Dalam beberapa literatur kitab tafsir, ada beragam keterangan menarik ditampilkan para ulama mengenai hal ihwal makna surah al-Qadr ayat 03 yang menerangkan bahwa Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Mayoritas mufassir menyebutkan bahwa maksudnya adalah, beramal baik di malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari amal-amal baik yang dilakukan di seribu bulan selain Lailatul Qadar. Hal demikian disampaikan oleh Abu Ja’far al-Thabari (839-923 M) dalam Jami’ al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur’an nya.

Diantara beragam keterangan itu, salah satu keterangan yang populer dalam kitab tafsir adalah hikayah yang juga dikutip oleh al-Imam Fakhruddin al-Razi (1150-1210 M) dalam tafsirnya yang berjudul Mafatih al-Ghaib, yaitu hikayah tentang sosok figur laki-laki di golongan Bani Israil yang berperilaku mengagumkan: malam hari dihabiskan untuk beribadah hingga pagi, dan di siang harinya dia berjihad mengangkat senjata di jalan Allah sampai sore hari dimana hal itu dijalaninya selama seribu bulan. Kisah laki-laki dari Bani Israil itu membuat Rasulullah dan para Sahabat terkagum-kagum. Lantas Allah menurunkan ayat tersebut dengan muatan pesannya: Lailatul Qadar bagi umat-Mu (Muhammad) lebih istimewa daripada seribu bulan bagi sosok lelaki Bani Israil yang berjihad selama seribu bulan itu.

Profil laki-laki dalam hikayah di atas diurai lebih jauh oleh Syamsuddin Al-Quthubi (1204-1273 M) dalam kitab al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an. Sang pendekar itu tak lain adalah Samson: figur laki-laki pilih tanding dengan kelebihan memiliki tubuh yang kebal menghadapi sabetan pedang maupun senjata lainnya. Dia, -kata Al-Qurthubi, mengutip riwayat yang disampaikan oleh Wahab bin Munabbih- adalah seorang laki-laki beragama tauhid yang tinggal di desa penyembah berhala dan memerangi penduduk penyekutu Allah itu seorang diri. Salah satu kesaktiannya, -masih menurut Al-Qurthubi- dia berperang dengan hanya bermodal dua bulu jenggot unta. Ternyata bukan bulu sembarangan, pasalnya bulu jenggot itu mampu menyemburkan air saat Samson sang empunya merasakan kehausan di tengah peperangan.

Baca Juga:  Belajar Pemaaf dan Tidak Mempermalukan Orang Lain Seperti Rasulullah SAW

Di sisi lain, pada tahun 2018 lalu dirilis film dengan sosok Samson sebagai pemeran utama. Film yang bertajuk “Samson” itu diperankan oleh aktor James Taylor. Konon, alur film ini diadaptasi dari kitab Perjanjian Lama. Atau sinetron Indonesia yang bertajuk “Samson Betawi” di era 90-an. Atau bahkan sebuah film romansa Amerika Serikat yang dirilis tahun 1949 oleh Cecil B. Demille bertjudul “Samson & Delilah” yang memang diadaptasi dari al-Kitab itu. Ternyata lain dari pada itu khazanah literatur salaf juga merekam pribadi Samson sebagaimana uraian di atas yang disarikan dari karya tafsir monumental al-Qurthubi berjudul al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an  ketika penulis menelusuri Tafsir Lailatul Qadar di literatur-literatur kitab Tafsir klasik. [HW]

Mufti Shohib
Santri Pondok Pesantren Syaikhona Moh. Cholil Demangan Barat Bangkalan

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Pustaka