Terabas Jalan Menuju Allah Ala Gus miek

Arnold van Genep berpandangan bahwa setiap ritual suatu agama memiliki tujuan tersendiri, salah satunya yaitu untuk meringankan krisis kehidupan yang dialami oleh umat beragama tersebut, semisal ritus inisiasi untuk menandai seorang “anak” dianggap sudah menjadi dewasa, ritus perkawinan menandai untuk mengatasi disharmoni kehidupannya, sedangkan ritus kematian untuk memohon keselamatan roh yang meninggalkan jasad manusia dan menguatkan yang ditinggalkan menuju alam baka. Meski demikian motif diadakannya ritus bukan hanya itu. Menurut sebagian antopolog Brian Morris bahwa ritus diadakan oleh suatu agama selain yang diungkapkan oleh Arnold van Genep, juga memiliki implikasi tertentu, semisal menghormati arwah leluhur dan berkomunikasi dengan kekuatan adikodrati.

Dalam Islam salah satu ritual yang sering dilakukan oleh umat Muslim adalah berdzikir. Secara terminologis, zikir menurut Spencer Trimingham, adalah: “Recollection, a spiritual exercise designed to render God’s presence troughtout one’s being. The method employed (rhytmical repetitive invocation of God’s name) to attain this spiritual concentration”. Maksudnya adalah ingatan atau suatu latihan spiritual yang bertujuan untuk menyatakan kehadiran Tuhan seraya membayangkan wujud-Nya atau suatu metode yang dipergunakan untuk mencapai konsentrasi spiritual (dengan menyebut nama Tuhan secara ritmis dan berulang-ulang). Salah satu cara untuk berzikir secara istiqomah dan terarah yaitu dengan mengikuti majelis zikir, dan di Kediri ada salah satu Majelis Zikir yang terkenal, yaitu Majelis Dzikrul Ghafilin, yang di dirikan oleh KH. Chamim Jazuli atau lebih dikenal dengan Gus Miek.

Ritual keagamaan yang dilakukan oleh majelis Dzikrul Ghafilin sebagai ajaran Gus Miek memang tidak mudah untuk dirumuskan  dalam aspek sosio-historinya dan mendeskripsikan secara factual karena banyak sekali karomah-karomah beliau yang secara ilmiah dibuktikan. Akan tetapi diakui atau tidak Dzikrul Ghafilin merupakan karya fenomenal di tengah-tengah banyaknya ajaran tarekat, Dzikrul Ghafilin muncul sebagai interaksi baru untuk bergandengan dengan tarekat di Indonesia, mengapa hanya dikatakan sebagai bergandengan, karena Dzikrul Ghafilin fokus di tataran eksternal ritual tarekat tetapi tidak berafiliasi dengan tarekat mana pun, jadi adanya Dzikrul Ghafilin sekedar mendampingi dan bukan bagian zikir pokok sebuah tarekat.

Gus Miek sendiri pernah menyatakan bahwa jalan menuju Tuhan itu banyak; tidak satu. Al-Quran menyatakan dengan kata-kata subul (jalan yang banyak). Dari banyak jalan itu ada yang bersifat terabas (pintas) yang dapat menghantarkan seseorang lebih cepat untuk dekat dengan Tuhannya. Menurut Gus Miek agar seseorang bisa cepat sampai kepada Tuhan adalah dengan mendekati para wali (kekasih) Allah. Gus Miek berkata, “Cedeko karo Gusti Allah (kun ma’a Allah), nek ora iso, cedeko wong sing cedek Gusti Allah (kun ma’a man ma’a Allah).

Baca Juga:  Tasawuf Millenial: Mewujudkan Ekonomi Islam Berperadaban

Menurut Gus Miek ulama yang dikirimi al-Fatihah dalam Dzikrul Ghafilin adalah yang akan diikuti para pengikutnya besok di akhirat, Gus Miek pernah  berkata, “Ulama dan orang-orang yang  tertera dan  tercantum dalam Dzikrul Ghafilin, merekalah yang akan kita ikuti akhirat kelak .”  Ulama yang dimaksud Gus Miek dalam Dzikrul Ghafilin kurang lebih berjumlah 48 orang yang terdiri dari tokoh-tokoh sufi dalam akidah seperti al-Bastami, al-Muhasibi, Junaid al-Baghdadi, Suhrawardi, al-Hallaj, ar-Rumi, tokoh-tokoh sufi dalam tarekat seperti Abdul Qodir al-Jailani, an-Naqsabandi, ar-Rifa’i, tokoh-tokoh sufi dari Iran seperti Ibrahim Adham, as-Syari Asyaqati dan Ma’ruf al-Kharakhi, juga tokoh-tokoh sufi dari Mesir dan Syam.

Ulama-ulama dalam Dzikrul Ghafilin adalah petunjuk, kelak pengamal Dzikrul Ghafilin akan mengikuti keberadaan mereka hingga ke surga. Sebab Ulama-ulama dalam Dzikrul Ghafilin memiliki kesempurnaan dalam segala hal. Kualitas dan kuantitas ibadahnya mampu mengeksplorasi waktu untuk ma’rifah pada Allah SWT, dan keberadaannya adalah paku dunia.

Gus Miek dawuh dalam acara khatmil al-Quran Jantiko Mantab –salah satu majelis yang didirikan oleh Gus Miek- bahwa model dan karakter manusia dibagi dalam tiga hal, pertama ada eksistensi manusia di dunia gemar pada dua kehidupan, kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, keduanya terinspirasi dari kisah Sahabat ‘Abd ar-Rahmān ibn Auf dan kisah prototip Nabi Sulaiman AS. Kedua tipe manusia yang hanya ada disalah satu dari tawaran opsi pertama, terlalu mengagumi dunia seperti raja Fira‘un, atau hanya mengagumi akhirat seperti Nabi Ayub dan Sahabat Uways al-Qarānī. Ketiga, tidak kedua-duanya, baik dunia ataupun akhiratnya tidak berkualitas. Majelis Dzikrul Ghafilin ini sendiri bertujuan untuk mewadahi karakter manusia golongan yang pertama. [HW]

Mubaidi Sulaeman
Alumni Ponpes Salafiyah Bandar Kidul Kota Kediri, Peneliti Studi Islam IAIN Kediri-UIN Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah