Beberapa hari terakhir ini sepertinya sedang viral lagu Aisyah, yang katanya menyebutkan tentang sosok Aisyah sebagai istri Nabi Muhammad saw dan romantisnya beliau berdua dalam mahligai rumah tangga. Saya memang belum pernah mendengar lagu itu sampai selesai. Sampai saya secara tidak sengaja menemukan dua kubu; yang menerima lirik lagu itu dengan alasan segala yang tertulis dalam lirik ada hadistnya dan satunya menolak dengan alasan kurang etis menggambarkan sosok istri Nabi dalam sebuah lirik, yang sayangnya kemudian dicover juga dengan gaya yang kurang pantas.
Oke, saya tidak hendak membahas kontroversialnya lagu tersebut. Saya ingin kita mengambil hikmah lain, tentang ilmu yang sebenarnya bukan hal baru lagi tapi mungkin banyak dilupakan; tuntunan Nabi Muhammad saw sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga. Saya di setiap kesempatan sharing seputar rumah tangga, selalu menekankan agar membekali diri dengan siroh Nabi Muhammad saw dalam rumah tangga. Baik melihat kewajiban istri maupun juga kewajiban suami. Karena memang teladan suami paling baik ada pada sosok Rasulullah saw,
خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي
Sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan aku adalah yang paling baik di antara kalian kepada keluargaku. (HR. Turmudzi)
Dan teladan itu, tidak hanya dicontohkan saat dengan istri tertentu saja. Tapi juga adil kepada semua istri-istri beliau. Saya cuplikkan beberapa komentar para istri beliau tentang luhurnya akhlak beliau sebagai seorang suami. Shafiyah misalnya, yang pernah dibonceng oleh Rasulullah saw di atas unta, padahal saat itu belum ada suami, apalagi raja, yang memperlakukan istri seistimewa itu, dan saat jatuh, Nabi saw malah menanyakan kondisi istrinya tanpa mementingkan kondisi beliau. Pantaslah jika Shafiyah ra lalu menyebutkan,
Aku belum pernah menemukan laki-laki yang baik kepada istrinya sebaik Rasulullah saw.”
Istri beliau yang lain, sayyidah Raihanah ra pun pernah menuturkan komentar yang nyaris sama. Beliau berkata, “Rasulullah saw selalu menuruti permintaan istri-istri beliau berdasarkan kemaslahatan besar yang ditimbulkannya.” Artinya, meski beliau selalu ingin menyenangkan istrinya, namun beliau tetap menimbang maslahat saat hendak menuruti permintaan istrinya. Selama itu baik dan mendatangkan maslahat, maka beliau tidak segan menurutinya.
Ummu Salamah ra juga mengungkapkan kekagumannya terhadap akhlak Rasul saw sebagai sosok suami dengan perkataan beliau, “Beliau belum pernah melupakan salam kepada istri-istrinya setiap kali berjmpa.” Tindakan kecil namun mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi perempuan. Dan itu beliau lakukan kepada istri-istri beliau. Subhaanallah, sungguh indah ajaran Nabi Muhammad saw dalam bermu’asyarah kepada istrinya.
Akhlak-akhlak luhur Nabi Muhammad saw seakan disempurnakan oleh pengakuan sayyidah Aisyah ra saat ditanya bagaimana akhlakh beliau?
Akhlak beliau – Nabi Muhammad saw – adalah Al-Qur’an.”
Ungkapan yang singkat padat dan dapat menggambarkan betapa luhurnya akhlak Rasulullah saw. Jika dalam Al-Qur’an terkumpul segala kebaikan, maka begitu pula dalam akhlak luhur Rasulullah saw. Bahkan istri yang paling dicintai beliau, sayyidah Khadijah ra, sudah jatuh hati terhadap Rasulullah saw sehingga berniat untuk melamar beliau. Hal itu tidak bukan ialah karena keluhuran akhlak beliau.
Rasulullah saw, sebagai seorang suami, tidak pernah segan membantu urusan rumah tangga. Sebagaimana diceritakan oleh sayyidah Aisyah ra saat ditanya apa yang dilakukan Nabi Muhammad saw di rumah beliau?
كان بَشَرًا مِن البَشَرِ؛ يَفْلي ثَوبَه، ويَحلُبُ شاتَه، ويَخدُمُ نَفْسَه
Beliau adalah manusia seperti manusia lainnya, beliau membersihkan bajunya, memerah susu kambingnya, dan mengurus dirinya. (HR. Tirmidzi)
Begitulah Rasulullah saw. Sosok paling penting pada zamannya; seorang Nabi utusan Allah swt, seorang kepala negara, seorang pemimpin perang, seorang guru bagi para sahabatnya, namun saat di rumah beliau tak segan melakukan hal-hal yang masih bisa beliau kerjakan demi mengurangi beban tugas istrinya. Maka sungguh malu bagi seorang suami yang bahkan untuk mengobrol dengan istri saja selalu beralasan sibuk bekerja, Kurang sibuk apa Rasulullah saw? Namun selalu ada waktu beliau sisakan untuk membantu istri dan berbincang-bincang tiap malamnya.
Bahkan dalam keadaan marah pun, beliau tidak pernah membentak apalagi sampai memukul istrinya. Disebutkan dalam sebuah riwayat, saat Nabi Muhammad saw marah kepada sayyidah Aisyah ra beliau akan meletakkan sebelah tangan di pundak Aisyah ra, lalu berkata, “Ya Allah ampunilah dosanya, hapuskanlah kekesalan hatinya, dan lindungilah dari fitnah-fitnah yang menyesatkan.” Lihat, bahkan dalam keadaan marah beliau masih mendoakan istrinya.
Maka menurut hemat saya, rumah tangga Rasulullah saw adalah pesan tersirat kepada umatnya, bahwa pernikahan itu tujuannya ialah membangun keluarga sakinah untuk melahirkan generasi yang bertakwa. Jalan menujunya tidak lain dan tidak bukan ialah dengan cinta dan keadilan. Cinta, seperti yang sering saya tulis, tidak cukup di hati namun ia perlu untuk ditunjukkan. Itulah kenapa dalam banyak riwayat menceritakan bagaimana Rasulullah saw mengisi waktu dengan bercanda bersama istrinya, menyesuaikan karakter tiap istri, menyenangkan mereka meski hanya dengan sesederhana panggilan yang disenangi atau mengucap salam, dan banyak lainnya. Itu semua ialah untuk menunjukkan cinta kepada mereka, sehingga hati mereka tenang dan mampu melahirkan serta mendidik keturunannya dengan baik.
Jadi buat kalian yang sudah menikah, sering-seringlah membaca siroh Nabi Muhammad agar tidak kesulitan dalam menunaikan hak pasangan. Ya, bahkan istri pun memiliki hak juga dan itu tidak hanya seputar nafkah dan mahar saja, Bacalah kembali siroh Rasul saw, maka akan kita temukan pelajaran agung tentang berumah tangga, tentang ramuan cinta yang seimbang, tentang tidak sekedar menunaikan kewajiban tapi juga menghargai perasaan pasangan.