Udara pagi yang segar menyelimuti Pondok Pesantren Ismailiyun, saya berjalan menuju depan pesantren untuk menyambut kedatangan Kiai Muhlis, pengasuh pondok pesantren Darul Qur’an yang tadi malam menghubungi saya untuk mampir di pesantrennya. Mobil Inova Putih mulai memasuki gerbang pesantren saya menyambutnya dengan salaman dan memeluknya. Kiai Muhlis dan Istrinya Nyai Nurul Fadhilah Toha yang merupakan teman dari kakak saya ketika masih di Pondok Pesantren Al Asy’ariyah Kalibeber Wonosobo, pertemuan ini bermula ketika kakak saya Helly Ummi mengetahui keberadaan saya di Lampung, dan meminta saya untuk menyambung silaturrahim kepada teman-temannya.

Setelah kita ketemu Gus Rofiq (Pengasuh Pesantren Al Ismailiyun), saya mengirimkan pesan ke Syekh Aiman Saleh (salah satu pengajar dari Universitas Al Azhar Mesir) yang sudah janjian untuk bertemu dengan Kiai Muhlis, ternyata beliau berdua sudah berteman lama dan pada akhirnya kita berdua diajak ke PP Darul Qur’an Lampung Timur, Mobil Inova putih sudah mulai membelah jalan raya, untuk menuju lokasi diperlukan perjalanan kurang lebih 2 jam dengan kecepatan 80km/jam.

Kiai Muhlis adalah ketua Yayasan PP Darul Qur’an, Yayasan ini membawahi beberapa lembaga pendidikan mulai dari TK, MI, MTs, MA dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Darul Qur’an, selama perjalanan Kiai Muhlis bercerita tentang pelaksanaan model kurikulum di tempatnya yaitu kalau siang diberlakukan kurikulum modern kalau malam diberlakukan kurikulum salaf, dan al Qur’an sebagai landasan akhlaknya, khitobah dan kepemimpinan adalah salah satu kurikulum wajib yang ada di pesantrennya, kemudian sepak takrow sebagai olah raga yang dipilih untuk dikembangkan di pesantrennya, dalam hal ekstrakurikuler seni pencak silat pagar nusa juga menjadi pilihan sebagai salah satu ekstra kurikuler di pesantren tersebut, tidak lupa di pesantren tersebut juga dilatih skill berwirausaha. Dan diharapkan akan muncul para santri yang mempunyai potensi seperti menemukan mutiara-mutiara yang terpendam.

Baca Juga:  Masa Depan Pendidikan bukan Digitalisasi Sekolah

Setelah sampai di lokasi saya melihat gedung yang sederhana namun terlihat tradisi-tradisi keilmuan yang kuat, kripik singkong yang siap dijual hasil dari packingan para santri menyambut saya bersama Syaikh Aiman di ruang tamu ndalem Kiai Muhlis, setelah berdiskusi sejenak kita diajak ke aula pesantren, sebelum sampai aula terlihat di dapur ada alat sederhana untuk memproses sawit menjadi minyak goreng. Hingga waktu tiba saya bersama Syaikh Aiman Saleh diberi waktu untuk memberikan sharing keilmuan.

Saya menyampaikan tentang empat hal yang harus dimiliki santri dalam tholabul Ilmi (pencari ilmu), Pertama adalah niat untuk mencari keridhoan Allah, niat sangat penting, seperti hadis dari Imam Baihaqi:

نِيةُ المُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ

“niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya.”

Sesungguhnya amal itu tergantung oleh niatnya jika baik maka insyaallah baik demikian pula sebaliknya. Kedua adalah santri harus alim dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, dalam proses pencarian ilmu harus disertai dengan riyadloh dan menjauhi maksiat kenapa? Karena ilmu merupakan sebuah cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan oleh orang-orang yang ahli maksiat (Ta’limul Mutaallim), dan sesuai dengan janji Allah dalam al Mujadalah; 11 bahwa Allah akan mengangkat derajad orang yang beriman dan menuntut ilmu dengan beberapa derajad.

Ketiga mengamalkan ilmu, kenapa ilmu harus diamalkan karena ilmu tidak akan bermanfaat tanpa adanya pengamalan, ilmu ketika tidak diamalkan bagai pohon yang tak berbuah (tidak bisa diambil manfaatnya), dan orang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya nanti di akhirat akan disiksa sebelum para penyembah berhala karena dia mempunyai double dosa yaitu dosa seorang yang telah mengetahui sebuah hukum dan dosa tidak mau mengamalkannya.

Baca Juga:  Ridha Guru Sebab Keberkahan Ilmu

Man zada ilman wa lam yazdad hudan lam yazdad minallahi illa bu`dan.” Artinya: Barangsiapa yang bertambah ilmunya akan tetapi tidak bertambah petunjuknya maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali semakin jauh dari Allah.

Keempat istikamah satu kata tapi mempunyai seribu makna, istikamah tidak mudah karena dibutuhkan kedisipinan dan tekad bulat makanya “al istiqomah khoirun min alfi karomah” artinya istikamah lebih baik daripada seribu karomah, ini bisa kita berikan makna bahwa istikamah bukan perkara yang mudah.

Diriwayatkan oleh Gus Edi dari abahnya Kiai Mansur (putera angkat Kiai Arwani) bahwa Mbah Arwani itu melakukan sesuatu dengan istikamah, mulai dari yang berurusan dengan ibadah sampai dengan hal-hal yang di luar ibadah. Semoga kita mendapatkan berkah guru-guru kita dan bisa mengikuti jejak-jejak para ulama yang istiqamah, Aamiin.
Wallahu’ a’lam bishawab

Abdulloh Hamid
Co-Founder Pesantren.id, founder Dunia Santri Community, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di pengurus pusat asosiasi pesantren NU (RMI PBNU)

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Pesantren