Opini

Masa Depan Sekolah di Era Kecerdasan Buatan

Pada tahun 2020, pemerintah republic Indonesia membuat Strategi Nasional (Stranas) Indonesia Emas 2045 Kecerdasan Buatan. Penyusunan ini dilandasi oleh perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan yang berkembang sangat pesat secara eksponensial. Kecerdasan buatan, telah merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan.

Munculnya berbagai platform pembelajaran daring dan konsep homeschooling yang didukung oleh kecerdasan buatan, memunculkan satu topik sendiri pada STRANAS tersebut. Dijelaskan pada bab Pendidikan, bahwa rencana perkembangan pendidikan menuju 2045 dialihkan kepada system homeschooling. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan, Apakah institusi sekolah seperti yang kita kenal saat ini masih relevan di masa depan? 

Pandangan ini semakin diperkuat oleh kritik terhadap sistem pendidikan konvensional yang dinilai sebagai warisan kolonialisme. Sejarah mencatat bahwa sistem sekolah modern, dengan kurikulum yang kaku dan penekanan pada disiplin, merupakan warisan kolonialisme. Tujuannya adalah membentuk individu yang patuh dan siap bekerja di industri.

Paulo Freire, seorang pendidik dan filsuf asal Brasil, dengan tajam mengkritik model pendidikan ini yang ia sebut sebagai model “bank”. Dalam bukunya, Pedagogy of the Oppressed, Freire menggambarkan bagaimana model ini menempatkan guru sebagai pendeposit ilmu pengetahuan dan siswa sebagai penerima pasif.

Model pendidikan konvensional seringkali dianggap membatasi kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa. Kurikulum yang terlalu padat dan ujian yang berorientasi pada menghafal, membuat siswa kesulitan untuk menemukan minat dan bakat mereka. Hal ini sejalan dengan kritik dari Mazhab Frankfurt yang melihat pendidikan sebagai alat untuk mempertahankan status quo dan mengontrol massa.

Potensi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan

Kecerdasan buatan menawarkan potensi besar untuk merevolusi sistem pendidikan. Pembelajaran yang dipersonalisasi, akses ke sumber daya belajar yang tak terbatas, dan metode pengajaran yang interaktif menjadi beberapa keuntungan yang ditawarkan oleh teknologi ini. Homeschooling yang didukung oleh platform pembelajaran berbasis kecerdasan buatan, memungkinkan siswa belajar dengan ritme dan gaya belajar masing-masing.

Baca Juga:  Ijazah Kerasan Mondok

Meskipun homeschooling menawarkan fleksibilitas, namun juga menimbulkan sejumlah tantangan. Salah satunya adalah kurangnya interaksi sosial yang penting bagi perkembangan emosional dan sosial siswa. Selain itu, kualitas pengajaran dalam homeschooling sangat bergantung pada kemampuan orang tua atau tutor.

Peran Sekolah di Masa Depan

Sekolah di masa depan tidak perlu menghilang, namun perlu bertransformasi. Sekolah dapat menjadi pusat komunitas belajar yang memfasilitasi kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan masalah. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi sebagai fasilitator pembelajaran yang membimbing siswa dalam mengembangkan potensi mereka.

Integrasi teknologi dalam pendidikan harus dilakukan dengan bijak. Teknologi harus menjadi alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan menggantikan peran guru. Kurikulum harus dirancang untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas.

Kesimpulan

Masa depan pendidikan adalah masa depan yang penuh dengan kemungkinan. Dengan memanfaatkan potensi kecerdasan buatan dan mengatasi tantangan yang ada, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih relevan, inklusif, dan berpusat pada siswa. Sekolah di masa depan bukan hanya tempat untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga tempat untuk mengembangkan diri, berkolaborasi, dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

Dengan segala tantangan dan peluang yang ada, sekolah sekarang ini menjadi era penentu akan kah eksistensinya akan tetap ada dimasa depan. Apabila pada era sekarang sekolah sudah gagal dalam beradaptasi dengan teknologi, maka tinggal menunggu waktu saja skolah menjadi salah satu budaya yang punah dan di musem kan. Jadi bagaimana menurut kalian, apakah sekolah masih perlu dipertahankan atau dimusnahkan?

Fiqhan Khoirul Alim
Mahasiswa Tadris Matematika UIN Malang dan juga santri di Pondok pesantren anwarul Huda Seorang mahasiswa matematika berjiwa sosial ig : fiqhan.alim

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini