Berita

Muhammad Roni, Komandan Banser yang Viral Karena Air Mata

Foto Muhammad Roni saat ini tengah viral di media sosial. Di foto tersebut, Roni berseragam Banser dengan posisi badan tegap dan tangan kanan terkepal penuh semangat. Namun air mata mengalir deras dari kedua bola matanya.

Hari Minggu (1/12) sekitar pukul 18.30, Koran Pantura berkunjung ke rumah Roni di Gang III Jalan Raya Condong di Desa Pajarakan Kulon, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo. Begitu tiba di depan rumahnya, si empunya rumah terlihat sedang membelakangi jalan. Tangan kanan kirinya memegang alat pel lantai. Alat itu diputar-putar sedemikian rupa agar lantai rumah bersih dan nyaman dikunjungi.

Di kepala Roni terpasang kopyah putih. Di tubuh Kepala Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Banser Kota Kraksaan ini terbalut kaos oblong dominan putih. Sementara di bagian bawah tubuhnya terkait sebuah sarung motif kotak-kotak yang dilipat agak naik agar tidak basah kena air pel.

Barang beberapa detik kemudian, ia tersadar ada tamu datang berkunjung. Roni pun bersiap, lalu menyilakan tamunya masuk rumah. Wajah dan badan tegapnya berkebalikan dengan sikapnya yang ramah dan santun. Logat bahasa jawa kromo inggil yang keluar dari bibirnya juga nyaman didengar.

Belum lama duduk di kursi tamu untuk berbincang dengan Koran Pantura, seorang anak gadis berusia 4 tahun bergelayut manja ke lengan Roni. Sesaat kemudian, si anak gadis itu berlalu masuk ke dalam rumah.

“Barusan itu anak saya yang nomor empat. Punya kakak 3 orang umur 15 tahun, 9 tahun, dan 6 tahun. Adiknya baru lahir, umur hampir 2 bulanan. Anak saya lima. Semuanya perempuan,” ujar suami dari Mar’atus Sholihah ini dengan senyum penuh arti.

Pria kelahiran Probolinggo, 11 Maret 1977 ini bernama lengkap Muhammad Roni. Jika dilengkapi dengan pangkat, ia bernama Kopka Muhammad Roni. Ia tercatat sebagai anggota TNI Angkatan Laut sejak 1998. Saat ini, Roni berdinas di Satrol Lantamal V Surabaya dengan wilayah tugas Pasuruan.

Baca Juga:  Kitab-kitab Klasik Peninggalan Banser Surabaya

“Tugas kami adalah menjaga keamanan di wilayah laut. Wilayah kerja Satrol ini dari Tegal sampai Bali. Saya secara spesifik bertugas di Pasuruan,” terangnya.

Roni mengaku tak begitu menyadari bahwa foto dirinya kini tengah viral di media sosial. Ia mengungkapkan, momen ia menangis itu terjadi ketika ia menjadi komandan apel akbar dan ijazah kubro Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur di Pantai Bohay di Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jum’at (29/11) lalu.

“Waktu itu baru saja peserta apel selesai menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lalu kami bersama-sama menyanyikan lagu Yaa Lal Wathan. Ketika itulah air mata saya keluar,” ungkap pria yang kini berusia 42 tahun ini.

Roni mengaku tak sadar air matanya menetes. Dalam pikirannya, Roni merasakan betapa besar tanggungjawab yang harus dipikul NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.

“Sebagai warga Banser dan NU, saya merasakan betapa rumitnya tugas NU yang sebagai organisasi yang senantiasa berkomitmen menjaga keutuhan NKRI. Saya merasa terharu karena kami secara pribadi dan juga organisasi, terlibat dalam upaya tersebut,” terangnya.

Ketika itu, Roni melihat keberadaan bendera Merah Putih dan bendera Nahdlatul Ulama yang ada di bagian depan apel. Yang muncul di pikiran Roni adalah rasa memiliki Indonesia sebagai tanah air tercinta.

“Raga saya memang ada di lokasi apel. Namun di pikiran, entah saya sedang berada di mana. Yang timbul di pikiran ini adalah persoalan-persoalan pelik yang tengah dialami oleh bangsa kita ini. Indonesia. Saya merasa trenyuh dan tak bisa menahan tangis lagi ketika itu,” ungkap Roni dengan mimik wajah serius dan berapi-api.

Sebagai komandan apel, ia adalah satu-satunya orang yang berdiri paling dekat dengan pembina apel. Yakni Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH. Marzuki Mustamar. Roni mengaku tak bisa menggambarkan perasaannya hanya dengan kata-kata.

Baca Juga:  PAC Ansor-Banser Cipanas Cianjur Ikuti Renungan Suci Bersama Forkopimcam

“Dari sudut pandang organisasi, kami bersyukur karena Kabupaten Probolinggo diberi kepercayaan menjadi tuan rumah apel akbar yang dihadiri lebih dari 14 ribu kader penggerak NU se-Jawa Timur. Alhamdulillah acara berjalan lancar,” ungkapnya.

Secara pribadi, Roni mengaku bangga karena bisa mendapat kesempatan untuk menjadi komandan di sebuah apel yang dalam sudut pandangnya cukup besar.

“Alhamdulillah tidak gugup meski menjadi komandan karena saya memang besar di dunia militer. Jadi, memang sudah terbiasa. Namun yang membuat berbeda, momen ini adalah yang pertama bagi kami selama mengabdikan diri di NU,” terang Roni.

Dalam pandangannya, lagu Yaa Lal Wathan menggambarkan sikap dan posisi NU, berikut kader-kadernya, kepada Indonesia. “Bahwa NKRI sudah harga mati bagi NU, bahwa ulama NU senantiasa berdiri tegak demi keutuhan bangsa ini. Hubbul wathan, mencintai tanah air, adalah bagian dari iman. Itu yang sudah pasti,” terangnya.

Roni mengatakan, seluruh rakyat Indonesia seharusnya memantapkan rasa memiliki bangsa ini dalam hati sanubarinya. “Jika setiap warga Indonesia memiliki rasa memiliki itu, saya yakin, Indonesia aman sentosa. Tidak akan banyak kegaduhan, tidak akan banyak teror. Ajaran radikal tidak akan tumbuh subur,” tegasnya.

Di Banser, Roni ternyata baru bergabung pada tahun 2016. Sekitar 3 tahun berselang, ia dipercaya menjadi Kepala Satkorcab Banser Kota Kraksaan. Ia mengaku mendapat dorongan bergabung di Banser dari H. Hasan Aminuddin.
“Oleh Pak Hasan, saya diminta untuk berkhidmat di NU, di Banser. Saya izin kepada pimpinan di AL, alhamdulillah saya dapat izin,” kata Roni.

Dari waktu ke waktu, rasa cintanya kepada Banser semakin besar. Ia pun yakin sikap dan pilihannya itu tidak salah. Sebagai orang lapangan, ia menyatakan tahu seperti apa kondisi sahabat-sahabat Banser di bawah.

Baca Juga:  Kader Muda Banser Cianjur Tutup Usia

“Mereka ikhlasnya sangat besar kepada NU. Berangkat ke acara NU kadang uangnya hanya cukup untuk beli bensin. Saya menyatakan siap berkhidmat di Banser. Saya ingin bersama sahabat-sahabat saya,” ungkapnya dengan sorot mata tegas dan penuh keyakinan.

Abdur Rohim Mawardi
Direktur media cetak harian Koran Pantura, serta Ketua PC Lakpesdam NU Kota Kraksaan.

Rekomendasi

Opini

Indonesia Bersarung

Adalah sangat keliru apabila ulama dan kaum santri hanya mengandalkan kesalehan personal dengan ...

Tinggalkan Komentar

More in Berita