Successful leaders see the opportunities in every difficulty rather than the difficulty in every opportunity.”- Reed Markham

Berada di Era Revolusi Industri 4.0, bahkan menyongsong Era Revolusi Industri 5.0, kita menghadapi tantangan perguruan tinggi semakin banyak dan semakin kompleks. Model kepemimpinan perguruan tinggi tidak lagi dengan model konvensional, melainkan kita harus melakukan reorientasi dan reformasi kepemimpinan perguruan tinggi. Tentu belakangan ini muncul dengan kebijakan impor Rektor. Apakah ini solusi yang paling tepat dan strategis? Apakah persoalan perguruan tinggi utamanya bersumber dari orang atau sistem?

Menurut hemat kami, bahwa sebelum melemparkan kebijakan impor Rektor, seharusnya dilakukan evaluasi secara komprehensif eksistensi perguruan tinggi. Dengan begitu akan diperoleh informasi yang valid dan uptodate. Yang akhirnya dapat dirumuskan, persoalannya apa dan dapat dirumuskan sejumlah alternatif solusi dan dapat dipilihnya solusi yang terbaik untuk memperbaiki kinerja dan produk perguruan tinggi.

Alison Johns (2016) menawarkan 5 cara untuk memperbaiki perguruan tinggi. Pertama, menciptakan kesempatan perkembangan. Suatu sektor yang kuat dan berkesinambungan sangat tergantung pada orang-orang yang memiliki potensi untuk maju. Apabila ada staf yang memiliki potensi dan pimpinan abaikan dan tidak beri kesempatan, maka staf-statf potensial akan meninggalkan universitas untuk mencari institusi yang mau mengasilitasi untuk berkembang. Akibatnya universitas akan mengalami penurunan kualitas secara berangsur-angsur.

Kedua, bersikap proaktif dalam menghadapi diversitas. Perlakuan terhadap wanita dan minoritas memang relatif berbeda, sehingga wajar bahwa wanita dan minoritas lainnya hanya bisa tunjukkan angka yang relatif kecil. Bersikap proaktif untuk dapat terhindar dari sikap diskriminatif. Berkenaan dengan itu maka sikap afirmatif sangat diperlukan. Jika bisa menyepakati kuota tertentu untuk posisi pimpinan berdasarkan keragaman, maka kebersamaan dan kolaborasi dapat diwujudkan dengan baik dan produktif

Baca Juga:  Guru Berkualitas, Pendidikan Berkualitas

Ketiga, menjamin keseimbangan kerja dan hidup. Beban kerja di universitas yang berat dapat menyebabkan adanya tekanan hidup yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan pribadi. Yang ujung-ungkanya sangat mempengaruhi terhadap kualitas kerja dan produk. Dengan adanya keseimbangan kerja dan hidup, diharapkan mampu menjamin tingkat kualitas hidup dosen dan tenaga kependidikan, yang akhirnya hidupnya bahagia dan nyaman, serta bekerja secara produktif. Yang akhirnya dapat berdampak terhadap peningkatan dan perbaikan kinerja tridharma perguruan tinggi.

Keempat, menarik dan mengangkat pemimpin dengan pengalaman dari luar. Pimpinan perguruan tinggi dengan rentang profesionalisme yang luas akan memberikan kemampuan perguruan tinggi yang dalam menghadapi tantangan yang lebih berat di masa kini dan mendatang. Di sini pada hakekatnya, pimpinan perguruan tinggi bukanlah terletak pada orangnya yang harus dari luar (universitas, negeri), melainkan siapapun orangnya yang memiliki pengalaman dari luar (universitas, negeri) dengan keahlian dan pengalaman yang berbeda, sehingga dapat mengakselerasi kemajuan institusi.

Kelima, menganalisis motivasi pimpinan yang potensial. Pemahaman yang sangat dalam tentang motivasi yang menginspirasi kepemimpinan adalah sangat penting. Begitu pentingnya motivasi yang mendasari kepemimpinan universitas, maka perlu terus dijaga motivasi pimpinan. Pimpinan universitas yang merupakan pimpinan akademik, harus bisa tampil beda dengan pimpinan lainnya. Pimpinan yang tidak didasari oleh spirit politik, melainkan spirit akademi yang siap melayani dan melindungi. Pimpinan yang menjadi barometer tegaknya moral di tengah kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Kelima cara ini dapat diupayakan secara simultan. Jika diperhatikan keinginan kuat untuk memperbaiki perguruan tonggi dalam menghasilkan SDM unggul, maka perbaikan perguruan tinggi tidak hanya dengan mengimpor rektor, namun ada banyak upaya lainnya. Belum lagi dari segi pendanaan, dukungan mitra (dunia usaha dan dunia industri), perbaikan kebijakan, kinerja dosen dan tendik, dan sebagainya.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Habib Luthfi
    Ulama

    Habib Luthfi

    Waktu itu, menjelang akhir tahun 2000, saya masih mondok di Ponorogo. Salah satu ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Berita