Hampir selama kurun waktu satu tahun Indonesia dan dunia diguncang oleh pandemi global Covid-19. Periode tahun 2020-2021 adalah masa sulit bagi masyarakat Indonesia, utamanya tenaga dan fasilitas Kesehatan di Indonesia berjuang di garda terdepan dalam menangani angka penyebaran covid-19 yang masing cukup tinggi. Banyak rumah sakit yang sedikit kewalahan dalam menerima rujukan para pasien. Sedangkan disisi yang lain, para tenaga Kesehatan diharapkan mampu memilah dan memprioritaskan pasien berdasarkan tingkat kegawatannya.
Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota Surabaya menyelenggarakan webinar seri Kesehatan yang mengangkat topik “Waspada Kehidupan Saat Pandemi dan Sesudah Vaksinasi” pada Minggu (04/04/2021). Webinar ini dipandu oleh Firdaus S.Kep NS., M.Kes. Adapun narasumber pada webinar ini adalah dr. Kun Arifi, Sp. An KIC dan KRT. Sadin Subekti ST., M.Kom.I.
Ketua Pengurus Cabang ISNU Surabaya, Nurul Jadid mengatakan, ISNU Surabaya sebagai wadah sarjana NU memiliki tanggung jawab dalam mengedukasi masyarakat untuk memahami pola penanganan kegawat daruratan pasien selama masa pandemi.
“Masyarakat harus paham apa saja dasar-dasar kegawatdaruratan medik di masa pandemi, sehingga diharapkan masyarakat mampu mengambil langkah-langkah awal dalam penanganan pasien sebelum akhirnya ditangani oleh tim medis” kata dosen Departemen Biologi ITS ini.
Saat ini pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya untuk mengakselerasi pemberian vaksin covid-19 di 34 provinsi. “Namun kami melihat pemahaman masyarakat akan pentingnya vaksin dan penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) juga relatif masih rendah. Oleh karena itu literasi kegawatdaruratan medik seperti ini sangat penting diselenggarakan”, imbuh Nurul Jadid.
“Deteksi dini dan pertolongan pertama merupakan hal kritis yang harus dilakukan dan menentukan keberhasilan penyelamatan pasien. Sejauh ini, kejadian ikutan pasca pemberian vaksin covid-19 cukup bervariasi. Oleh karena itu model penanganannya pun juga berbeda, mulai sebatas pemberian obat analgesik hingga rujukan ke rumah sakit bila gejala ikutan tersebut termasuk dalam kategori berat”, ungkap dokter spesialis anastesi RS Dr. Soetomo Surabaya ini.
Sementara itu, selain kesiapan dasar-dasar penangangan kegawatdaruratan yang disampaikan oleh dr Kun Arifi, webinar ini juga membedah kiat-kiat meningkatkan iman dan imun yang disampaikan oleh ustadz Sadin Subekti.
“Keseimbangan antara Iman dan Imun merupakan salah satu kunci dalam meningkatkan kualitas hidup” tutur Firdaus yang juga merupakan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNUSA Surabaya.
Acara ditutup dengan tanya jawab yang sejak awal diikuti kurang lebih oleh 50-an peserta online. Tanya jawab berlangsung seru, banyak hal yang ditanyakan mulai dari konsep pertolongan, pendeteksian gejala, sampai dengan kehalalan berbagai macam vaksin yang ada, karena isu halal-haram vaksin ternyata masih menjadi kekhawatiran para hadirin, terutama vaksin AstraZeneca yang akhir-akhir ini sedikit kontroversial di masyarakat. Terkait hal tersebut, sekretaris ISNU Surabaya, Mohammad Zikky yang telah mengikuti pembahasan bahtsul masail PBNU terkait vaksin AstraZeneca menambahkan, bahwa vaksin tersebut menurut para ahli virologi tidak ada unsur babinya sama sekali, dijelaskan lebih lanjut bahwa enzim tripsin yang digunakan sebagai “wadah” pengembangbiakan sel dan virus tersebut dibuat dari kapang atau jamur, sehingga kehalalan vaksin tersebut murni karena sucinya proses yang ada dari awal sampai akhir, bukan halal karena kedaruratan sebagaimana isu yang banyak beredar. Sehingga, keputusan bahtsul masail PBNU semua bersepakat bahwa vaksin Astrazeneca ini suci dan halal, tambah Sekretaris ISNU yang juga Dosen di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) tersebut. []