Saat melalui pintu masuk Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Urwatul Wutsqo (UW) Bulurejo Jombang, anda akan disambut suasana rindang pohon kelengkeng. Teduh dan menyejukkan siapa saja yang melewatinya. Bahkan terasa aura spiritualnya.
Sekolah tinggi yang didirikan oleh Almarhum Abah KH Qoyyim Ya’qub tersebut telah memasuki masa keemasannya di usia 18 tahun. Didirikan sejak 2006, yang semula mahasiswa melalui proses pembelajaran di kompleks pondok pesantren, kini telah mempunyai gedung sendiri di Jalan Raya Cukir Mojowarno Jombang.
Dalam sambutannya, Wakil Ketua 3, Dr Hj Chumaidah Ya’qub menyampaikan banyak terimakasih kepada alumni yang telah hadir. Ia juga menyampaikan salam dari Ketua STIT UW Jombang Dr Hj Mihmidati Ya’qub yang saat ini belum dapat hadir karena masih berada di Makkah.
“Dapat salam dari ibu ketua yang masih di Makkah. Terimakasih kepada tamu undangan dan alumni. Mudah-mudahan kita semua diberi umur panjang,” ujarnya.
Alumni kampus tersebut juga telah tersebar di berbagai daerah, mulai dari Aceh, Gorontalo, Bali, NTB hingga NTT.
“Alumni kita sudah tersebar di berbagai tempat. Kampus STIT UW adalah kampus perjuangan Alquran. Alumni ada yang menjadi Ketua Sekolah Tinggi, Anggota DPRD Jombang, Komisioner KPU Nganjuk, ada yang menjadi Direktur BSI Maslahat, dan ada juga penerima beasiswa LPDP S2. Insyaallah barokah dalam lindungan Tuhan,” imbuhnya.
Bu Chum sapaan akrabnya juga memberikan pesan untuk menjadi santrinya Abah KH Qoyyim Ya’qub seumur hidup.
“Menjadi santrinya Abah bukan hanya saat kuliah saja namun harus menjadi santrinya Abah seumur hidup. Nanti setelah acara akan diakhiri dengan ziarah ke makam Abah bersama-sama,” pungkasnya.
Begitu juga yang dialami Muhammad Fauzan, salah satu alumni yang kini menduduki kursi legislatif DPRD Kabupaten Jombang. Ia menyebut semua karir yang dimulai berkat doa dan bimbingan dari Almarhum Abah KH Qoyyim Ya’qub.
“Alumni STIT UW ternyata banyak potensi. Saya diajari politik di BEM. Saya menjadi Ketua BEM selama dua periode, karena memang tidak ada yang mau,” kelakarnya.
Ia bercerita, dengan ijazah STIT UW yang didapatnya, ia dan teman seangkatannya banyak yang sudah sertifikat maupun menjadi ASN. Ia masih teringat pesan Abah, di manapun berada, dalam keadaan apapun, diusahakan tetap mengajar, “Meskipun jadi apa saja tetap mengajar. Mengamalkan ilmunya,” imbuh pria yang pernah jadi Kepala Sekolah MI itu.
Adanya kampus STIT UW Jombang mungkin bagi orang lain terkesan biasa-biasa saja. Namun bagi segenap alumni, dapat belajar di Kampus STIT UW seperti orang yang sedang kehausan yang diberi air minum. Seperti orang yang diberikan kesempatan untuk melangkah menggapai kehidupan yang lebih baik. Terimakasih, semua guru-guru kami. Tidak ada yang bisa kami lakukan untuk membalas sebuah kesempatan meneguk setetes ilmu pengetahuan di Kampus Perjuangan Alquran ini.