Pesantren.id – Bunyai merupakan sosok yang banyak mendamping santri dalam kesehariannya. Apabila kiai lebih banyak berkiprah di sector publik, maka ibunyai ibarat penjaga gawang yang menjadi ujung tombak segala permasalahan yang ada. Karenanya, bunyai perlu untuk terus menggali pengetahun dan meng-update isu-isu kekinian. Termasuk isu tentang kasus kekerasan seksual berbasis Lembaga keagamaan.
Ibu Nyai Dr. Nihayatul Wafiroh saat menjadi narasumber dalam acara Silaturrahim Bunyai Nusantara 2 di Pesantren Darul Ulum, Seputih, Lampung pada tanggal 23 Desember 2021 menyatakan bahwa seorang bunyai sangat penting untuk peka terhadap kasus kekerasan seksual di lingkungan terdekatnya. Paling tidak terdapat tiga langkah penting yang dapat diambil oleh seorang pengasuh pesantren putri apabila salah seorang santri mengalami kekerasan seksual. Yakni: pertama; segera carikan tempat aman untuk santri yang menjadi korban agar kekerasan yang dialaminya tidak terjadi berulang-ulang. Kedua; dengarkan curahan hati santri yang menjadi korban kekerasan seksual. Jangan sampai seorang korban, justru diabaikan. Percayalah dengan korban, posisikan diri sendiri sebagaimana yang dialami dan dirasakan oleh korban. Ketiga; perlu menunjuk seorang santri lain yang lebih senior untuk mendampingi santri yang menjadi korban, agar korban merasa nyaman untuk mencurahkan hal-hal yang dialaminya.
Untuk melatih kepekaan terhadap persoalan disekitarnya, Bunyai perlu untuk menyiapkan diri sekaligus belajar mendampingi kasus-kasus kekerasan seksual. Hal ini karena kepekaan itu tidak bisa datang dengan sendirinya. Kepekaan membutuhkan proses belajar dan kepedulian terhadap kasus-kasus yang kerapkali masih dianggap tabu untuk diungkapkan. Selain itu, bunyai juga perlu untuk membangun jejaring dengan lembaga-lembaga terkait penanganan kasus kekerasan seksual sehingga dapat menghasilkan solusi yang komprehensif dan tuntas untuk korban. []