Sempurnakan Iman Kita dengan Merayakan Kelahiran Nabi Muhammad

Mencintai nabi Muhammad saw. merupakan prasyarat mutlak bagi sempurnanya iman seseorang. Hal ini termaktub dalam hadis nabi riwayat imam Bukhori, Abdullah ibn Hisyam yang berbunyi:

عَنْ عَبْدُاللهِ بْنِ هِشَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِدٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ. فَقَالَ لَهُ عَمَرُ: فَإِنَّهُ اْلآنَ، وَاللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلآنَ يَا عُمَرُ؛ رَوَاهُ الْبُخَارِي

“Dari Abdullah ibn Hisyam radhiallahuanhu: Pada suatu ketika beberapa sahabat Rasulullah bersama beliau. Ketika itu beliau memegang tangan Umar bin Khattab, kemudian umar berkata kepada beliau “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali aku sendiri”, Rasulullah menjawab “Tidak, demi Allah yang aku ini ada ditangan-Nya, sampai aku lebih kau cintai daripada dirimu sendiri”, lalu Umar berkata “Sekarang, engkau lebih aku cintai bahkan daripada diriku sendiri”, lantas Rasulullah berkata “Nah, sekarang, hai Umar.” (H.R. Bukhari)

Yah memang, secara rasional, tidak bisa kita bayangkan bagaimana iman bisa tumbuh tanpa didahului adanya rasa cinta. Bagaimana mungkin, orang beriman terhadap sesuatu yang tidak ia cintainya, lebih-lebih terhadap orang yang dibencinya. Ini mengartikan antara cinta dan iman merupakan dua hal yang saling lazimma­lzum (bergandengan). Semakin besar cinta seseorang  kepada yang diimaninya maka semakin tinggi pula derajat kesempurnaan keimanannya.

Iman yang sempurna bukanlah sekedar kesadaran afektif yang menyelinap di sudut hati, melainkan kesadaran psikomotorik yang memiliki daya dorong yang dahsyat untuk melaksanakan kebajikan (amal shalih) di alam nyata. Amal lahiriyah inilah yang disebut Islam. Rasulullah saw. Bersabda:

Baca Juga:  Liburan, Healing dan Fenomena Kemacetan Lalu Lintas: Refleksi Peringatan Isra’ & Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

لَيْسَ الإيمانُ بالتَّمَنِّي ولا بالتَّحَلِّي، ولكنْ ما وَقَرَ في القَلْبِ وصَدَّقَهُ العَمَلُ

“Iman bukanlah sekedar angan-angan atau pun simbol-simbol lahiriah, melainkan sesuatu yang menghujam di relung hati dan mengejawantah dalam perbuatan.” (H.R. Baihaqi).

Di samping istiqamah menjalankan amalan-amalan syariah, ada banyak cara yang dilakukan orang mengekspresikan kecintaannya pada Rasulullah, antara lain adalah dengan merayakan kelahirannya sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan atas nikmat maha besar yang dianugerahkan Allah kepada hambanya di muka bumi.

Semoga dengan merayakan kelahiran baginda nabi Muhammad saw. Kita mendapatkan mendapatkan Syafa’at dan berkumpul dengannya kelak di akhirat nanti. Amin. [HW]

Abqoriyyul Afifi
Mahasantri Ma'had Aly Situbondo

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini