Yang paling saya rindukan ketika pulang ke Madura adalah masakan sayur kelor. Ditemani nasi jagung. Ikan tongkol. Sambel terasi. Sedikit serundeng (kelapa tanpa daging). 

Pohon kelor ini menghiasi dan memagari beberapa rumah di Madura. Tidak sulit mendapatkannya. Sepertinya, ia sayuran paling asyik disruput kuahnya, daun-daunnya yang mungil menambah lezatnya makanan, masuk tanpa ditelan. Tapi, pohon ini yang paling saya hindari untuk dipanjat. Rapuh. Bila dahannya mengering hanya dibuat kayu bakar. Tidak banyak dimanfaatkan, tidak seperti pohon mimba, siwalan, kelapa yang gagah, kuat, keras, yang juga menghiasi pulau Madura.

Beberapa tahun terakhir, saya baru tahu ternyata daun Meronggai (Kelor) memiliki banyak khasiat, bahkan ada yang menyebutkan pohon ajaib, belum lagi mitos-mitos yang menyertahinya. Di antara khasiatnya yang saya baca; menurunkan kolesterol, melindungi tubuh dari keracunan arsen, meredakan peradangan, mengatasi kangker, baik untuk daya ingat dan jantung, mencegah anemia, memberikan nutrisi untuk tumbuh, kaya akan antidioksida dan khasiat lainnya.

Pohon yang dahan-dahannya sangat rapuh ini, ternyata mengandung banyak khasiat. Ini mengandung hikmah yang luar biasa bila kita kaitkan dengan kehidupan manusia. Rapuhnya, ringkihnya, lemahnya tubuh seseorang, terkadang tidak demikian dengan pikirannya, cerdas, cerdik, atau sebaliknya.

*******

“Ha.. Ha.. Ha..” Riuh suara tawa para sahabat, entah apakah ada yang lucu, atau meledek. Nabi Muhammad SAW langsung menegur mereka, “Apa yang membuat kalian tertawa”, para sahabat yang berada di tempat itu terdiam, tertegun, dan gugup, mereka belum sampai menjawab pertanyaan Nabi, dan Rasulullah SAW melanjutkan tegurannya, “Apakah karena betisnya yang kecil? Semua pada terdiam, tak seorang pun berani menjawab.

Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan sabdanya, “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, sesungguhnya kedua (betis)nya lebih berat dari Gunung Uhud dalam timbangan amal.”

Baca Juga:  Ramadhan: Madrasatul Hayat

Ternyata para sahabat itu menertawakan keadaan betis Abdullah bin Ma’ud yang kecil, ketika itu Rasulullah SAW meminta tolong kepada sahabatnya ini untuk mengambil batang siwak dari pohonnya. Saat memanjat pohon itulah, betisnya yang kecil terlihat. Mereka pun tertawa.

Sungguh, bentuk tubuhnya tak membuat ia rendah. Ia adalah generasi terbaik. Ia disebut-sebut Nabi paling bagus bacaan Al-Qur’annya dan paling baik pemahamannya. Nabi SAW pernah bersabda,

Barangsiapa cinta dan senang membaca al-Qur’an sesuai yang diturunkan, hendaklah ia membacanya sesuai bacaan putranya Ummu Abad (Abdullah bin Mas’ud) .”

Sungguh kemuliaan baginya, pujian-pujian Nabi mengalir untuknya. Pujian yang sangat indah, Nabi tak melihat fisiknya, tak memandang bentuk tubuhnya, betisnya yang kecil, lebih berat dari gunung Uhud, bagaimana dengan anggota tubuhnya yang lain.

Jika kita perhatikan pepohonan; ada yang batangnya rapuh, berbunga indah. Ada yang tak berbunga, berdaun lebat, dapat dibuat tuk bernaung. Ada yang tak lebat, tapi penuh buah, menyegarkan penuh rasa. Ada yang tak berbunga, tak berbuah, tak ada dedaunan lebatnya, tapi akarnya mencengkram memberi jutaan obat. Ada pula batangnya kokoh kuat, tuk menyanggah rumah, walau tak ada bunga. Semuanya, mengahadirkan manfaat.

Hanya terkadang, kita belum tahu rahasianya. walau berbeda cara memberi, tapi ia atas nama “pepohonan”.

Demikian pula manusia; ada yang kaya, memberi dengan kekayaannya, walau memberi tidak harus menunggu kaya. Ada yang tidak banyak harta, tapi ilmunya ia wakafkan untuk umat. Ada pula yang tidak kaya, tidak banyak ilmu, tubuh dan hatinya ia sujudkan padaNya. Kadang, ia hanya memiliki akhlaq tuk tersenyum indah, menyejukkan hati sesama. Kadang ia tak memiliki apapun, tapi masih punya hati untuk orang lain, walau ada manusia memiliki segalanya, tapi hatinya ia simpan tuk keangkuhan.

Baca Juga:  Inilah Harta Karun Berharga

Berbuat baik, tidak harus menunggu menjadi apapun dan siapapun, karena kebaikan selalu ada pada siapapun dan apapun.

Dan bagaimana kita melihat orang lain, akan keistimewaannya, bukan lubang dan segala buruknya.

Ada ungkapan Arab la tahtaqir mandunaka, likulli syain maziyyah jangan kau remehkan orang lain, karena setiap orang/sesuatu memiliki keistimewaan.

Manusia seperti pepohonan dengan berbagai jenis dan macamnya. Bisa memberi kemanfaatan dengan berbagai kekurangan dan keistimewaannya. Indahnya Tuhan menciptakan manusia, Rabbana ma khalaqta hadza bathila. [RZ]

Halimi Zuhdy
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Pengasuh Pondok Literasi PP. Darun Nun Malang, Jawa Timur.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Hikmah