Jakarta, Pesantren.id – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj mengingatkan Nahdliyin untuk kembali kepada tujuan NU didirikan oleh para kiai, yaitu yang paling prinsip: taqwiyatul ukhuwwah al-Islamiyyah, memperkuat persaudaraan sesama umat Islam. Hal ini disampaikan dalam Halal Bihalal NU Sedunia dan Pembacaan Hizib Nashar untuk Palestina yang digelar secara daring di TVNU, Kamis (27/5) malam.
“Maka kita harus sadar, kita ber-NU ini adalah tujuannya untuk memperkuat ukhuwwah, hubungan sesama umat Islam; lintas ormas, lintas madzhab, lintas sekte, lintas aliran. Di mana ada kelompok atau orang atau bangsa yang di situ beragama Islam, saudara kita semua, walaupun beda madzhab, beda aliran. Ini kalau kita betul kembali ke fitrah, fitrahnya organisasi,” ungkapnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Jagakarsa, Jakarta Selatan, itu juga mengingatkan agar jangan sekai-kali kita membenci pada aliran atau madzhab lain, kecuali memang madzhab itu sesat menurut standar atau menurut ukuran yang objektif. Ukuran yang standar Ahlussunnah wal Jamaah. Kalau memang tidak sesat, beda-beda sedikit, harus toleran: semua adalah saudara kita.
“Selama orang itu masih mengucapkan kalimah Laailaahaillallah Muhammadur Rasulullah, itu berarti saudara kita. Itu harus kita ingat, ukhuwah Islamiyyah harus seperti di situ. Hanya dengan ukhuwwah-lah kita bisa kuat. Senjata kita (umat Islam) yang paling kuat adalah ukhuwah, bukan dengan senjata otomatik atau bom. Bukan dengan senjata uang, bukan, tapi senjata ukhuwwah Islamiyyah itulah yang harus kita perkuat. Kekuatan kita di situ,” tegas kiai kelahiran 3 Juli 1953 tersebut, di depan para peserta yang hadir secara virtual.
“Kelemahan Timur Tengah, kelemahan orang-orang Arab di Timur tengah sekarang ini, hari ini, khususnya hari ini – mudah-mudahan cepat selesai – adalah hilangnya ukhuwwah satu sama lain, baik di dalam negeri maupun antar negeri, antar negara. Irak belum selesai. Afganistan sama sekali belum selesai: lagi ngaji dibom, sedang shalat dibom. Rumah sakit dibom. Sedang maulid Nabi dibom. Suriah, apalagi, lebih-lebih lagi, sampai sekarang. Di situ ada Ahlissunnah, ada Syiah, ada ISIS, ada Jabhatin Nashrah, ada Wahabi, ada Salafi, ada macam-macam. Semua ada di situ, perang saudara satu sama lain. Libanon, begitu pula. Begitu pula Yaman. Dan Libya sampai sekarang belum selesai. Mesir kadang-kadang masih, masih semu lah, masih mengkhawatirkan,” ungkap Kiai Said, panjang lebar.
Hilangnya ukhuwah Islamiyyah, menurut kiai yang sering terlihat mengenakan baju batik tersebut, kemudian diambil kesempatan oleh Israel, oleh Yahudi, oleh Zionis.
“Kelemahan umat Islam adalah pecah satu sama lain, di situlah diambil kesempatan yang sangat baik, agar selama umat Islam itu pecah, maka Israel sangat tenang, enjoy, sangat happy mengangkangi tanah Palestina, hidup di tengah-tengah orang yang perang sendiri,” tuturnya.
Bahkan, masih menurut Kiai Said, di Palestina antar fashail falestiniyyah, antar kelompok Palenstina sendiri, sering terjadi konflik dan perang saudara. Bukan hanya sekadar beda pendapat, tetapi perang saudara antar sesama orang Palestina sendiri. Lha ini kan sangat menyedihkan dan sangat mengerikan.
“Oleh karena itu, kalau kita betul-betul fitrah, kembali ke fitrah organisasi, fitrah jam’iyyah, mari niat, ahdaf, ghayah dulu ketika dibangun, NU adalah untuk taqwiyatu ukhuwwatil Islamiyyah. Mari kita perjuangkan agar umat Islam bersatu, menjadi satu saudara: lintas aliran, lintas madzhab, lintas sekte, lintas kelompok,” ajak Kiai Said.
Acara Halal Bihalal NU Sedunia ini diinisiasi oleh Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) dan diikuti oleh pengurus NU dari berbagai pelosok daerah dan belahan dunia. Diawali dengan pembacaan Hizib Nashar oleh KH Idris Hamid Pasuruan, lalu Sambutan serta Pengalangan Donasi untuk Palestina oleh Sekjend PBNU H Helmi Faishal Zaini, kemudian Sambutan Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj dan ditutup dengan doa oleh KH Qosim Arsyadani. Videonya dapat Anda saksikan di kanal Youtube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama. (Ahmad Naufa)