Sya’ban merupakan bulan kedelapan dalam tahun Hijriyah. Bulan ini jatuh sebelum bulan Ramadan yang menjadi bulannya Allah Swt. Sedangkan bulan Sya’ban itu sendiri, menjadi bulannya Nabi Muhammad Saw. Bulan sya’ban disebut juga bulan shalawat kepada nabi. Sebab, Ayat shalawat diturunkan pada bulan sya’ban tahun kedua setelah nabi hijrah (ke madinah), para ulama menegaskan hal senada dalam riwayat sahabat Abu Dzar sebagai berikut.
كما قال أبو ذر الهروى-: أنه وقع فى السنة الثانية من الهجرة، وقيل ليلة الإسراء، وقيل: إن شهر شعبان شهر الصلاة على رسول الله- صلى الله عليه وسلم-، لأن آية الصلاة- يعنى إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ (الأحزاب :56) نزلت فيه. والله أعلم.
Artinya, seperti ucapan riwayat abu Dzar bahwa ayat tersebut diturunkan pada tahun kedua hijriyyah. Dikatakan juga diturunkan pada malam isra’. Dikatakan juga bahwa bulan sya’ban adalah bulan shalawat kepada nabi Saw, karena ayat shalawat -yakni sungguh Allah dan malaikat-Nyya bershalawat untuk nabi-Nya (al-Ahzab:56)- diturunkan pada bulan tersebut.
Mulai bulan Sya’ban tersebut, nabi Muhammad Saw mendapatkan haknya sebagai utusan Allah Swt, tentu rasulullah berhak atas ulasan-Nya. Siapapun yang menjadi suruhan, pastinya akan mendapatkan suatu pujian atas tugasnya yang baik, benar, dan tepat. Nah, shalawatlah yang menjadi salah satu manifestasi umpan balik Allah kepada nabi muhammad, hingga allah juga memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk bershalawat kepada nabi Muhammad Saw.
Namun, maksud dari shalawatnya orang mukmin berbeda dengan Allah dan malaikatnya, sebagaimana kutipan Imam Qostolani -dalam kitab Mawahib- mengambil perkataan al-Hulaimi sebagai berikut.
قال الحليمى: والمقصود بالصلاة عليه التقرب إلى الله تعالى بامتثال أمره تعالى، وقضاء حق النبى علينا.
Artinya, al-Hulaimi berkata: Maksud dari shalawat kepada nabi yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintahnya dan menunaikan hak nabi dari kita.
Orang-orang mukmin bershalawat kepada nabi itu mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan perintahnya. Tidak bisa seorang mukmin -termasuk umatnya nabi- hendak memberi pujian atas tugas nabi sebagai seorang utusan Allah, justru seorang mukmin mesti berterima kasih kepada nabi. Begitulah hakikat dari shalawat kita selama ini.
Di sisi lain, nabi juga mempunyai hak bertindak atas izin Allah yaitu syafaat bagi umatnya kelak di hari akhir. Shalawat sering disemogakan bahwa nabi akan menjadi orang yang memudahkan urusan amal (mensyafa’ati) bagi orang yang bershalawat besok pada hari kiamat. Sayyid Alwi al-Maliki dalam kitabnya ma dza fi sya’ban, mengutip riwayat Ibnu Abi Daud sebagai berikut.
فقد روى ابن ابي دود عن ابي بكر الصديق رضي الله عنه، قال: سمعت رسول الله في حجة الوداع يقول: ان الله عز وجل قد وهب لكم ذنوبكم عند الاستغفار، فمن استغفر بنية صادقة غفر له، و من قال: لا الله الا الله رجح ميزانه، و من صلى علي كنت شفيعه يوم القيامة
Artinya, Ibnu Abi Daud meriwayatkan dari sahabat Abu Bakar as-Siddiq r.a. bahwa beliau mendengar nabi pada haji Wada’ bersabda bahwa Allah menghapus dosa-dosa kalian (sahabat) saat meminta ampunan. Barangsiapa meminta ampunan dengan niat tulus, tentu dia diampuni oleh-Nya. Barangsiapa membaca laa ilaaha illalloh, niscaya Allah mengunggulkan timbangannya. Barangsiapa bershalawat untukku, akulah pemberi syafaat pada hari kiamat.
Nas al-Qur’an telah kontras, bahwa setiap orang beriman diperintahkan membaca shalawat, sebagaimana Allah dan malaikatnya melakukan. Tidak asing kan? setelah nama baginda yaitu Muhammad disebut atau terdengar, pasti serentak akan menimpali dengan membaca shalawat serta salamnya. Artinya, kapanpun nama nabi disebut, seorang mukmin harus menjawab dengan shalawat serta salam dalam rangka mengagungkan nabi Muhammad Saw. Lebih-lebih pada bulannya nabi, bulannya shalawat, yaitu sya’ban.
Sekali lagi, dengan mengutip dari kitab Yaqut wal Marjan suatu riwayat dari at-Taymi yang sanadnya sampai shahabat Ali r.a. sebagai berikut.
روى التيمي عن زين العابدين علي بن الحسين بن علي رضي الله عنهم انه قال: علامة اهل السنة كثرة الصلاة على رسول لله. اه
At-Taymi meriwayatkan dari Zainal Abidin Ali bin al-Husain bin Ali r.a. bahwa sahabat Ali berkata tanda golongan ahli Sunnah adalah banyaknya shalawat kepada Rasulullah Saw. Wallahu a’lam. Shallu ‘alan nabi…[]
Amin Ma’ruf, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Iman Bulus Purworejo