Saat kecil dulu, cerita-cerita Nabi yang paling populer di kalangan anak-anak selain Nabi Muhammad adalah Nabi Yusuf dan Nabi Adam.
Nabi Yusuf terkenal dengan kisah ketampanan dan drama keluarga bersama ayah dan 11 saudaranya. Sedangkan Nabi Adam terkenal karena kisah penciptaannya yang membuat setan cemburu dan drama pengusirannya dari surga.
Kisah tentang Nabi Adam yang pertama kali aku dengar saat kecil adalah bahwa di surga, Nabi Adam hidup bahagia bersama kekasihnya, Siti Hawa. Allah menyediakan banyak makanan lezat di surga yang boleh mereka makan semuanya. Kecuali sebuah pohon yang buahnya bernama buah khuldi. Kemudian datanglah setan menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah tersebut. Adam menolak. Setan lalu menggoda Siti Hawa. Siti Hawa pun tergoda setan sampai akhirnya membujuk Nabi Adam untuk bersama-sama memakan buah khuldi.
Sampai aku dewasa, yang kutahu tentang kisah penyebab diturunkannya Adam dan Hawa dari surga adalah karena Siti Hawa yang terlebih dahulu terkena bujukan setan lalu akhirnya ikut membujuk Nabi Adam untuk makan bersama. Kisah yang sangat populer ini sampai-sampai menjadi bahan bercanda di kalangan anak-anak muda. Mereka berkelakar seputar alasan kenapa perempuan selalu menjawab terserah saat ditanya mau makan apa? Ternyata jawabannya adalah karena saat perempuan pertama di alam semesta ini memilih makanan, manusia langsung diusir dari surga.
Beberapa waktu lalu, aku melihat video pengajian Gus Baha yang kebetulan menceritakan kisah diturunkannya Adam dan Hawa dari surga. Menurutku penting sekali untuk melanjutkan apa yang kulihat dari pengajian Gus Baha tersebut ke dalam sebuah tulisan untuk merekonsiliasi sejarah Adam dan Hawa.
Gus Baha bercerita bahwa apa yang dilakukan oleh nabi Adam adalah maksiat mu’adzimiin atau kesalahannya orang-orang yang sangat takzim. Kenapa bisa seperti itu? Alasannya adalah karena cara yang ditempuh oleh setan saat menggoda Nabi Adam. Nabi Adam bukan manusia biasa yang dengan mudah bisa dibujuk oleh setan untuk melakukan maksiat kepada Allah. Bertahun-tahun setan menggoda Adam Hawa dan tak pernah berhasil. Hingga suatu hari setan punya inovasi dan ide cemerlang dalam misinya menggoda Adam. Inovasi tersebut adalah “bersumpah atas nama Allah”.
Dalam tafsir ibnu Katsir dijelaskan bahwa kunci utama kisah pengusiran Adam dan Hawa ada pada ayat:
وَقَاسَمَهُمَآ اِنِّىۡ لَـكُمَا لَمِنَ النّٰصِحِيۡنَۙ (الأعراف : 21)
Artinya:
Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu,”
Bahwa saat setan membujuk Adam untuk memakan buah khuldi, Setan bersumpah atas nama Allah. Dengan tegas setan berkata ” Wallahi, kata Allah, kau boleh memakan buah ini”.
Sehingga saat Nabi Adam mendengar nama Allah, hatinya bergetar karena begitu besar rasa takzimnya kepada Allah. Nabi Adam dan kekasihnya terkena tipu daya setan sampai akhirnya mencicipi buah yang selama bertahun-tahun tidak mereka makan karena adanya larangan dari Allah.
Gus Baha di dalam dawuhnya menganalogikan kisah nabi Adam dengan sebuah contoh sederhana. Contoh ketika seandainya Gus Baha memiliki seorang teman yang suka berbohong, lalu teman tersebut berbohong dengan mengucapkan kalimat ” Gus, sampean ditimbali Mbah Mun”
Maka sebagai seorang murid yang memiliki ketakziman luar biasa terhadap gurunya, Gus Baha yakin beliau akan tetap berlari memenuhi panggilan Mbah Maimun, memenuhi panggilan guru terhormatnya. Walaupun beliau tertipu temannya yang berbohong, tapi tertipunya Gus Baha ini adalah tertipunya mu’adzimiin atau orang yang takzim. Sama dengan maksiat yang dilakukan Nabi Adam.
Allah kecewa kepada Adam. Lalu bertanya, “kenapa engkau melakukan maksiat?”.
Nabi Adam menjawab:
فَوَاللهِ، وَعِزَّتِكَ يَا رَبِّ مَا ظَنَنْتُ أَنَّ أَحَدًا يَحْلِفُ بِكَ كَاذِبًا
“Aku bersumpah, Demi kehormatan-Mu, ya Allah, Aku tidak pernah mengira ada hamba-Mu yang berbohong dengan membawa nama-Mu”
Dari kata وقاسمهما, kita bisa melihat bahwa Adam dan Hawa bukanlah pelaku maksiat. Mereka hanyalah objek atau korban tipu daya setan yang berbohong dengan bersumpah membawa nama Allah.
Mengenai penamaan buah khuldi sendiri, itu merupakan istilah yang disebutkan oleh setan saat menggoda Adam. Buah khuldi atau bisa juga diartikan sebagai buah keabadian. Padahal dalam Al-Quran, Allah hanya menyebutkan dengan kata هذه الشجرة.
Setelah mengetahui bahwa Siti Hawa tak pernah salah, alasan kenapa perempuan selalu menjawab terserah setiap kali ditanya mau makan apa, itu masih menjadi misteri yang belum terpecahkan sampai sekarang. [HW]