Mengambil hikmah dari seorang profesi Jagal sapi, dia tidak akan bisa bekerja profesional selama ia tidak mempunyai pisau dan alat asah, Pisau pun tidak akan berfungsi jikalau tumpul alias tidak memiliki ketajaman, tetapi pisau tidak akan tajam secara otomatis dan alamiah. Sehingga memerlukan proses pengasahan. Semakin tajam pisau, semakin memudahkan mengiris daging menjadi bagian yang sangat tipis.
Seperti itulah peranan akal dan hati manusia, dia tidak akan sampai pada tujuan dan pengakuan dari dirinya sendiri jika alatnya tidak bersinergi dan berfungsi, yaitu akal dan hati. Hati diasah untuk bisa menerima kebenaran yang kemudian di transformasikan ke akal. Semakin tajam akal, semakin berguna untuk dapat mengiris-iris objek bagian menjadi potongan yang sangat tipis.
Yang menjadi kesalahan massal, sehingga menjadi sebuah kesadaran dan mindset berpikir adalah dimana manusia lebih condong untuk mendigdayakan dan mengasah akal yang berfungsi untuk berpikir, bahkan yang lebih simpel dan pragmatis akal dijadikan alat untuk menciptakan ketentraman dimana kerap kali menjadi bagian inferior. padahal dalam al Qur’an hatilah yang mempunyai wewenang dan legitimasi lebih untuk mengambil alih keputusan berpikir, menimbang dan memahami. Nabi Muhammad pun ketika sebelum terjadinya peristiwa istimewa isra mi’raj yang dibelah adalah dadanya berupa hati, bukan isi dari kepala. Sebagaimana firman Allah Swt :
لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا
Artinya, “Mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami” (QS. Al-HajjL 46)
Dari penggalan kata يَعْقِلُونَ dapat diartikan sebagai proses berpikir, yang mana kemampuan akal hanya terbatas menangkap pengetahuan yang bersifat rasional dan empiris. Sedangkan hati dapat memperoleh pengetahuan yang tak terbatas dengan dzauq dan intuisi. Disinilah, frasa tentang orang berpengetahuan cenderung berendah hati, karena ia mampu memfungsikan kaitan antara akal dan hatinya.
Dari sinilah, Kepemimpinan diri manusia di jabat oleh hati. Sebagai pusat promotor kehendak manusia yang mendorong untuk berbuat baik atau buruk, bersedih atau gembira. Akal, pikir, dibawah kendali Kepemimpinannya. Oleh karena itu, tidak ada sandaran akal untuk menuju-NYA, yang ada adalah hati untuk bersandar.
Pegang erat tanganku, Bimbing langkah kakiku, Aku hilang arah, Tanpa hadirmu. Itu merupakan aransemen lagu yang dikiaskan sang illahi yang membimbing melalui hati.