Orang tua merupakan pengaruh yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan anaknya. “Buah jatuh tidak jauh dari pohonya.” begitulah pepatah mengatakan, bahwasanya anak tidak akan jauh beda dari orang tuanya baik ataupun buruknya. Dan islam juga mengajarkan tentang kisah bahwasanya kesuksesan itu akan terjadi dengan dimulai dari keluarga.

Ada banyak faktor yang menjadi pengaruh dalam perkembangan seorang anak, akan tetapi ada dua yang paling penting yaitu : Faktor keturunan dan lingkungan. Yang pertama yaitu faktor keturunan yang mana terjadi perpindahan sifat dan pengaruh dari kedua orang tua kepada anaknya. Ada yang lebih condong ke bapaknya dan ada yang lebih condong ke ibunya. Dan yang kedua adalah faktor lingkungan yang juga sangat mendukung dalam perkembangan seorang anak maju dan mundurnya.

Islam mengajarkan kita dalam mendidik anak sebelum dan sesudah dilahirkan. Dari sebelum dilahirkan, Islam mengajarkan bagaimana ikhtiyar yang baik antara dua insan yang saling mencintai, dengan memikirkan kehidupan yang akan dijalani bersama setelahnya. Dan begitu juga setelah lahirnya jabang bayi, mulai dari menyusuinya, memberinya nama, mengasuhnya dengan baik, mengkhitankanya, mengaqiqahkannya, dan lain-lain.

Islam mengajarkan kita untuk selalu sabar dalam mendidik anak, tidak berbuat kasar kepadanya, tidak menggunakan lafadz kasar yang sensitif dalam memberikan peringatan kepada sang anak misal dengan menghinanya dll, karena hal itu hanya akan membuat si anak membalas dendam kepada generasi setelahnya, dan juga akan menambahnya semakin keras kepala bahkan juga sangat berpengaruh dalam psikologis si anak.

Seorang anak di masa kecilnya adalah rekaman yang aktif, yang sewaktu-waktu akan merekam semua gerak gerik orang tuanya, baik maupun jeleknya. Dia akan menggunakan kelakuan orang tuanya sebagai alasan kenapa dia berbuat. Maka dari itu, islam selalu mengajarkan untuk selalu memulai hal baik dari dirinya dulu, sebelum menyuruh anak untuk berbuat. Sehingga dapat dicontoh oleh anak-anaknya nanti.

Baca Juga:  Mbah Moen dalam Kenangan Santrinya

Pewarisan sifat memang tidak harus dari kedua orang tuanya secara langsung, akan tetapi bisa saja keturunan itu dari generasi sebelumnya yaitu kakeknya. Disini para ulama berpendapat bahwasanya sifat asli orang tua terkadang tidak terwariskan kepada anaknya secara langsung, akan tetapi terkadang yang mewarisinya adalah generasi setelahnya, yaitu cucunya. Bahkan generasi-generasi setelahnya yang akan datang.

Seperti yang dikutip oleh al Allamah Syeikh Atiyah Saqr dalam kitabnya Tarbiyatul Aulad fil islam:

وقد قرر العلماء أن الصفات الأصل يحتمل أن لا توجد آثارها في الفرع مباشرة، ولكنها تظهر في فروعه بعد جيل أو أجيال.

“Dan para ulama telah memutuskan, bahwa sifat asli bisa saja tidak terdapat bekasnya (terwariskan) terhadap generasi setelahnya secara langsung. Akan tetapi dia muncul di generasi-generasi setelahnya.”

Peristiwa ini banyak terjadi dalam sejarah islam, bahkan juga terjadi kepada salah satu putra dari Sayyidah Fatimah binti Rasulullah saw. (Sayyidna Hasan dan Sayyidna Husein) yang mana beliau lebih banyak mirip kepada kakeknya yaitu Rasulullah Saw. Dari pada kepada ayah beliau yaitu Sayyidna Ali bin Abi tholib radhiyallahu anhum.

Ade Rizal
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin al Azhar Kairo Mesir, Pondok Modern Gontor, Tabarukan di Lirboyo,Pondok Kwagean Kediri, Pondok Hamalatul Qur'an Jombang

    Rekomendasi

    Hikmah

    Menghutangi Allah?

    “Aku sedang bertransaksi dengan Allah, melalui perantaraan kamu”, itu jawabanku ketika seorang teman ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini