LONDON, Pesantren.ID — Menjelang Satu Abad Nahdlatul Ulama, para santri berkolaborasi untuk menyiapkan road-map dan penguatan sumber daya. Kolaborasi dalam program #DiasporaSantri edisi 4, membahas tentang perkembangan nano-technology dan masa depan pendidikan Indonesia. Agenda kolaborasi antara PCINU United Kingdom, PCINU Jepang, TVNU, LTN NU, PP MATAN, serta Santri Mengglobal dan Podcastren, berlangsung pada Sabtu malam (27/03/2021).
Hadir dalam agenda ini, Dr. M. Hasan Chabibie (Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud/Plt. Ketua Umum MATAN), Dr. Eng. Miftakhul Huda (Peneliti di Tokyo Institute of Technology & Japan Science and Technology dan Ketua PCINU Jepang) dan Lutfan Sinatra, Ph.D (Quantum Advance UK/Material Science and Engineering KAUST-Saudi Arabia). Agenda ini dipandu oleh Dito Alif Pratama (Founder Santri Mengglobal) dan Mutia Yasmin (AISNU Jateng).
Munawir Aziz, Sekretaris PCINU UK dan koordinator program ini menyampaikan bahwa kolaborasi antar santri menjadi sangat penting untuk menguatkan sumber daya Nahdliyyin. “Kami mencoba mengabdi untuk mengisi ruang kosong penguatan kapasitas santri di bidang sains-teknologi. Bersama teman-teman di lintas negara, kami menyiapkan program-program edukatif untuk menguatkan SDM sekaligus juga menguatkan jejaring antar santri lintas negara. Kita punya ribuan ahli dan pakar lintas bidang dari kalangan santri, bersama-sama kita kolaborasi dan menyuarakan pemikiran terbaik,” ungkap Munawir.
Diskusi tentang nano-technology dan dunia santri ini merupakan ikhtiar untuk menguatkan peta jalan santri pada masa depan. Sekaligus, juga menjadi tema penting yang menguatkan sumber daya santri pada momentum Satu Abad Nahdlatul Ulama dan menuju Indonesia 2045.
Dr. M. Hasan Chabibie mengungkapkan bahwa sumber daya santri sudah melimpah.
“Tahun 2015 ke atas, kita kaya sekali SDM yang memiliki khazanah kuat dalam pendekatan pengetahuan Barat atau Timur Tengah. Nah, pada tahun 2045, saya sangat yakin kita akan bisa SDM di titik itu. Nah, saya sangat optimis nanti pada masa mendatang kita akan punya banyak key player dari anak-anak muda NU yang ahli di berbagai bidang sains dan teknologi modern. Tugas kita bersama, tinggal menjalin jejaring ini bisa dijahit dengan bagus. Nah, saya ingat bahwa, tali NU itu kan longgar tapi terikat. Nah, tugas kita adalah merawat jejaring itu, menguatkan konsolidasi sekaligus, “ ungkap Hasan Chabibie yang juga pengasuh di Pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat.
Miftakhul Huda, Ketua PCINU Jepang, mengungkapkan bahwa santri punya modal penting untuk menjadi pemimpin di bidang sains dan teknologi.
“Santri punya soft skill, yang diasah sejak panjang dari pembelajaran di pesantren. Santri itu punya modal bergerak secara modaliter dan egaliter. Santri sangat mudah berkolaborasi, dan ini penting untuk masa depan. Santri juga punya modal logical thinking dari ilmu manthiq dan juga keahlian menulis. Selain itu, kemampuan menghafal santri yang didapatkan dari pelajaran di pesantren menjadikan santri nanti sangat mudah menyerap pengetahuan baru ketika belajar di level tinggi,” ungkp Miftakhul Huda, yang juga peneliti bidang nano-technology di Tokyo Institute of Technology & Japan Science and Technology.
Sementara, Lutfan Sinatra menyampaikan betapa penting untuk kolaborasi antar komponen bangsa. “Kolaborasi sangat dibutuhkan untuk Indonesia maju pada masa kini dan mendatang. Tentu saja, pendidikan juga sangat penting untuk meningkatkan SDM dan pada akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Atau bahkan, bisa membuka lapangan pekerjaan baru, serta meningkatkan pengembangan keilmuan dan peningkatan ekonomi,” demikian ungkap Lutfan Sinatra, pakar bidang nano-technology dari Quantum Advance United Kingdom.
Serial diskusi #DiasporaSantri akan rutin diselenggarakan tiap bulan dengan tema dan narasumber yang berbeda. Agenda ini menjadi ruang kolaborasi antar santri untuk menyemai gagasan dan menguatkan konsolidasi menjelang Satu Abad Nahdlatul Ulama dan menuju Indonesia 2045. []