Berbagai penyakit pada manusia  telah mengancam umat manusia di seluruh dunia, mulai dari penyakit yang disebabkan oleh perubahan musim seperti, Influenza, Demam berdarah,  kemudian penyakit kronis lainnya sepertinya penyakit Ginjal, Kanker, Usus buntu, Jatung Koroner, kemudian penyakit menular seperti Covid-19, Sars, Ebola.

Penyebab-penyakit yang dialami manusia tersebut, jika penanganan dapat tindakan tepat, maka penyakit dapat ditangani dengan pencegahan yang tepat juga. Akan tetapi, jika tidak ada penanganan secara cepat dan tepat, maka penyakit menjadi gangguan yang serius yang mengganggu umat aktivitas dalam bekerja.

Sebagian manusia tidak memperhatikan penyakit dalam tubuh manusia, seakan cuek dalam menghadapi ancaman yang nyata terhadap penyakit. Menguntip dari pernyataan Dr. Zaidul Akbar seorang praktisi kesehatan islami, beliau menyatakan bahwa penyakit yang diindap oleh manusia bersumber dari perilaku manusia sendiri mulai dari pola makan, perilaku hidup bersih. Pernyataan Dr. Zaidul Akbar sangat relevan jika pencegahan menjadi fokus utama dalam penanganan penyakit.

Dampak penyakit pada manusia hampir menjadi masalah serius, tidak mengenal batasan usia, status, kedudukan. Tulisan ini ingin memotret bagaimana strategi pesantren dalam menghadapi wabah atau sejumlah penyakit. Apakah institusi yang bergerak keagamaan yang mempunyai jutaan santri yang tersebar di Indonesia dapat melakukan pencegahan yang tepat di tengah banyak penyakit yang mengancam umat manusia ?

Realita Pesantren Saat Ini

Pesantren sebagai lembaga keagamaan tertua di Indonesia merupakan sebuah aset yang dimiliki bangsa, tercatat jumlah pesantren di Indonesia hampir 28 ribu dengan jumlah santri sekitar 18 juta. Kapasitas pesantren dalam mencetak kader yang memiliki ilmu agama yang mumpuni tak usah diragukan lagi, tetapi jika dibandingkan dengan urusan pencegahan dalam masalah pola hidup sehat di pesantren masih belum di kurang.

Baca Juga:  Kiai dan Politik Cultuurstelsel

Faktanya, pola hidup santri yang banyak dalam suatu kamar mewajibkan untuk hidup perilaku hidup sehat masih kurang dari harapan. Di tambah dengan perilaku santri yang sudah menjadi kebiasaan di pesantren seperti, merokok, begadang hingga larut malam, kebersihan kamar yang kurang terawat nampaknya sudah menjadi budaya di sebagian pesantren di Indonesia.

Budaya semacam ini jika terus dipertahankan bagi setiap pesantren tak baik untuk kesehatan santri. Apalagi santri dituntut untuk aktif terus dalam menimba ilmu agama selama 24 jam, tentu dibutuhkan nutrisi yang cukup untuk dijaga, jika tidak maka dampak penyakit akan mengintai santri jika budaya pola hidup santri semacam itu dipertahankan.

Mitigasi Kesehatan di dalam ruang Pesantren

Berangkat dari realita santri ini, Pesantren seharus memikirkan dampak kesehatan bagi kelangsungan santri. Konsep pencegahan bagi sebagian pesantren di Indonesia masih belum dipahami secara baik. Langkah yang tempat untuk membenahi sektor kesehatan di lingkungan pesantren di Indonesia, pertama-pertama, Pesantren seharusnya melakukan mitigasi dalam mengatasi penyakit, mitigasi dapat diartikan serangkaian upaya mengurangi dampak risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan ancaman bencana ( UU no 24 Tahun 2007). Pesantren sebagai lembaga pendidikan sejauh ini belum ada kebijakan yang khusus untuk melakukan pemetaan terhadap risiko penyakit yang dialami oleh santri di Pesantren. Ini penting dilakukan, jika suatu saat terjadi Penyakit Penularan yang masif yang bisa menelan korban jiwa.

Langkah kedua harus ada sinkronisasi antara Pesantren dengan aparatur negara dalam hal ini Puskesmas di wilayah pesantren tersebut. Sinkronisasi merupakan tindakan untuk menyelaraskan bagaimana strategi pencegahan penyakit di dalam lingkungan pesantren, karena struktur dan culture di setiap pesantren berbeda. Dengan adanya strategi pencegahan kesehatan di pesantren maka program lanjutan semisalnya monitoring dari Puskemas dapat dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pola hidup sehat di lingkungan pesantren, kemudian sosialisasi edukasi beberapa penyakit kepada para santri terus tingkatkan kembali. Kemudian, Pesantren melatih santri-santri yang dipilihnya menjadi kader-kader kesehatan bekerja sama dengan dinas Kesehatan untuk dilatih agar siap siaga ketika suatu saat santri mengalami sakit.

Baca Juga:  Ki Hadjar Dewantara dan Pesantren

Langkah ketiga, harus ada Infrastruktur kesehatan yang menunjang untuk kesehatan santri. Ini diperlukan sebagai tindakan nyata agar penanganan santri lebih cepat. Infrastruktur memang menjadi kendala nyata, ada sebagian pesantren sudah dilengkapi klinik atau layanan kesehatan yang baik, seharusnya Pemerintah mendorong beberapa layanan kesehatan Pemerintah seperti Rumah Sakit, Puskesmas sebagai mitra kerja Pesantren dalam penanggulangan Penyakit.

Akhirnya, Pesantren sebagai lembaga pendidikan keislaman yang terbesar di Indonesia yang memiliki jutaan santri seharusnya memiliki perhatian serius dalam bidang kesehatan. Kesehatan menjadi modal berharga bagi santri dalam menuntut ilmu, berdakwah di dalam masyarakat. Untuk itu, strategi mitigasi kesehatan Pesantren menjadi solusi agar penyakit-penyakit yang menjadi ancaman serius terhadap aktivitas santri dapat diatasi dengan cepat dan baik, mulai tindakan preventif seperti berolahraga, pola hidup yang sehat terus menjadi di kampanyekan di lingkungan pesantren. [HW]

Athoilah Aly Najamudin
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Santri PP. Al-Munawir Krapyak Yogyakarta.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini