Sinergikan Madrasah Diniyah Nahdlatul Ulama dengan Pesantren

Jakarta, Pesantren.id – (19/4) KH. Zulfa Mustofa Wakil Ketua Umum bidang Keagamaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan bahwa Madrasah Diniyah harus kita tangani bersama. Jangan sampai tidak terurus bagian dari NU ini.

“Perlu adanya singkronisasi antara semua dibawah NU baik Banom, lembaga, badan khusus, pengurus wilayah, pengurus cabang itu dalam satu orkestrasi dirijen ketua umum dan sekretaris PBNU. Nah, saya support untuk bidang keagamaan,” ungkap Kyai Zulfa.

Menghidupkan madin NU secara tidak langsung akan menjalankan roda pesantren.

KH. Zulfa Mustofa (Wakil Ketua Umum bidang Keagamaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) bersama KH. Nur Machin Ch (Ketua RMI PWNU Jateng)

Bagaimana menata kaderisasi pesantren dengan baik, itu harus di mulai dari TPQ. Kemudian madrasah diniyah dilanjutkan ke pesantren. RMI PWNU Jateng sudah membuat rancangan sistem pengelolaan madin yang baik maka, bila belum ada metode dari RMI yang lain yang lebih baik, bisa kita pilih untuk dijadikan sistem pengelolaan madin secara nasional.

Dengan jumlah madin 11.461 (Kanwil Kemenag Jateng: 2021) berimbang antara pantura dan jalur selatan memiliki karakter keilmuan kuat di pantura.

“Penurunan jumlah santri baru masuk ke pesantren menjadi kendala tersendiri bagi pesantren untuk ke depan memproduksi kyai. Hal ini menurut kami dimulai dari pengajaran kutubut turats yang ditinggalkan madin,” papar Ketua RMI PWNU, KH. Nur Machin, Ch.

Gus Machin (sapaan akrab) khidmah untuk RMI hanya mendapatkan dua tugas. Pertama pengelolaan Madin dan tafaqquh fiddin bagi santri agar tetap kokoh.

KH. Zulfa Mustofa (Wakil Ketua Umum bidang Keagamaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) membubuhkan tanda tangan pada kitab Tuhfatul Qashi Waddani Fi Tarjamatisy Syaikh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Bantani sebagai cindera mata kepada segenap tim Madin NU RMI PWNU Jateng.

Setelah diaplikasikan dalam bentuk program ternyata banyak hal yang harus dilakukan. Diantaranya memberikan pemahaman bahwa RMI itu mengelola madin sesuai amanat muktamar. Kemudian penerbitan buku “Pedoman Madrasah Diniyah Nahdlatul Ulama” untuk pengelola madin, untuk santri telah menyetak buku Aswaja (Ahlussunnah Wal-jama’ah An-Nahdliyyah) jilid 1 dan 2 untuk Madin Awwaliyyah/Ula. Sedangkan, jilid 3 dan 4 dalam proses editing. Ketiga buku ini sudah terdistribusi ke dua puluh enam cabang di Jateng.

Baca Juga:  Perjalanan Menuju Disahkannya UU Pesantren

“Diakui atau tidak anak-anak setingkat menengah sudah tidak mau ngaji di madin,” ungkap KH. Fadhlullah Turmudzi selaku Direktur Madin NU RMI PWNU Jateng.

Menghidupkan madin NU secara tidak langsung akan menjalankan roda pesantren. Bahwa secara tidak langsung pesantren adalah NU kecil dan NU adalah pesantren besar. Keduanya merupakan rumah besar yang nyaman bagi segenap warga masyarakat Nahdliyyin. []

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Berita