Mengupas Istilah-Istilah Ungkapan Berbahasa Arab di Hari Raya

Taqabbalallah minnaa waminkum, kullu ‘aamin wa antum bikhoir, dan minal ‘aaidin wal faaizin, 3 ungkapan yang kerap kali kita dengar saat lebaran Idul Fitri datang.

Hari raya Idul Fitri merupakan hari raya tahunan bagi umat muslim. Hari yang bertepatan tanggal 1 Syawal ini merupakan hari istimewa yang selalu dinanti kedatangannya. Setelah satu bulan penuh berpuasa di bulan Ramadan, pada hari ini para umat muslim bisa merasakan sedapnya sarapan opor ayam dan ketupat di pagi hari.

Selain keistimewaannya dan kedatangannya yang selalu dinanti, pada hari ini pula para umat muslim saling mendoakan dan saling bermaaf-maafan. Tak jarang ungkapan-ungkapan manifestasi dari doa dan permintaan maaf mereka diungkapkan atau diiringi dengan ungkapan-ungkapan berbahasa Arab. Seperti taqabbalallah minnaa waminkum, kullu ‘aamin wa antum bikhoir, dan minal ‘aaidin wal faaizin.

Pada kesempatan kali ini, penulis akan sedikit mengulas sedikit mengenai ketiga ungkapan tadi, tentunya dengan berdasarkan kaidah-kaidah bahasa Arab yang penulis pelajari.

Yang pertama adalah ungkapan taqabbalallah minnaa waminkum تقبّل الله منا ومنكم. Ungkapan ini terdiri dari beberapa kalimat; fiil, isim dan, huruf. Adapan perinciannya adalah sebagai berikut:

تقبّل : fi’il madhi yang mempunyai makna lampau dari wazan تفعّل , yang mempunyai telah menerima. Adapun di dalam konteks ungkapan ini, fi’il madzi tersebut menyimpan makna liddu’a (doa atau permohonan), jadi artinya semoga Allah menerima. Fi’il ini sebenarnya tergolong kedalam fi’il muta’addi, yaitu kalimat fi’il yang membutuhkan maf’ul bih atau objek. Namun pada ungkapan taqabbalallah minnaa waminkum ini, tidak disebutkan atau tidak dituliskan objeknya. Lalu sebenarnya apa objek dari fiil taqabbala?  Tentu objeknya adalah amal baik, jadi taqdirnya adalah;

 تقبل الله منا ومنكم صالح الأعمال

Baca Juga:  Alfiyah, Pesantren dan Kiai Kholil

Pembuangan kalimat shalihal a’maali dan penggunaan fi’il madhi yang bermakna doa di sini bukannya tanpa alasan. Yang pertama pembuangan shalihal a’maali di sini hukumnya boleh karena sudah maklum, hal ini berdasarkan kaidah dalam bait Alfiyah yang berbunyi;

وحذف ما يُعلم جائز

Pembuangan kata yang sudah maklum itu hukumnya boleh

Kemudian dibalik penggunaan fi’il madhi pada kalimat taqabbala, adalah untuk menambahkan keyakinan atau optimisme dan kepastian bahwa Allah telah atau pasti akan menerima semua amal kebaikan kita selama Ramadan karena Allah swt adalah dzat Yang Maha Menerima.

Adapun kalimat minnaa waminkum, terdiri dari huruf jer dan isim dhamir yang mempunyai arti dari kita dan dari kalian. Jadi arti keseluruhan dari ungkapan taqabbalallah minnaa waminkum adalah; semoga Allah menerima amal baik dari kita dan kalian semua.

Yang kedua adalah ungkapan kullu ‘aamin wa antum bikhoir (كل عام وأنتم بخير). kalimat kullu aamin di sini bukan mubtada, melainkan sebuah fail dari fiil yang dibuang yaitu yaqbulu (يقبل) yang mempunyai arti sedang datang atau akan datang. Adapun jumlah wa antum bikhoir adalah jumlah haliyah, yang menjelaskan atau menerangkan hal keadaan bahwa kalian dalam keadaan baik. Sama dengan yang pertama, ungkapan ini mempunyai makna doa atau harapan, jadi arti dari ungkapan kullu ‘aamin wa antum bikhoir adalah semoga kalian semua dalam keadaan baik sepanjang datangnya tahun.

Adapun yang terakhir adalah ungkapan minal ‘aaidin wal faaizin (من العائدين والفائزين). jika diantara kita masih ada yang menganggap arti dari minal ‘aaidin wal faaizin adalah mohon maaf lahir batin, itu adalah salah kaprah. Karena makna ‘aaidin adalah orang-orang yang kembali, sedangkan makna faaizin adalah orang-orang yang beruntung. Adapun taqdir ungkapan lengkapnya adalah;

Baca Juga:  Menyemarakkan Usul An Nahw di Indonesia

جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين

yang artinya adalah semoga Allah menjadikan kita dan kalian semua termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang beruntung. Jadi, ungkapan ini adalah bentuk doa dan harapan supaya kita dijadikan termasuk golongan orang-orang yang kembali, tentunya kembali ke jalan Allah, serta supaya kita dijadikan sebagai orang-orang yang beruntung. Wallahu a’lam. []

Aghnin Khulqi
Alumni Mahad Takhasus Simbang Kulon Pekalongan dan Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat Timur. Kali ini sedang menempuh S2 di Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta dan mengabdi di Pesantren Luhur Sabilussalam.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini