Perempuan

Semai Persatuan dan Kesatuan Bangsa Sejak Lama, Nyai Sinta Nuriyah Dianugerahi Gelar Doktor

(Foto: Dok. istimewa)

Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid sudah puluhan tahun berjuang menyemai perdamaian di Indonesia. Tak ayal, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menganugerahinya gelar doktor kehormatan bidang Sosiologi Agama, Rabu (18/12).

Sejak 1998, Nyai Sinta sudah memulai kerja-kerja perdamaian. Sebab, pada tahun tersebut, Indonesia diuji dengan berbagai konflik antargolongan, seperti yang terjadi di Ambon, Poso, dan Sampit. Hal itu dilakukannya dengan menggelar sahur keliling tiap Ramadhan di berbagai kota.

“Kerja perdamaian ditunjukkan oleh promovenda dengan mengadakan kegiatan Sahur Keliling setiap bulan puasa, berkeliling antarkota untuk menyemai gagasan perdamaian. Hal ini sudah promovenda lakukan sejak tahun 1998. Berarti sudah sekitar 22 tahunan,” kata Ema Marhumah, ketua promotor, saat menyampaikan pidatonya.

Kegiatan tersebut, kata dia, melibatkan banyak elemen masyarakat antaragama, aliran kepercayaan, dan golongan. Mereka berkumpul bersama dan memupuk solidaritas untuk perdamaian. Sahur keliling itu telah menjadi ruang perjumpaan lintas agama, budaya, dan golongan.

Menurutnya, hal itu merupakan suatu kegiatan penting untuk menyemai perdamaian, toleransi, dan hidup bersama dalam bingkai NKRI yang berlandaskan Pancasila ini.   Sebagai perempuan yang aktif berjuang dalam isu perdaimaian, toleransi, dan pluralisme, Nyai Sinta lebih mengedepankan pendekatan ‘feminitas’ seperti, nirkekerasan (non-violence), kelembutan, lebih banyak mendengarkan, dan menghidari adanya konflik.

“Di sinilah, promovenda mendorong perempuan untuk terlibat aktif dalam kerja-kerja perdamaian, menjadi aktor perdamaian,” kata guru besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga itu.

Bagaimana perempuan berperan aktif sebagai aktor dalam menyemai perdamaian dan pluralisme menjadi hal genuine dari sosok perempuan kelahiran Jombang, 8 Maret 1948 itu.

“Yang menarik dan genuine dari perjuangan promovenda di bidang ini ialah bagaimana perempuan juga harus terlibat sebagai aktor yang secara aktif menciptakan kerja-kerja perdamaian antar agama, aliran kepercayaan, ras, etnis, dan golongan,” jelas Ema.

Baca Juga:  Ujian Promosi Doktor dan Mimpi al-Būtī

Ia juga menjelaskan bahwa bagi Nyai Sinta, keberagaman merupakan sunnatullah. Karenanya, ia bersikap pluralis berarti sesuai dengan sunnatullah. “Inilah esensi kehidupan di tengah keberagaman sebagai fakta kehidupan yang tak mungkin kita tolak,” pungkasnya mengutip pernyataan Nyai Sinta. (Syakir NF/Musthofa Asrori)

Artikel ini lebih dahulu ditayangkan oleh https://www.nu.or.id/post/read/114661/sejak-reformasi–nyai-sinta-nuriyah-semai-perdamaian-di-bumi-pertiwi

Unduh Pidato Ilmiah Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid di bawah ini

ShintaNuriyah_PenganugerahanGelarDoktorH.C

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Perempuan