Opini

Masa Disruption di Era Millenial

Tahap disruption di awal era Millenial ini, hampir semua orang bingung menghadapi fenomena perubahan ide-ide, konsep-konsep, gagasan-gagasan, pandangan-pandangan, dan nilai-nilai yang sangat ekstrim kecepatannya.

Bahkan saking cepatnya, banyak orang kebingungan dengan munculnya fenomena baru yg sebelumnya tidak terpikirkan bahkan tidak dibayangkan dalam mimpi sekali pun oleh manusia.

Fenomena kemunculan uang digital cryptocurrency, paperless, e-book, blockchain, perdagangan online, cyber medic, home schooling, agama tekno, neo paganisme, senjata ultra mechanic, haarp, dan lain-lain, yg mau tidak mau harus dihadapi sebagai kenyataan meski sangat membingungkan.

Yang paling menyedihkan dalam konteks perubahan ini adalah yang dialami para kampiun dosen dan guru besar yang selama ini layaknya dewa-dewa penguasa kampus yang paling berkuasa tidak terkalahkan oleh kekuatan apa pun, yang selalu benar karena memegang otoritas kebebasan akademik.

Bagaimana tidak menyedihkan, menghadapi sedikit perubahan dalam pandangan dan gagasan pendidikan oleh Mendikbud Millenial yang baru, misal, mereka sudah kelimpungan tidak berdaya.

Alih-alih mengantisipasi perubahan dengan strategi baru. mereka justru sibuk berusaha sekuat daya agar bagaimana kebijakan baru Mendikbud Millenial tidak mengganggu privilege mereka, terutama yang menyangkut sistem gajian dengan aneka tunjangannya yang selama ini sejatinya sangat memberatkan keuangan negara.

Sementara di sisi lain, mereka belum menyadari bahwa ilmu pengetahuan mereka sudah tidak lagi dibutuhkan di era Millenial yang ditandai lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi baru dengan paradigma baru.

Hampir sama dengan masyarakat awam yg lain, para dewa kampus yang mulia dan dihormati itu kebingungan melihat perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini menjadi komoditas utama di kampus, yang makin lama makin tidak diminati, ijazah kampus pun kurang lagi dibutuhkan, nilai hasil belajar pun tidak lagi menjadi ukuran, sistem pensiun pun pelan-pelan ditinggalkan, gelar akademis pun tidak lagi menjadi andalan dalam penentuan jabatan politis dan birokratis, dan kemunculan aneka lapangan kerja baru di jaringan usaha multi nasional dan trans nasional yang justru tidak bisa diisi oleh lulusan sekolah formal.

Apa yang sesungguhnya sedang terjadi?

Dewa-dewa penguasa kampus tidak cukup tahu apa yang sedang mereka hadapi. Sebab mereka selama ini hanya tahu kelas dengan perangkat pembelajarannya yang tidak banyak berubah sejak Schooling System diperkenalkan di negeri ini tahun 1901. Mereka tidak tahu bahwa teknologi pembelajaran di luar kelas sudah melesat tinggi di ruang angkasa dengan jaringan satelitnya.

Baca Juga:  Wajah Baru Pesantren, Mencetak Santri Millenial

Sungguh, semua orang kebingungan di masa disruption pada era Millenial ini, kecuali mereka yg terbiasa melihat kehidupan dengan iman dan kacamata bashirah, yang memandang perubahan-perubahan itu sebagai keniscayaan dari evolusi perkembangan manusia dalam mengatasi Seleksi Alam, sebagaimana diisyaratkan oleh Sang Sufi Agung Jalaluddin Rumi dengan teori evolusinya dan peringatan prediktif yang disampaikan Rasulullah Saw tentang jaman membingungkan yang disebut jaman akhir yang ditandai kemunculan Dajjal.

Saat ini, diakui atau tidak diakui, fakta riil kehidupan yang terjadi di dunia menunjukkan perubahan yang luar biasa cepat yang beberapa tahun sebelumnya, terbayang pun tidak dalam khayalan imajinasi kita.

Seperti mimpi di siang hari yang menjadi kenyataan tidak tersanggah, fakta-fakta riil mewujud dalam kehidupan sehari-hari kita, yang jika digambarkan sebagai berikut:

(1) Limabelas tahun yang lalu, Wartel (Warung Telekomunikasi), adalah bisnis yang sangat menguntungkan, tetapi saat ini Wartel sudah tidak kita jumpai lagi, karena semua orang menggunakan handphone – smartphone – android. Pengusaha Wartel sudah gulung sejak tujuh tahun silam;

(2) Duapuluh tahun yang lalu, Telepon Umum, masih terbilang alat yang sangat membantu komunikasi masyarakat yang murah dan tersedia di tempat-tempat umum, namun saat ini hampir tidak tersisa bahkan sekedar bangkainya;

(3) Duapuluh tahun yang lalu, Nokia, dengan Symbiannya adalah raja ponsel di seluruh dunia disusul Sonny Ericson, tetapi fakta hari ini Symbian tinggal kenangan, karena sudah dikalahkan oleh BlackBerry sepuluh tahun yang lalu;

(4) Sepuluh tahun yang lalu, BlackBerry merajai Chatting di Indonesia, sehingga hampir semua orang selalu meminta Pin BB, namun saat ini Blackberry sudah tertinggal karena kehadiran WhatsApp, LINE, Telegram, Skype, Dischords, Hangout;

(5) Sepuluh tahun yang lalu, Yahoo adalah raksasa di dunia internet disusul Myspace, tetapi fakta hari ini Yahoo dan Myspace telah gulung tikar tergulung habis oleh Google, FB & Twitter;

(6) Sepuluh tahun yang lalu, Surat Kabar, Majalah, Tabloid, TV adalah media informasi paling efektif yang dibutuhkan masyarakat, tetapi fakta hari ini, semuanya tersingkir ke pinggir oleh YouTube, Facebook, Twitter, Instagram, LinkedIn, yang membuat raksasa media massa gulung tikar;

(7) Sepuluh tahun yang lalu gerai Matahari, Ramayana, Giant, Carrefour, Sogo, Hypermart adalah raja-raja besar di dunia retail, tetapi fakta hari ini menunjuk gerai-gerai raksasa itu satu demi sati tutup, digantikan oleh Bukalapak, Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli;

Baca Juga:  Wajah Baru Pesantren, Mencetak Santri Millenial

(8) lima tahun yang lalu kita masih memakai kertas survey, permohonan jika ingin mengajukan kredit ke bank, BPR, koperasi, tetapi fakta hari ini, semua itu mulai tergerus oleh aplikasi Akulaku dan Kredivo;

(9) sepuluh tahun yang lalu, Ojek, adalah profesi yang sangat tidak diminati bahkan dianggap rendah, tetapi fakta hari ini menunjuk, driver Ojek banyak yang berijazah S1 bahkan S2, karena Ojek sudah online;

(10) Sepuluh tahun yang lalu, order taxi harus dilakukan dengan mencari taxi di jalanan atau telepon ke pangkalan taxi, tetapi sekarang ini, kita tinggal membuka aplikasi untuk memesan taxi Grab, Go Car, Gojek, Ojol;

(11) dua tahun yang lalu, saat sakit kita wajib ke dokter bahkan dokter spesialis, sekarang cukup dengan aplikasi Yesdoc, Asiandoctor, dengan Artificial lntelligence-nya, kita sudah dapat hasil diagnosa akurat tentang penyakit kita. Peran dokter ke depan tidak dibutuhkan, di mana hal itu akan diikuti tutupnya Fakultas Kedokteran di kampus-kampus bergengsi;

(12) Dua tahun yang lalu, atas resep yang dirujuk oleh dokter kita harus menebus obat hingga puluhan juta ke apotik, tapi dengan formula baru obat yang disebut purtier placenta, yang mampu menumbuhkan sel-sel baru secara regeneratif, secara langsung akan membuat pabrik obat dan apotik gulung tikar;

(13) Sepuluh tahun yang lalu, Dunia Investasi hanyalah milik orang kaya, kalangan The Have dengan banyak uang. Fakta hari ini, dengan uang mulai Rp. 100,000 pun semua orang bisa membeli Saham/Berinvestasi;

(14) Sepuluh tahun yang lalu, buka toko kelontong harus betmodal besar. Fakta hari ini, hanya bermodal Smartphone kita bisa jadi grosir dengan aplikasi Kudo;

(15) Sepuluh tahun yang lalu, untuk dokumentasi foto peristiwa-peristiwa penting kita butuh kamera yang bagus dengan film-filmnya, saat sekarang ini untuk dokumentasi tidak butuh kamera dan film-film, karena dokumentasi cukup dengan HP dan kamera digital tanpa film. Keadaan itu, yang membuat bangkrut raksasa Kodak, Polaroid, Fuji;

(16) Sepuluh tahun yang lalu, pesan Hotel dan Tiket Pesawat lewat Travel Agent. Fakta hari ini, ribuan Travel Agent berguguran. Semua tergantikan oleh Traveloka, Agoda, Pegipegi;

(17) Sepuluh tahun yang lalu, kesulitan mencari makanan Halal jika kita ke luar negeri, sekarang begitu mudahnya mencari Restaurant Halal dan Masjid terdekat dengan hadirnya aplikasi Halal Trip;

Baca Juga:  Wajah Baru Pesantren, Mencetak Santri Millenial

(18) Setahun yang lalu, kita butuh PRT untuk membersihkan rumah kita, sekarang cukup gunakan aplikasi GoClean sudah tersedia PRT profesional dengan tarif Rp 30.000/jam;

(19) Tiga tahun yang lalu, kita butuh alat-alat dapur, belanjaan sayur mayur dan ulam untuk memasak makanan sehari-hari, sekarang tinggal gunakan aplikasi GoFood, Uber-eats, Delivery order, kita bisa memilih puluhan menu dengan harga terjangkau. Fenomena ini membikin bangkrut resto-resto besar, sebaliknya tumbuhnya warung-warung gurem pengguna jasa GoFood;

(20) Sepuluh tahun yang lalu, mencari Teman Lama cukup sulit, terutama Teman Sekolah di SD, SMP, ataupun SMA, Saat ini HP sudah penuh dengan Group WA Alumni;

(21) Sepuluh tahun yang lalu, kita masih menonton bioskop di gedung-gedung cinema, tetapi sejak muncul Blockbuster, Persewaan DVD, Netflix, Youtube, Bing, Vimeo, usaha Cinema gulung tikar;

(22) Sepuluh tahun yang lalu, hampir seluruh lulusan sekolah menengah ikut seleksi masuk Universitas, tetapu saat ini seiring perkembangan Online Education, Conference call, minat orang kuliah menurun sangat cepat sehingga diprediksi lima tahun ke depan universitas-universitas akan menjadi Ghost Town;

(23) Dua tahun lalu, orang berinvestasi dan melakukan transaksi keuangan melalui bank, tetapi sekarang orang terbiasa menggunakan Cryptocurrency, uang digital seperti Bitcoin, Alipay, Ovo, E-money, yang akan diikuti tutupnya bank-bank konvensional;

(24) Saat ini orang-orang ndeso yg kuper dan belum faham fakta riil perubahan jaman, masih berduyun-duyun mengirim anak-anak mereka ke sekolah dan kampus dengan harapan anak-anak mereka mendapat ijazah sarjana sehingga gampang beroleh pekerjaan. Tetapi lima tahun ke depan, saat ledakan sarjana yang menjadi pengangguran tidak teratasi, wong ndeso serentak sadar bahwa mereka telah salah berinvestasi. Saat itulah, wong ndeso yg sudah sadar itu tidak akan sudi lagi mengirim anak-anak mereka ke sekolah apalagi kuliah ke kampus yang mahal.

Demikianlah, sahabat, sepuluh tahun yang lalu, jika kita TIDAK TERBUKA pada perubahan zaman, maka hari ini kita menjadi orang-orang primitif gagap teknologi yang TERGILAS oleh zaman yang dalam term evolusi, kita adalah bagian dari spesies yang kalah dan yang tidak lolos seleksi alam dan tentu saja kita menjadi bagian spesies yang akan punah

Agus Sunyoto
Ketua LESBUMI PBNU

Rekomendasi

post power syndrome
Opini

Post-Power Syndrome

Pada hakekatnya manusia bermula dari lahir, tumbuh dan berkembang mencapai puncak, menurun dan ...

Tinggalkan Komentar

More in Opini