”Ikhtiar Melestarikan Tradisi Literasi Digital Santri, Santri Lebih Bijak dan Selektif” Program Mengundang Tokoh MISAKA 6 Tahun Katerban Ngawi

Pesantren.id, Ngawi – MISAKA (Madarasah Islam Syarifatul ‘Ulum Katerban) 6 Tahun di Ngawi merupakan lembaga pendidikan menengah 6 Tahun (SMP hingga SMA/MA) dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Syarifatul ‘Ulum Katerban, Ngawi. Lembaga ini lahir sebagai suatu ikhtiar dalam memberikan layanan Pendidikan yang memiliki banyak program-program unggulan yang menjadi salah satu Upaya mewujudkan “Quality Assurance” atau jaminan kualitas lulusan siswa/santri yang berakhlakul karimah dengan memiliki keunggulan berupa kecerdasan intelektual, emosianal maupun spiritual. Salah satu programnya adalah Program Mengundang Tokoh. Program ini bertujuan untuk membuka pengetahuan baru, membuka cakrawala berpikir santri maupun guru-guru mengenai dirinya, masyarakatnya, dan perkembangan dunia di luar sekolah/pesantren. Pesantren/Sekolah secara berkala mengundang tokoh local/ Regional maupun nasional di berbagai bidang, terutama yang punya latar belakang sebagai santri, untuk berbicara dan membuka ruang tanya jawab di depan para santri. Selain untuk menambah pengetahuan, kegiatan ini bertujuan untuk memupuk mentalitas para santri dan guru seiring dengan perkembangan zaman yang semakin cepat serta diharapakan dapat membuka wawasan serta inspirasi dari berbagai sektor yang berperan dalam pembentukan karakter dan kepedulian sosial.

Pengaruh kemajuan zaman dapat dirasakan oleh setiap individu di dunia. Tak terkecuali  dunia pesantren dan santri bahkan mungkin para kyainya. Generasi santri di era digitilasasi milenial ini tidak hanya dituntut untuk mampu menguasai ilmu-ilmu agama saja, namun juga ilmu-ilmu lainnya. Salah satunya adalah terkait dengan perkembangan teknologi informasi (IT) yang begitu cepat dan seakan tidak terkendali.  Saat ini, sering kita temui berbagai konten islami berseliweran di media sosial. Tak menutup kemungkinan, akan banyak sekali informasi tentang keagamaan yang kurang sesuai dan bertentangan dengan syariat, seperti halnya arus semenjana gelombang wahabisme neo-khawarij yang terus menggelegak.

Baca Juga:  Jalan Syubhat

Berlatar belakang hal itulah MISAKA 6 Tahun yang merupakan Lembaga Pendidikan Formal di bawah Pondok Pesantren Syarifatul ‘Ulum Katerban Mengundang salah satu Tokoh Penulis Buku “Literasi Digital Santri Milenial” yaitu Dr. Abdulloh Hamid, M.Pd., dengan harapan dapat membantu membuka wawasan serta inspirasi tentang literasi Digital bagi santri yang harapannya juga memberikan peran dalam pembentukan karakter dan kepedulian sosial.

Di abad ke-21 ini, generasi muda khususnya santri menghadapi era banjir informasi. Semakin canggihnya teknologi, memudahkan siapapun untuk mengakses berbagai macam informasi dari belahan dunia manapun dengan cepat. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian yang khusus bagi para orang tua atau pendidik maupun Lembaga Pendidikan seperti halnya sekolah/pesantren. Santri harus paham bahwa tidak semua informasi itu benar.

Untuk mengetahuinya apakah benar atau salah, santri perlu dibekali ilmu dan skill terkait literasi ini.

”Ikhtiar Melestarikan Tradisi Literasi Digital Santri, Santri Lebih Bijak dan Selektif” Program Mengundang Tokoh MISAKA 6 Tahun Katerban Ngawi

 

Dalam paparannya Dr. Abdulloh Hamid, M.Pd., yang biasa disapa Gus Hamid  menjelaskan bahwa Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-6 pengguna internet terbesar di dunia, setelah China, Amerika Serikat, India, Brazil, dan Jepang. Di samping itu, dari 70 negara yang diteliti, tingkat literasi di Indonesia berada pada peringkat 62. Melihat ketidakseimbangan itu, Dr. Abdulloh Hamid, M.Pd., yang biasa disapa Gus Hamid mencoba mencari solusi dari permasalahan yang tengah dihadapi Indonesia, dengan karyanya yang berjudul “Literasi Digital Santri Milenial”.

Dalam buku Literasi Digital Santri Milenial, dijelaskan rumusan-rumusan ala santri untuk menyelami dunia digital saat ini. Maka buku ini dapat menjadi pegangan para generasi milenial dalam menyampaikan dakwah melalui media sosial. Karena Santri bukanlah orang yang mondok saja, tapi siapa pun yang berakhlak seperti santri, maka dialah santri (KH. Mustofa Bisri).

Baca Juga:  Menghafal Versus Menalar (2)

Founder Dunia Santri Community, Abdulloh Hamid mengungkapkan, literasi digital sering dianggap sebagai kecakapan dalam menggunakan internet dan media digital. Akan tetapi literasi digital merupakan sebuah konsep dan praktik yang bukan sekedar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. “Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab,” kata Gus Hamid.

Pria yang juga dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut menyampaikan berbagai jenis literasi digital, diantaranya adalah Photo-Visual literacy, Reproduction literacy, Branching literacy, Information literacy, dan Socio-emotional literacy. “Dalam penerapan Literasi Digital Santri dapat memanfaatkan platform yang ada, seperti website, podcast, YouTube, Facebook, Instagram, dan lain sebagainya,” terangnya. Gus Hamid menjelaskan, sederhananya literasi digital dapat dilakukan dengan pemetaan ringan tentang bagaimana membangun hingga mengelola literasi digital dalam dunia pesantren. Karena literasi digital memiliki manfaat yang banyak. “Manfaat literasi digital diantaranya meringkas atau menghemat waktu, memperluas jaringan, hemat biaya, memperoleh informasi dengan cepat, dan memperkaya penampilan,” pungkasnya.

Kegiatan mengundang tokoh di MISAKA 6 Tahun ini berjalan dengan baik dan santri mengikuti dengan sangat antusias. Semoga segala Upaya yang dilakukan untuk mencerdaskan santri di bidang literasi membawa manfaat dan barokah untuk semua. Aamiin. Wallohu A’lam Bishowab (MMGR)

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Berita