Tanggal 5 Oktober merupakan hari angkatan bersenjata bagi Bangsa Indonesia. Bermula dibentuk dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) atas instruksi Presiden Sukarno. Peran TNI dengan berbagai dinamikanya tidak bisa terlepas dari sejarah bangsa ini.
Hal yang jarang diketahu publik, dalam rangka pembentukan angkatan bersenjata, tidak lepas dari peran ulama di negeri ini. Kali ini, kita hanya menampilkan tiga figur saja, diantara ribuan yang sebenarnya berperan.
Pertama, tentu kita tidak asing lagi dengan sosok Panglima Besar Jenderal Sudirman, Beliau adalah sosok relijius yang luar biasa. Diangkat sebagai Jenderal saat usia 29 tahun. Dan dengan kondisi beliau sakit parah, harus bergerilya untuk memimpin pasukan, demi kedaulatan Negara Indonesia.
Beliau dikabarkan sangat dekat dengan rakyat, tidak pernah mengeluh, dan tetap berusaha untuk istiqomah dalam perjuangannya. Peran serta beliau dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 sungguh luar biasa besarnya. Mengkondisikan serangan serentak dari seluruh wilayah bantuan Belanda sehingga menghambat laju tentara belanda dan berhasil membuka mata dunia, bahwa Indonesia masih ada.
Peristiwa ini menimbulkan kecaman dunia internasional, dan berakhir dengan manis, yakni pengakuan kedaulatan Indonesia. Belum sempat menikmati masa damai, beliau harus berpulang, menyongsong haribaan Ilahi.
Kedua, adalah sosok Yang Mulia Simbah Kiai Haji Machrus Aly Lirboyo Kediri. Sosok yang luar biasa berkharisma ini tentu lebih dikenal sebagai begawan ilmu agama yang jarang ada tandingannya. Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri ini begitu dicintai oleh seluruh santri dan masyarakat karena terbukti berkhidmah tanpa syarat.
Tidak banyak yang tahu bahwa beliau salah satu pengawal NKRI sejati. Beliau turut berperan menginstruksikan pelucutan Tentara Jepang di Surabaya dan mengomando 97 santri Lirboyo untuk bertempur melawan Sekutu dalam peristiwa 10 November. Beliau berprinsip untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai hingga titik darah penghabisan.
Inilah yang di kemudian hari menjadi embrio Kodam Brawijaya, penjaga keutuhan NKRI di Jawa Timur. Sehingga tidak heran jika beliau begitu dihormati oleh kalangan militer. Istiqomah beliau sungguh luar biasa. Beliau mengambil jalan tetep berada di pesantren untuk mengawal keilmuan agama. Tidak terbersit untuk menggayuh kekuasaan.
Ketiga, adalah Singa Karawang- Bekasi. Siapa lagi jika bukan Yang Mulia Simbah KH Nur Ali. Adalah sesuatu yang aneh jika mengaku sebagai orang Karawang- Bekasi jika tidak mengenal sosok yang luar biasa ini. Pendiri Pondok Pesantren At-Taqwa-Bekasi adalah seorang tokoh kharismatik yang tidak diragukan lagi pengabdiannya untuk NKRI.
Pada saat Perang kemerdekaan, beliau berangkat ke Yogyakarta dan ditemui oleh Jenderal Urip Sumoharjo, sebab Jenderal Sudirman sedang tidak ada di tempat. Keadaan negeri dalam kondisi genting. Beliau diminta untuk membentuk pasukan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia namun tidak di wadah TKR.
Beliau akhirnya membentuk Tentara Hizbullah-Sabilillah dan bersama KH.Ma’mun Nawawi Cibogo-Bekasi berkali-kali berhasil memporak-porandakan pasukan Belanda melalui taktik Perang Gerilya. Beliau pulalah yang melindungi kelompok orang-orang Kristen yang hendak dibantai oleh pasukan Belanda. Beliau pulalah yang berinsiatif mengibarkan ribuan bendera merah-putih sehingga membuat Belanda marah besar.
Atas perjuangan beliau yang luar biasa, beliau diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2006.
Ila hadlroti arwahi Panglima Besar Jenderal Sudirman, KH Machrus Aly Lirboyo, KH Nur Ali Karawang-Bekasi wa azwajihim wa dzurriyatihim wa furu’ihim wa silsilatihim wa muhibbihim syaiun lillahi lana wa lahum al fatihah…