Syaikhona kholil Bangkalan adalah ulama sekaligus tokoh penentu berdirinya Nahdhatul Ulama pada tahun 1926 H. Beliau lahir 1820 H dan wafat bulan Ramadan tahun 1925 H. Beliau dikenal sebagai ulama yang melahirkan tokoh-tokoh pesantren di Pulau Jawa, dan luar jawa. Syaikhona Kholil Bangkalan dikenal sebagai wali masyhur dimasanya, karena banyak karomah yang melekat pada diri Syaikhona Kholil. Juga sanad keilmuan terutama ilmu Nahwu dan Tafsir Al-quran, serta Qiraat. Konon, syekh Kholil ketika belajar di Mekah mampu menulis Alfiyah selama 3 hari dan kemudian setelah selesai di jual kepada santri dan hasilnya diberikan kepada guru beliau.
Bagi kalangan pesantren, Syekh Kholil adalah wali Allah, pemimpin pesantren Demangan Bangkalan dan pemimpin masyarakat dimasanya. Ada pepatah, jika belum berkunjung ke Syekh Kholil, belum sempurna ilmu yang didapat di pesantren. Syaikhona kholil adalah legenda ulama pesantren, pejuang masyarakat dan sekaligus pecinta ilmu. Menurut catatan sejarah, Syaikhona menuntut ilmu agama kurang lebih 30 tahun lamanya, terhitung sejak usia 14 tahun sampai menikah. Selain pecinta ilmu, ternyata syaikhona mempunyai kiprah sosial yang patut ditiru oleh santri Pesantren.
“Syaikhona ahli sedekah kepada masyarakat sekitar, terutama mereka yang miskin. Juga sangat menghormati tamu yang datang,” cerita Kiai Ali Mas’ud, salah satu santri Syaikhona Kholil. Menurutnya, Tradisi sedekah yang dilakukan syaikhona khalil memang luar biasa. Kala itu, masih jarang orang kaya, tetapi syaikhona sudah memberi dan membantu masyarakat, terutama yang miskin. Selain ahli sedekah syaikhona juga sering memberi uang saku, makanan kepada santri-santri dan para tamu. Hal itu dilakukan syaikhona dengan sifat pemurah dan lemah lembut terhadap semua orang.
Mencintai Masyarakat
Konon, kisahnya ketika Kiai Ali Mas’ud menjadi santri Syaikhona Kholil tahun 1920 Hijriyah, jumlah santri syekh Kholil mencapai ratusan orang dari berbagai daerah, mulai jawa, Madura dan bahkan luar Jawa. Kala itu, syaikhona mengambil banyak santri untuk dijadikan abdi dalem( santri Khidmah) terutama dari kalangan santri yang kurang mampu. Hal itu dilakukan lantaran syaikhona itba’ kepada guru-guru beliau di tanah Mekah.
“Syekh Kholil sangat menyanyangi santri dan masyarakat terutama orang yang tidak mampu. Ahklak dan Pribadinya sangat tinggi,”terang Kiai Ali Mas’ud.
Apa yang dilakukan oleh syekh Kholil patut diteladani terutama dimasa Pandemi Covid19 ini. Dalam tradisi Pesantren, bersedekah, berbagi dengan sesama dan memuliakan tamu adalah budaya pesantren dan perbuatan sangat lumrah. Artinya, setiap hari santri-santri selalu berinteraksi antar sesama, saling peduli, tolong menolong dan memberi. Jika ada salah satu santri yang sakit misalnya, langsung dibawa ke puskesmas atau klinik. Lingkungan pesantren adalah lingkungan keluarga, yang dibangun atas dasar, agama, kemanusiaan dan akhlak mulia.
Kepribadian dan Akhlak Santri tercipta melalui keteladanan dari seorang ulama dan pengasuh pesantren. Santri dididik dan diatur dalam sebuah aturan organisasi agama dan sosial, sehingga ketika santri sudah purna (boyong), diharapkan mereka bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berilmu. Tentu bukan hanya ilmu agama, tetapi ilmu sosial yang dipelajari ketika di Pesantren yakni saling asah-asuh, saling mengasihi dan saling peduli antar sesama. Pandemi Covid19 saatnya santri Peduli. [HW]