Mungkin tidak banyak literatur yang menulis dan mengungkap ketokohan salah satu Kiai asal Jombang ini. Beliau adalah Kiai Ya’qub Husein, Pendiri Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqo Jombang, Jawa Timur.
Diceritakan oleh putra beliau, Kiai Muhammadu Ya’qub saat memperingati Haul ke-45 KH Ya’qub Husein dan Haul ke-10 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sabtu (07/09) di halaman Pesantren tersebut, bahwa Kiai Ya’qub Husein adalah murid kesayangan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.
“Kiai Ya’qub hanya orang desa tapi beliau murid kesayangan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Kiai Ya’qub itu ngawulo dan tawadhu dengan Kiai, dengan Mbah Adlan Aly (Pendiri Pesantren Walisongo Cukir) itu tidak pernah melihat matanya, itu dingkluk (menunduk). Apalagi sama KH Hasyim Asy’ari. Itu Kiai Ya’qub,” terang Kiai Muhammadu.
Kiai Ya’qub yang sebelumnya bernama Soedjono ini menyelesaikan Sekolah Rakyat (SR) di Desa Blimbing, Kecamatan Gudo, Jombang. Kemudian beliau memutuskan untuk mondok di Pesantren Tebuireng dibawah asuhan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, Pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU), yang juga kakek dari seorang Gus Dur.
Kiai Ya’qub tinggal di Pesantren Tebuireng sampai beliau dewasa dan sempat menjadi kepala sekolah hingga akhirnya memutuskan untuk kembali ke Desa Gebang (saat ini bernama Desa Bulurejo) kemudian mendirikan sebuah mushola yang menjadi pusat keagamaan masyarakat setempat, hingga menjadi masjid, madrasah, kemudian berkembang menjadi Pondok Pesantren.
“Beliau sangat dekat dengan KH Wahid Hasyim. Gus Dur itu masih menganggap Kiai Ya’qub sebagai gurunya. Gus Dur kalau ke Bulurejo naik Vespa butut yang ditaruh di sebelah masjid. Itu sebabnya haul KH Yaqub dibareng sama haul Gus Dur,” jelas Kiai Muhammadu ini.
Kiai Ya’qub juga dikenal sebagai Kiai yang humanis. Beliau suatu ketika pernah melindungi orang-orang PKI yang hendak dibunuh.
“Saya saksi hidup. Suatu saat ada berita bahwa orang PKI mau dicari. Apa yang dilakukan Kiai Ya’qub? Jam 4-5 pagi, di depan kamar ada orang datang. Pokoknya saya minta selamat. Dan itu terbukti malam itu penuh orang tidur di sini. Kiai Ya’qub itu melindungi jangan sampai manusia dibunuh. Membunuh 1 manusia sama dengan membunuh anak cucunya,” ungkap putra Kiai Ya’qub ini.
Pesan yang dapat diambil di sini adalah pelajaran memanusiakan manusia. Barangkali orang tuanya PKI, bisa jadi anak cucunya nanti menjadi ahli agama, menjadi santri.
“Ayo dirangkul. Yang suka ke masjid dirangkul, yang nggak suka masjid ya dirangkul, yang suka madrasah dirangkul. Yang nggak suka ya dirangkul. Lawan kawan dirangkul,” tandasnya.
Hingga saat ini Pesantren yang didirikan oleh Kiai Ya’qub tersebut dikembangkan oleh salah satu putra beliau, KH Muhammad Qoyyim Ya’qub yang memiliki ribuan santri yang berasal dari dalam dan luar Jombang, hingga luar Jawa, seperti Madura, NTB, NTT, Aceh, Kalimantan, Papua, dan sejumlah daerah yang lain. Pesantren tersebut juga memiliki lembaga pendidikan dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.