Press ESC to close

Desain GP Ansor: Menuju SDM Muda Unggul

Indonesia sedang berada di tengah perubahan besar dengan dinamika global yang semakin kompleks. Tantangan yang dihadapi generasi muda tidak hanya berkaitan dengan teknologi dan ekonomi, tetapi juga bagaimana membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, berdaya saing, dan tetap berpijak pada nilai kebangsaan. Dalam konteks ini, Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) sebagai organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran strategis dalam merancang masa depan SDM muda Indonesia.

Seiring peringatan Harlah ke-91, GP Ansor tidak hanya merefleksikan perjalanannya dalam membentuk generasi muda berintegritas, tetapi juga menegaskan komitmennya dalam menghadapi tantangan zaman. Dengan mengusung nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah , kebangsaan, dan inovasi, GP Ansor berupaya memastikan bahwa anak muda Indonesia siap menjadi pemimpin masa depan yang tangguh.

Tantangan SDM Muda di Era Disrupsi

Revolusi industri 4.0 dan digitalisasi telah mengubah lanskap pekerjaan dan keterampilan yang dibutuhkan. Data BPS 2023 menunjukkan tingkat pengangguran pemuda Indonesia mencapai 14,5%, dengan mayoritas lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan perguruan tinggi mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Sementara itu, laporan Bank Dunia 2022 menyebutkan bahwa hanya 24% angkatan kerja muda Indonesia yang memiliki keterampilan digital memadai.

Lebih dari itu, globalisasi juga menantang aspek identitas dan kebangsaan. Survei LSI Denny JA (2022) menunjukkan bahwa 26% anak muda memiliki kecenderungan mendukung sistem pemerintahan di luar demokrasi Pancasila. Arus informasi yang cepat dan ideologi transnasional semakin memperlemah wawasan kebangsaan, menjauhkan mereka dari nilai kebersamaan dan keberagaman.

Jika tantangan ini tidak segera diatasi dengan strategi yang tepat, kita berisiko melahirkan generasi yang tidak hanya kalah dalam kompetisi global tetapi juga kehilangan jati diri kebangsaan. GP Ansor melihat ini sebagai peluang untuk melakukan transformasi sistem kaderisasi yang lebih adaptif dan berorientasi masa depan.

Strategi GP Ansor dalam Membangun SDM Unggul

GP Ansor telah mencanangkan program Ansor Masa Depan dengan empat pilar utama: Bisnis dan Ekonomi, Inovasi Teknologi dan Media, Sumber Daya Manusia, dan Anak Muda (BISA). Namun, efektivitas program ini bergantung pada bagaimana strategi ini diterapkan secara merata dan berkelanjutan.

Pertama , distribusi program ekonomi yang lebih inklusif. Program Badan Usaha Milik Ansor (BUMA) yang dirancang untuk memberdayakan kader dalam bisnis digital dan akses permodalan syariah harus memastikan tidak hanya menguntungkan kader di perkotaan. Tanpa distribusi yang merata, program ini berisiko menjadi elitis, hanya berdampak pada segmen tertentu, sementara daerah terpencil tetap tertinggal. Dibutuhkan pendekatan berbasis daerah agar pemberdayaan ekonomi benar-benar bisa menjangkau seluruh kader GP Ansor.

Kedua , literasi digital yang tidak berhenti pada slogan. Program SIApps yang bertujuan meningkatkan literasi digital kader adalah langkah positif, tetapi tanpa pendampingan yang serius, kader hanya akan menjadi pengguna teknologi, bukan inovator. Harus ada ekosistem yang mendorong kader GP Ansor bukan sekadar paham teknologi, tetapi juga memiliki keterampilan untuk mengembangkan solusi berbasis digital bagi tantangan masyarakat.

Ketiga , relevansi pendidikan dan pelatihan kader. Ansor University sebagai platform pendidikan kader adalah gagasan brilian, tetapi kurikulumnya harus selaras dengan kebutuhan industri dan perkembangan zaman. Tanpa sinergi yang kuat dengan dunia usaha dan akademisi, program ini hanya akan menjadi ajang penguatan retorika kebangsaan tanpa dampak nyata bagi daya saing kader di dunia kerja.

Keempat , kaderisasi yang berbasis inovasi dan aksi nyata. Ansor Hub dirancang sebagai wadah kreativitas dan ide kader, tetapi bagaimana program ini dapat memastikan ide-ide tersebut diwujudkan menjadi proyek konkret? Tanpa roadmap yang jelas dan mekanisme pendanaan yang efektif, program ini hanya akan menjadi forum diskusi tanpa implementasi nyata.

Dari Jargon ke Implementasi Nyata

Di usia NU yang memasuki abad kedua dan GP Ansor yang ke-91, refleksi ini menjadi penting. Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, menegaskan bahwa "performa Ansor harus selalu maksimal, kuat, sehat, dan cerdas." Namun, maksimalitas tidak cukup hanya sebatas jargon. Setiap program yang dicanangkan harus diukur dari efektivitas dan dampaknya di lapangan.

Keberhasilan GP Ansor dalam membangun SDM unggul tidak ditentukan oleh banyaknya program yang dicanangkan, tetapi oleh sejauh mana program tersebut benar-benar menjawab tantangan zaman. Dengan strategi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berbasis kebutuhan nyata, GP Ansor bisa menjadi lokomotif dalam mencetak generasi muda Indonesia yang siap menghadapi masa depan.

GP Ansor bukan sekadar organisasi kepemudaan, tetapi sebuah gerakan sosial dengan tanggung jawab besar dalam membentuk masa depan bangsa. Tantangannya kini adalah bagaimana menjadikan setiap inisiatifnya sebagai alat perubahan nyata, bukan sekadar narasi yang berhenti di atas kertas.

Muhammad Fauzinuddin Faiz

Dosen UIN Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember, Pengurus PP GP Ansor Bidang Hubungan dan Jaringan Internasional

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

@PesantrenID on Instagram