Pengasuh Pondok Literasi PP. Darun Nun Malang, Jawa Timur.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Pustaka