Jumlah Hawariyyun, para murid Nabi Isa alaihissalam, ada 12. Jumlah sahabat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, yang berasal dari Yatsrib, dan mengikuti Baiat Aqabah pertama, juga 12. Dalam skema militer, ini disebut regu. Dalam organisasi, jumlah ini bisa disebut Tim Inti. Turbin penggerak. Pendobrak, penggerak, juga pelopor. Inner Circle.
Hawariyyun menyatakan diri sebagai Ansharullah alias penolong agama Allah. Sebagaimana disebutkan dalam QS. As-Shaff Ayat 14:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْٓا اَنْصَارَ اللّٰهِ كَمَا قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيّٖنَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗقَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ فَاٰمَنَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ وَكَفَرَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ ۚفَاَيَّدْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلٰى عَدُوِّهِمْ فَاَصْبَحُوْا ظَاهِرِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah,” lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan kekuatan ke-pada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang.
Motto Banser yang tersemat di logo, Nahnu Ansharullah, diambil dari ayat di atas. 12 sahabat yang mengikuti Baiat Aqabah pertama adalah tim pelopor Kaum Anshar di Madinah.
Selain sifat patriotik (mencintai kampung halaman) itu, Allah memuji kaum Anshar lantaran sifat kasih sayang kepada sesama mukmin, dan memiliki altruisme (al-Ītsār/mendahulukan orang lain), juga dermawan. Sehingga Allah memuji Kaum Anshar ini dengan sebutan orang-orang yang beruntung (al-Muflihūn) sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Hasyr ayat 9:
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ ۦفَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum mereka, mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung”
Membangun militansi Gerakan Pemuda Ansor sejak level Ranting, idealnya berdasarkan jumlah Hawariyyun dan Polopor Kaum Anshar di Madinah. 12 orang yang secara tulus dan militan berkhidmat di organisasi dan menjadi Penolong Ummat sebagaimana arti Anshār: Para Penolong. Yang tertera di SK Kepengurusan pasti banyak, tapi setidaknya, atau minimalnya ada 12 orang pengurus yang intens menjaga denyut nadi organisasi.
Ketika KH. A. Wahab Chasbullah menyematkan nama Ansor pada organisasi ini, dalam Muktamar NU di Banyuwangi, 1934, tentu beliau istikharah terlebih dulu. Al-Anshār adalah jama’ dari Nāshir, Penolong. Karakteristik yang (seharusnya) menjadi watak Gawan Bayi bagi organisasi kepemudaan ini:
Selain QS. As-Shaff 14, QS. Al-Hasyr 9, ada lagi 1 ayat yang bisa dijadikan sebagai Kredo Perjuangan penggerak Ansor, yaitu QS. Muhammad 7:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
GP Ansor berdiri dengan bertumpu pada dua organisasi kepemudaan: Syubbanul Wathan dan Da’watus Syubban. Keduanya diprakarsai oleh KH. A. Wahab Chasbullah. Organ pertama menempa kader calon penggerak dalam dimensi kebangsaan. Sedangkan organ kedua menjadi kawah candradimuka calon da’i. Keduanya dilebur, lantas menjadi Ansoru Nahdlatoel Oelama (ANO).
Dua elemen ini menyatu. Menandakan keseimbangan yang harus dimiliki oleh GP Ansor: keislaman dan keindonesiaan. Di tanah air, ada organisasi keislaman yang tidak memiliki spirit kebangsaan. Pokoknya Islam, nggak peduli Indonesia ada atau tidak, Indonesia ambruk atau tidak, yang penting bela Islam. Di sisi lainnya, ada yang fokus pada keIndonesiaan. Nggak ada sentuhan Islamnya, juga nggak peduli sama nilai-nilai Islam. Nasionalistik-Patriotik tulen, lah.
Agar tidak terjebak pada rutinitas seremonial belaka, setiap penggerak GP Ansor bisa menggunakan hadits ini sebagai Kredo Perjuangan:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).”
Dengan cara ini, peranan GP Ansor dan NU lebih berdampak di masyarakat. Logo NU dan Ansor yang bukan saja menjadi hiasan dinding, plang kantor, maupun umbul-umbul dan gantungan kunci, melainkan menempel di mobil layanan ummat, ambulans, dan berbagai sarana vital yang menolong masyarakat, sebagaimana makna indentitasnya.
**
Semoga kita, dan khususnya para penggerak Ansor dan Banser menjadi Kaum Anshār sesuai dengan kriteria ayat Al-Qur’an di atas.