Hikmah

Rumah untuk Belajar, Bekerja, dan Berdoa

(Ilustrasi: Freepik.com)

Allah menjadikan untuk kamu rumah-rumah sebagai tempat ketenangan.” (QS an-Nahl: 80)

“Home is where I work, and I work everywhere.” – Alfred Nobel

Rumahku adalah syurgaku. Juga rumahku adalah tempat untuk belajar, tempat untuk bekerja, dan tempat untuk ibadah dalam keseharian adalah biasa. Biasa terjadi dalam keadaan dan kondisi normal. Namun ketika ada kondisi ledakan wabah virus, Covid-19, terlebih-lebih sudah mencapai pandemik, maka aktivitas di rumah, sebagai wujud social distancing, merupakan sesuatu yang terbaik.

Pemindahan belajar dari sekolah atau kampus ke rumah merupakan langkah pencegahan dati penularan Covid-19. Kondisi ini teredakan, karena seiring dengan kemajuan dunia digital yang bisa menjadi alternatif pilihan untuk mengganti proses pembelajaran melalui e-learning dan sejenisnya. Ada yang sudah siap dengan perubahan mendadak, karena memang sudah disiapkan dengan baik, baik terkait dengan materi maupun aplikasi serta proses pembelajarannya. Jika ada, sebenarnya relatif terbatas.

Karena masih banyaknya siswa dan mahasiswa belum mendapatkan proses pembelajaran yang berlualitas, maka orangtua harus melakukan penyesuaian diri yang ekstra. Orangtua yang semula cukup mandatkan pendidikan ke sekolah atau ke kampus, kini orangtua dalam batas tertentu dapat berkontribusi dan membantu proses pembelajaran anak di rumah. Dalam kondisi apapun, dengan “pemaksaan terhadap anak” untuk belajar di rumah pada jam-jam sekolah atau kuliah, terjadi proses pengkondisian anak belajar mandiri (independent study).

Selanjutnya, bahwa yang selama ini bekerja wajib dijalani di kantor, di tempat kerja, di tempat usaha dan sebagainya. Kini saatnya untuk melakukan social distancing, semua pekerja dapat melaksanakan tugas di rumah. Pekerjaan yang bisa dialihkan, sedapat mungkin dilakukan dengan bantuan digital atau jenis pekerjaan lain yang bisa diganti atau diselesaikan di rumah. Namun jika tidak bisa diganti dengan digital dan harus dikerjakan di lapangan, maka dengan pengaturan tertentu amanah pekerjaan dapat dilaksanakam dengan baik. Dalam kondisi dan situasi seperti ini, untuk bisa berjalan terus dalam bekerja di rumah, maka trust harus dijaga. Tanpa mengurangi tanggung jawab sebagai pekerja, sepanjang trust dijaga, bekerja di rumah masih memiliki nilai yang sama. Kecuali pekerja yang tak berintegritas, bekerja di rumah bisa dimanfaatkan untuk yang lain. Yang hanya untungkan dirinya sendiri, bukan untungkan bagi tempat bekerjanya. Orangtua harus bisa menjaga kehalalan gaji yang diperoleh. Dengan kejujuran dalam bekerja, insya Allah bisa menjaga kehalalsn gaji yang didapat.

Baca Juga:  Covid-19: Prahara Hidup, Azab atau Cobaan?

Demikian juga, bahwa ibadah yang selama ini mendapatkan manfaat yang lebih jika dilaksanakan di rumah ibadah. Apakah untuk ibadah wajib maupun ibadah sunnah. Namun dengan adanya kondisi darurat ini, dengan merebaknya Covid-19, maka Ibadah di Rumah menjadi pilihan yang dianjurkan. Walaupun biasanya kita lakukan juga Ibadah di rumah, namun sebenarnya saat ini ada misi khusus. Semoga bisa menjaga media untuk konsolidasj keluarga, sehingga menjadikan iklim keluarga menjadi kondusif untuk perbaiki amalan ibadahnya. Bisa intensifkan untuk sholat berjamaah dan semakan baca Al Qur-an.

Dengan memusatkan aktivitas di rumah, interaksi secara fisik berkurang dengan stakeholders. Juga dengan kolega, sahabat, dan kerabat. Hidup kita menjadi lebih isolated. Hidup kita lebih autistik. Hidup kita lebih individualistik. Untuk memediasi kerenggangan dan keterpisahan, kita bisa manfaatkan medsos secara konstruktif dan produktif. Kita bisa manfaatkan juga video conference, tele-conference, dan sebagainya tanpa mengurangi makna interaksi. Yang aktivitas ini diharapkan mampu mengkompensasi kekurangan dan kerugian yang terpaksa harus terjadi.

Kita yang sedang dihadapkan persoalan yang mengglobal ini tidak boleh terpuruk dan semakin terpuruk. Kita wajib bangkit. Mengeksplorasi potensi internal dan eksternal. Kita konsolidasikan dari rumah. Kita benar-benar jadikan rumah sebagai basis tumbuh dan kembang pribadi dan keluarga. Kita perlu terus berikhtiar menghidup-hidup kan rumah, sehingga penghuni rumah at home, karena rumah bisa melindungi penghuninya. Ingat bahwa tidak sedikit orang yang tidak merasa nyaman tinggal di rumah. Semoga kita bisa menjadikan rumahku syurgaku. Rumah tempat untuk bahagia dunia dan akhirat.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Kurma
    Opini

    Kurma

    Kelepon sudah berlalu, saya senang dengan tulisan sebelumnya, dilihat dari beberapa komentar, pembaca ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah