Perjalanan panjang penuh terjal
Menyadarkan bahwa hidup tidak kekal
Kelak kita akan menemui ajal
Sejauh apa kita memiliki bekal?
Disaat ku hampir menyerah
Bahwa hidup selalu mengalah
Meredam nafsu amarah
Terkadang kita pun lelah
Kau selalu datang bertangkai senyuman
Menusuk relung hati tanpa berpamitan
Lantas aku pun memasuki dunia haluan
Apakah ini mimpi atau kenyataan, wahai Tuhan?
Jikalau kenyataan, mengapa seperti mimpi?
Merasuk ke dalam sukma bagaikan api
Meruntuhkan suramnya sepi
Menerangi luasnya hati yang tak bertepi
Kukira kamu hanya rumah
Tempat ku berkeluh kesah
Menatap mentari yang cerah
Ku pun tersadar ternyata kamu Jannah
Rumah bisa tua dan usang
Bermusim semi juga gersang
Namun surga senantiasa terang
Karena cinta di dalamnya tak berbilang
Wahai surgaku yang tak akan hilang
Izinkanku menjadi pendudukmu tanpa tiket pulang
Kan ku sambut siapapun yang bertandang
Karena di tengah perjalanan mereka butuh pohon yang rindang
Mereka pun bertanya penuh heran
Bagaimana ku menjadi penduduknya sendirian
Menjaga seluruh permata, zamrud, dan berlian
Menjadi insan penuh kebanggaan dan kebahagiaan
Untaian syukur tak terhingga
Untukmu sang pelipur lara
Tersemat di punggungmu kata sempurna
Kukira Griya Ternyata Surga
Teruntuk muara bahagia
Wahai kedua orang tua
Pemilik asma mulia
Senantiasa terpatri dalam jiwa
Malang, 10 Februari 2022