JOMBANG – Prestasi membanggakan ditorehkan Mukani, salah satu pengurus Pimpinan Wilayah Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (PW LTN NU) Jawa Timur. Pria yang dikenal sebagai Kepala Literacy Center LTN NU Jawa Timur ini dinobatkan sebagai guru teladan literasi tingkat Jawa Timur.
Kegiatan ini digelar Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Penyerahan piagam penghargaan diwakili Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi PAI) di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jombang, Senin (2/12) sore.
Prestasi ini makin melengkapi torehan yang sudah diraih sebelumnya. Mulai juara 1 tingkat nasional penulis esai guru (2021), juara 1 tingkat nasional penulis artikel jurnal ilmiah (2012), juara 1 tingkat kabupaten penulis buku (2022), juara 1 tingkat kabupaten penulis opini (2015) dan juara 2 tingkat kabupaten guru berprestasi.
Kasi PAI Syaiful Bahri M.Si. mengapresiasi torehan prestasi ini. “Karena tradisi membaca dan menulis, terutama menerbitkan buku, masih sangat langka di kalangan guru,” ujarnya. Pria berkacamata ini berharap para guru di Jawa Timur bisa meneladani sosok Mukani. “Terutama di bidang peningkatan literasi dalam mempublikasikan karya di kalangan guru,” imbuhnya.
Ditemui di tempat tugasnya, Mukani menjelaskan tidak banyak persiapan. Padahal seluruh kontestan harus mengirim data karyanya. “Makanya yang saya serahkan hanya 32 judul buku ber-ISBN dan 29 judul artikel jurnal terakreditasi Sinta,” ujarnya.
Dirinya mengaku baru data-data itu yang ditemukan. Padahal tulisan opini di media massa sudah lebih dari 167 artikel. “Mengingat waktunya sudah mepet, daftar seadanya saja dulu,” imbuhnya.
Pria yang juga A’wan Pengurus Ranting NU Desa Kayangan ini tidak menyangka bisa masuk babak berikutnya. “Lalu dikirimi link oleh panitia untuk diisi detail dan spesifikasi karya-karya yang sudah diajukan,” kisahnya.
Selang beberapa hari sebelum pengumuman pemenang, dia mengakui ditelpon beberapa kali oleh panitia. Pihak panitia meminta dikirimi sampul dan identitas karya. “Tujuannya memverifikasi dan kroscek calon pemenang, juga ditanya-tanya soal karya-karya yang sudah diajukan,” ceritanya.
Meski baru pertama kali mengikuti ajang ini, dirinya mengaku lancar saat menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Terutama terkait karya artikel di jurnal ilmiah yang terindeks Sinta. “Kok sebanyak itu seorang guru bisa mempublikasikan, itu langka dan ternyata jadi nilai lebihnya, tidak sekedar banyak menerbitkan buku ber-ISBN saja,” ujarnya.
Salah satu apresiasi lain, imbuhnya, banyak buku yang ditulis dan diberi kata pengantar guru besar. “Sudah ada tujuh buku saya yang diberi kata pengantar profesor,” ujarnya. Di antaranya Pergulatan Ideologis Pendidikan Islam oleh Prof Masdar Hilmy dari UINSA (2011), Dinamika Pendidikan Islam oleh Prof Masykuri Bakri dari Unisma (2016), Berguru Ke Sang Kiai oleh Prof Nur Akhid dari IAIN Kediri (2016) dan Sejarah Pendidikan Islam Nusantara oleh Prof MN Harisuddin dari UIN Jember (2021).
Juga buku Membaca Pendidikan Indonesia oleh Prof Masdar Hilmy dari Uinsa (2021), Kiai Gado-gado (2022) dan Nasionalisme Generasi Milenial (2024) oleh Prof Ngainun Naim dari UIN Tulungagung. “Buku yang terbaru ini insya Allah bulan ini akan dibedah di kampus Universitas An-Nuqoyah Guluk-guluk Sumenep,” imbuhnya.
Ditanya kiat khusus bisa produktif menulis, bapak dua putra ini mengaku biasa saja. “Yang penting ada komitmen kuat menulis dan diwujudkan, tidak perlu banyak berangan-angan menulis ini dan itu,” ujarnya. “Dan, harus ada target, setahun ini bisa menerbitkan berapa buku, berapa artikel jurnal dan berapa opini di media massa,” tandasnya.
Selain menulis, suami dari Nurul Yani ini dalam sepekan harus mengajar di lima lembaga. Di jenjang perguruan tinggi, dia mengajar di kampus STAI Darussalam Krempyang Nganjuk dan STIT Urwatul Wutsqo Bulurejo Jombang. Juga menjadi guru di Aliyah Seblak Diwek dan menjadi PNS di SMAN 1 Jombang. Termasuk mengaji di Pesantren Al-Choiriyah Seblak saat malam hari.
Melalui Literacy Center, bersama tim dirinya menggerakkan tradisi literasi kaum muda nahdliyin di Jawa Timur. Sejak 2022, bersama tim, dirinya sudah menggelar pelatihan kader literasi di seluruh Jawa Timur. “Sudah 38 kabupaten/kota di Jawa Timur digelar di tujuh zona, mulai Metropolis, Matraman, Pantura, Tapal Kuda, Malang Raya, Kediri Raya dan Madura,” jelasnya.
Peserta yang diundang dari unsur santri, guru, dosen maupun organisasi kepemudaan. “Biasanya kami bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk menggelar pelatihan ini,” imbuhnya. Tahun 2025, lanjutnya, ditargetkan buku kumpulan karya peserta bisa diterbitkan.
Dia berharap ke depan akan banyak kaum santri yang intens dalam menulis. “Karena para kiai kita dulu telah memberi contoh dalam menulis, sehingga nama beliau masih dikenang hingga sekarang,” ujarnya. “Dan, menulis pada era sekarang dihitung sebagai jihad literasi,” pungkasnya. [RZ]