Opini

Strategi Penanggulangan Covid-19 Indonesia

Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (23/3) lengang karena banyak warga memilih di rumah aja untuk menurunkan risiko penularan virus Corona Covid-19. [ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Situasi wabah Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan, kasus baru terus meningkat, total kasus konfirmasi sudah melewati angka psikologis 1000 (1285 dengan 114 kematian pada 29 Maret 2020) meliputi 29 Propinsi. Hanya soal waktu, kasus Covid-19 akan dilaporkan di propinsi lainnya.

Gutus Percepatan Penanggulangan Covid-19 sudah dibentuk, tim pakar pendamping sudah memberi masukan, strategi utama – Social Distancing sudah diterapkan desentralisasi laboratorium sudah dijalankan, begitu juga obat sudah dibeli, rapid test bahkan sudah diujikan. Rumah sakit khusus Covid- 19 di Kemayoran sudah berfungsi, sebentar lagi di Pulau Galang.

Prediksi perkembangan kasus sudah beredar dari pakar perguruan tinggi terkenal. Kapan puncak kasus harian tertinggi disajikan, berapa jumlah kasus yang akan ditemukan juga tersaji bahkan berapa kemungkinan jumlah kematian akibat Covid-19 disampaikan, tentu sangat menakutkan melihat angka- angkanya. Lengkap dengan skenario pesimis dan optimis. Apapun skenarionya- pesannya satu,.bahwa tempat tidur di rumah sakit yang ada tidak akan cukup menampung mereka yang membutuhkan.

Angka kasus konfirmasi pada jumlah yang sulit dipercaya, semua tergantung pada asumsi yang digunakan. Lalu apa strategi yg patut di jalankan. Sementara hirup pikuknya adalah laporan pembubaran kerumunan, sim‐ ulasi penutupan arus kendaraan, rencana penutupan jabodetabek, penyemprotan desinfektan, pelarangan mudik, sampai denda buat pelanggar karantina.

Strategi yang perlu dipertimbangkan adalah strategi yang kemudian diikuti langkah operasional yang mampu memberi dampak bermakna pada pencegahan penularan, mampu mengatasi kekurangan kebutuhan fasilitas kesehatan, mampu mengurangi dampak sosial- ekonomi yang terjadi, dan berdasarkan pada sistem dan sumber daya yang ada. Usulan strategi disampaikan tanpa uraian panjang, berupa pokok gagasan saja.

Strategi 1

Penanganan penanggulangan berbasis Kabupaten/ Kota. Keberhasilan penanggulangan Covid-19 sangat tergantung pada manajemen kendali di tingkat Kabupaten/Kota. Sumber daya dan rentang kendali manajemen memungkinkan. Saat ini tampak peran Gubernur, terutama di Jawa sangat kentara.

Baca Juga:  New Normal; Tantangan Jomblo Menjelaskan Pekerjaan di Depan Calon Mertua

Strategi 2

Penyediaan 3 jenis fasilitas dengan kebutuhan berbeda. 1. Pusat Karantina untuk merawat ODP dan PDP. 2. Rs khusus Covid- untuk merawat Kasus Konfirmasi dgn gejala ringan dan sedang. 3. Rs rujukan untuk kasus konfirmasi dgn gejala klinis serius- berat. Pusat karantina dapat dibangun dari pemanfaatan berbagai fasilitas yang ada.

Strategi 3

Penemuan kasus sedini mungkin, dengan Rapid test pada orang dengan suhu lebih atau sama dengan  38 derajat, OTG, ODP dan PDP serta perluasan pemeriksaan diagnostik. Pembiayaan tidak boleh menjadi hambatan

Strategi 4

Dibawah kendali manajemen Kabupaten/kota dibentuk Desa Siaga Covid-19. Untuk wilayah perkotaan dapat di bentuk RT siaga covid-19.  Satuan tugas tingkat desa ini membutuhkan tenaga pendukung dapat dengan memanfaatkan para kader atau tenaga relawan. Fungsi terpenting adalah memantau status demam harian warga, memberi arahan istirahat di rumah, memantau pergerakan warga, membantu proses diagnostik dini, membantu proses rujukan dan memantau status suhu OTG yang berasal dari daerah tertular. Proses pemantauan dapat memanfaatkan kemajuan internet atau menggunakan instrumen sederhana berupa simbol status kesehatan.

Penerapan strategi di atas menjadi bagian yg tidak terpisahkan dari langkah pembatasan mobilitas umum, dan strategi lainnya yang sudah dijalankan termasuk tata kelola sumber daya, logistik, tata kelola relawan medis dan non- medis. Patut dipertimbangkan apapun langkah strategis yang diambil di hari-hari mendatang, termasuk opsi karantina wilayah, hendaknya mampu meminimalkan dampak sosial ekonomi masyarakat yang sudah menderita akibat kehilangan mata pencaharian. Bahkan bagi mereka ancaman kematian Covid-19 tidak lebih menakutkan dibanding dengan tidak adanya uang untuk makan bagi anak2nya pada hari itu.

Penerapan kendali manajemen yang baik di tingkat pusat , propinsi dan kabupaten- serta didukung organisasi masyarakat dengan segala potensi kerelawanannya diharapkan Indonesia mampu melewati masa sulit ini.

Baca Juga:  Ketua Umum PBNU Tegaskan R20 Bukan Sekadar Agenda, melainkan Gerakan Global

Demikian sekedar sumbang saran- bersama kita bisa.

Syahrizal Syarif
Ketua PBNU Bidang Kesehatan Syahrizal Syarif dan Wakil Rektor I UNUSIA Jakarta.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini