Senada mentari yang tak lupa menyapa
Tak pernah meredupkan sinarnya
Kecuali ada awan yang menghalanginya
Kau pun juga
Tak ada waktu terlewatkan tuk hadir di hidupku
Kecuali kantuk sedang menghampirimu
Atau tugas-tugas yang menunggu
Namun aku yakin doa dan kasih kan saling tertaut
Untuk itu tak ada alasan untuk takut
Aku bukan pujangga
Nan mahir menarasikan seseorang lewat tulisan panjang
Namun aku anak biasa
Yang menorehkan ketulusan tanpa lekang
Sebagaimana eksistensi manusia
Dimana tak tersemat kata sempurna
Selalu ada celah titik noktah
Baik khilaf maupun salah
Namun bukankah itu jalan untuk senantiasa bermuhasabah
Bahwa tiap scene yang kita lalui selalu mengandung Ibrah
Sepertinya bahagiaku tidak akan pernah berhenti
Namun bagiku terlalu banyak tentangmu untuk disyukuri
Kita tak pernah tahu kapan detak jantung kan berhenti
Apabila menunggu nanti
Bagiku terlalu terlambat untuk menikmati
Yah, menikmati kesempatan yang bisa jadi tak terulang dua kali
Kesempatan untuk menyadari bahwa Tuhan memberikan keindahan pada salah satu makhluk di bumi
Yang tak tak pernah absen dalam membersamai setiap hari
Menyapa tiap pagi
Dan melelapkan di malam hari
Mengisi cerita di siang hari
Dan mengevaluasi di sore hari
Aku tak pernah tau sampai kapan waktuku
Namun yang kutau semakin mensyukuri itu
Tuhan kan menambah durasi
Setidaknya aku bisa bersemayam dalam dekapmu lebih lama lagi
Jemariku menggila
Liar menoreh rasa yang tiada ada ujungnya
Bahwa eksistensi pena
Tak sanggup merepresentasikan aksara dalam jiwa
Kediri, 10 Februari 2022